Prinsip Pendidikan dengan Metode Montessori

3. Perkembangan Anak

Pada umumnya, perkembangan meliputi proses perubahan secara sistematis tentang fungsi fisik dan psikis. Menurut Yusuf dan Sugandhi 2011:1-2 mendefinisikan perkembangan sebagai proses perubahan dalam diri manusia baik fisik maupun psikis menuju tingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan. Proses perkembangan juga terjadi pada anak-anak. Menurut Meggit 2013:1, perkembangan anak merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan yang dialami oleh seorang anak sepanjang hidupnya. Senada dengan Meggit, Somantri 2007:3, perkembangan anak merupakan proses pematangan dan perubahan hasil belajar sebagai hasil dari pertumbuhan yang dialami anak. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan anak adalah proses perubahan dalam diri anak baik fisik maupun psikis yang terjadi secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan. Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa perkembangan anak meliputi sebuah proses yang bersifat progresif dan berkelanjutan. Beberapa ahli pun juga memaparkan tentang tahap perkembangan anak, salah satunya adalah Maria Montessori. Montessori dalam Holt 2013:xii memaparkan bahwa fase perkembangan anak dibagi menjadi 3 tahapan yaitu 1 fase pertama 0-6 tahun, fase kedua 6-12 tahun, dan fase ketiga 12-18 tahun. Fase pertama terjadi pada usia nol hingga enam tahun. Tahap ini, anak mengalami pembentukan inteligensi yang sangat penting dan merupakan penentu bagi tahap perkembangan selanjutnya. Selain itu, pada tahap ini anak mengalami periode sensitif, masa peka, atau usia emas. Pada usia ini, anak berada pada periode absorbent mind pikiran yang menyerap. Dalam hal ini, anak mengalami periode perkembangan sensitif periode peka, periode perkembangan inteligensi, periode pembelajaran tentang keteraturan, periode pembelajaran bahasa menulis dan membaca yang terjadi pada usia tiga hingga lima tahun, periode perkembangan untuk berjalan, bersikap dan bertindak untuk kepentingan sendiri egosentrik, dan memiliki energi diri untuk fokus terhadap pengembangan diri. Oleh karena itu, fase pertama ini merupakan fase yang tepat untuk membangun perkembangan anak secara optimal. Fase kedua terjadi pada rentang usia enam hingga dua belas tahun. Tahap ini memungkinkan anak untuk bermain logika dan pembenaran, pembentukan imaginasi, perkembangan moral dan mental, pengenalan budaya, serta perkembangan kekuatan fisik. Selain itu, pada usia ini anak sudah memiliki ketertarikan dalam bersosialisasi dengan teman sebaya, memiliki energi ekstra secara fisik, kondisi fisik yang lebih sehat, dan periode belajar mendalam intellectual period. Fase selanjutnnya adalah fase ketiga yang terjadi pada usia dua belas hingga delapan belas tahun. Tahap ini, remaja sudah mulai mengarahkan kematangan fisik, pencarian identitas seksual, pemodelan ideal yang diikuti perasaan bebas, dan pencarian nilai-nilai spiritual. Teori perkembangan pun juga dipaparkan oleh beberapa ahli yang lain. Salah satunya adalah Jean Piaget. Dalam hal ini, Piaget memaparkan pendapatnya tentang teori perkembangan kognitf. Piaget membagi perkembangan kognitif anak dalam 4 tahap yaitu sensorimotorik, pra-operasional, operasional konkret, dan operasional formal. Tahap paling awal perkembangan kognitif terjadi pada saat bayi berusia dua tahun. Selama tahap ini, inteligensi anak lebih didasarkan pada tindakan inderawi anak terhadap lingkungan, seperti melihat, meraba, menjamah, mendengar, membau, dan sebagainya. Selain itu, pada tahap ini anak belajar mengenali suatu benda dengan berbagai tindakan inderawi tersebut. Pada tahap ini pula, konsep anak mengenai kausalitas sebab akibat juga mulai berkembang terlebih berkaitan dengan konsep ruang dan waktu. Beberapa perkembangan mengenai benda, ruang, waktu, dan kausalitas membantu anak membangun pengetahuan tentang lingkungannya Suparno, 2001:26-27. Oleh karena itu, tahap ini menjadi dasar bagi perkembangan tahapan selanjutnya. Tahapan perkembangan kognitif selanjutnya adalah pra-operasional. Tahapan ini terjadi pada umur dua sampai tujuh tahun. Periode ini merupakan periode peralihan dari periode sensorimotorik. Pada akhir periode sensorimotorik, anak mengembangkan tindakan yang efisien dan terorganisasi dalam menghadapi lingkungan. Selain itu, anak pun menggunakan kemampuan yang sudah diterima pada periode sebelumnya walaupun sekarang berada pada peiode pra-operasional Crain, 2007:182. Anak juga menggunakan simbol maupun tanda untuk menyatakan atau menjelaskan suatu objek. Berdasarkan cara berpikir tersebut, anak mampu mengungkap dan membicarakan hal yang sudah terjadi Suparno, 2001:49. Oleh karena itu, perkembangan kognitif anak semakin berkembang