b. Fungsi Alat Peraga
Siswa memperoleh pengalaman belajarnya dengan menggunakan benda konkret seperti alat peraga. Montessori menegaskan bahwa semua material atau
alat peraga tersebut berguna untuk mendorong perkembangan anak secara intelektual dan melatih keterampilan anak Hainstock, 1997:82. Melalui alat
peraga, siswa
dapat melihat
secara langsung,
memperagakan atau
menggunakannya, dan membentuk konsep yang abstrak serta pemikiran yang kreatif. Fungsi lain yang dapat diperoleh dari alat peraga yang dibuat oleh
Montessori antara lain adalah memberikan kontrol pada pergerakan siswa, mengembangkan kemandirian, kehendak, serta mengembangkan kebahasaannya
Lillard, 1996:80-85. Selain itu, alat peraga juga memiliki fungsi untuk mempermudah pemahaman
siswa tentang materi pembelajaran. Materi yang sifatnya abstrak, pada umumnya sukar dipahami oleh siswa tanpa bantuan alat peraga. Melalui alat peraga, siswa
dapat memahami materi yang abstrak dengan melihat, meraba, dan menggunakan alat peraga tersebut Asyhar, 2012:13. Sama halnya dengan paparan pendapat
tersebut, Pramudjono dalam Sundayana, 2014:7 juga memaparkan fungsi alat peraga yaitu untuk membantu menanamkan atau mengembangkan konsep
pembelajaran. Fungsi mengenai alat peraga juga dipaparkan oleh Asyhar. Menurut Asyhar 2012:11 alat peraga pembelajaran berfungsi untuk 1 membantu siswa
dalam meningkatkan keterampilan dan pengetahuan, 2 mengilustrasikan dna memantapkan pesan dan informasi, serta 3 menghilangkan ketegangan dan
hambatan serta rasa malas yang dialami oleh siswa.
Bermacam alat peraga dapat digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa. Dalam usaha memanfaatkan alat peraga
sebagai alat bantu agar siswa dapat mendapatkan pengalaman yang langsung. Edgar Dale mengklasifikasikan pengalaman dari yang paling konkret sampai
abstrak. Klasifikasi tersebut dikenal sebagai kerucut pengalaman cone of experience. Berikut merupakan kerucut pengalaman menurut E. Dale.
Bagan 2.1 Kerucut Pengalaman Menurut E. Dale Sadiman, 2009:8
Berdasarkan kerucut tersebut dapat terlihat bahwa pengalaman belajar konkret yang secara langsung dialami siswa terletak di bagian bawah. Menurut Dale,
bahwa pengalaman langsung mendapatkan tempat utama dan terbesar, sedangkan belajar melalui abstak berada di puncak kerucut. Hal ini berarti bahwa setiap
pengalaman belajar siswa yang dialami secara langsung merupakan cara belajar yang berkualitas dan dapat memahami simbol-simbol yang abstrak Munadi,
verbal simbol
visual visual
radio film
tv wisata
demonstrasi partisipasi
observasi pengalaman langsung
abstrak
konkret
2010:19-20. Oleh karena itu, pengalaman langsung menggunakan alat peraga dapat membantu siswa membantu hal yang abstrak.
Berdasarkan uraian tersebut, penggunaan alat peraga memang diperlukan dalam pembelajaran. Keberadaan alat peraga dapat membantu proses
pembelajaran terutama pada pembentukan pengetahuan siswa. Uraian tersebut menegaskan bahwa pengembangan alat peraga dalam penelitian ini memang
diperlukan dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa melalui benda-benda konkret.
c. Kriteria Alat Peraga
Tidak semua benda dapat dikatakan sebagai alat peraga. Ruseffendi dalam Sundayana, 2014:18-19 berpendapat bahwa benda harus memenuhi berbagai
syarat tertentu untuk disebut sebagai alat peraga terutama alat peraga matematika. Berikut merupakan berbagai kriteria dari alat peraga matematika.
1. Tahan lama
2. Bentuk dan warnanya menarik
3. Sederhana dan mudah dikelola
4. Ukurannya sesuai dengan karakteristik siswa
5. Dapat menyajikan konsep matematika dengan baik dalam bentuk real nyata,
gambar, atau diagram. 6.
Sesuai dengan konsep matematika 7.
Dapat memperjelas konsep matematika dan bukan sebaliknya. 8.
Peragaan dapat digunakan sebagai dasar bagi tumbuhnya konsep berpikir abstrak bagi siswa.