2.2.1 Sapaan Hubungan Kekerabatan Ama
Kata sapaan Ama muncul dalam tiga variasi. Tiga variasi yang dimaksud,
yaitu Ama „ayahbapak‟, Ama Kaweda „kakek‟, Ama + Nama Anak I.
Kata sapaan Ama secara harafiah berarti „ayah atau bapak‟. Sapaan Ama
adalah sapaan yang dipergunakan oleh penyapa pria muda atau wanita muda untuk menyapa ayah kandung. Sapaan ini digunakan dalam situasi tidak resmi dan
dalam hubungan akrab. Contoh kalimat 6 berikut menunjukkan bagaimana penyapa berbicara dengan ayah kandung.
6 Ama, ku dengi ijin kako deku acara na olegu ba yodikia male
jam pittu. „Ayah, saya minta izin untuk pergi ke acaranya teman hari ini
jam tujuh malam. ‟
Dalam perkembangannya, kata sapaan Ama mengalami perluasan penggunaan. Sapaan Ama bisa juga digunakan oleh seorang cucu untuk menyapa
kakek kandungnya. Selain itu, sapaan Ama dapat digunakan untuk menyapa anak laki-laki. Dalam penggunaannya, sapaan Ama merupakan sapaan yang sangat
sopan. Sapaan Ama Kaweda adalah sapaan yang digunakan oleh penyapa pria
atau wanita untuk menyapa kakek kandung. Sapaan ini digunakan dalam situasi tidak
resmi dan dalam hubungan akrab. Contoh kalimat 7 berikut ini menunjukkan bagaimana seorang cucu berbicara dengan kakeknya.
7 Ama Kaweda, gei kako niamu tarra lodo ne?
‘Kakek, mau pergi ke mana siang-siang begini?‟ PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bentuk sapaan Ama + Nama Anak I digunakan oleh penyapa pria tua dan wanita tua untuk menyapa pria tua, sebaya, dan muda yang sudah mempunyai
anak. Sapaan ini dapat digunakan dalam situasi resmi dan tidak resmi dan dalam hubungan akrab dan tidak akrab. Contoh kalimat 8 berikut menujukkan
bagaimana penyapa berbicara dengan orang yang disapa menggunakan sapaan Ama + Nama Anak I.
8 Ama Ria, bisa pinjam gai gergaji belli?
„Bapak Ria, apakah saya boleh pinjam gergaji?‟
2.2.2 Sapaan Hubungan Kekerabatan Inna
Kata sapaan Inna juga muncul dalam tiga variasi, yaitu Inna „ibumama‟,
Inna kaweda „nenek‟, Inna + nama anak I.
Bentuk variasi tersebut sangat dipengaruhi oleh pola hubungan penyapa dengan pesapa atau yang disapa. Kata sapaan Inna secara harafiah
berarti „mama‟ atau „ibu‟ adalah sapaan yang dipergunakan oleh penyapa pria muda atau wanita
muda untuk menyapa ibu kandung. Sapaan ini digunakan dalam situasi resmi dan tidak resmi dan dalam hubungan akrab. Contoh kalimat 9 berikut menunjukkan
bagaimana penyapa berbicara dengan ibu kandung. 9
Inna wo’i gai kalambe baru „Mama, belikan saya baju baru‟
Dalam perkembangannya, sapaan Inna juga mengalami perluasan penggunaan yaitu sapaan Inna bisa juga digunakan oleh seorang cucu untuk
menyapa nenek kandung. Selain itu, kata Inna merupakan sapaan yang sangat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sopan sehingga kebanyakan pria Sumba Barat Daya menyapa seorang wanita yang mereka hormati dengan sapaan Inna. Berikut ini contoh dan penjelasannya.
10 Na mimi ba nga’a Inna?
„Nenek, apakah nasinya sudah masak?‟
11 Inna, ku bei takka gu
‘Nona, saya benar-benar menyukaimu’
Contoh 10 menunjukkan penggunaan sapaan Inna oleh seorang cucu kepada neneknya. Adapun contoh 11 menunjukkan penggunaan sapaan Inna oleh
seorang pemuda yang mengungkapkan perasaan cinta kepada gadis yang disukainya.
Sapaan Inna Kaweda merupakan sapaan yang digunakan oleh penyapa pria atau wanita untuk menyapa nenek kandung. Sapaan ini digunakan dalam
situasi tidak resmi dan dalam hubungan akrab. Berikut ini contoh dan penjelasannya.
12 Inna Kaweda Yaggu ne pamama?
„Nenek mau siri dan pinang lagi?‟
Contoh 12 menunjukkan penggunaan sapaan Inna Kaweda. Contoh tersebut melukiskan mengenai seorang cucu yang menawarkan kepada neneknya
untuk makan siri dan pinang. Kata sapaan Inna Kaweda dalam perkembangannya mengalami perluasan penggunaan. Sapaan tersebut dapat digunakan oleh penyapa
kepada orang yang tidak memiliki hubungan darah melainkan karena keadaan lawan bicara yang sudah tua.
Sapaan Inna + Nama Anak I merupakan sapaan yang digunakan oleh penyapa pria tua dan wanita tua untuk menyapa wanita tua, sebaya, dan muda
yang sudah mempunyai anak. Sapaan ini dapat digunakan dalam situasi resmi dan tidak resmi dan dalam hubungan akrab dan tidak akrab. Contoh kalimat 13
berikut menunjukkankan bagaimana penyapa berbicara dengan pesapa menggunakan sapaan Inna + nama anak I.
13 Inna Evi, jam pirra latihan koor ba koka?
„Mama Evi, besok latihan koor jam berapa?‟
2.2.3 Sapaan Hubungan Kekerabatan Ana Mane
Kata sapaan hubungan kekerabatan Ana Mane secara harafiah berarti „anak laki-laki‟. Sapaan Ana Mane digunakan oleh penyapa pria dan wanita untuk
menyapa anak laki-laki kandung. Sapaan ini digunakan dalam situasi resmi dan tidak resmi dan dalam hubungan akrab. Berikut ini contoh dan penjelasannya.
14 Ana Mane Ngeta yoddi kako skolah, jam piira ba nebehinna?
„Anak, segera berangkat ke sekolah, sudah jam berapa ini?‟
Contoh 14 menunjukkan mengenai penggunaan kata sapaan Ana Mane oleh seorang Ibu yang memarahi anaknya untuk segera berangkat ke sekolah agar tidak
terlambat.
2.2.4 Sapaan Hubungan Kekerabatan Ana Mawinne
Kata sapaan hubungan kekerabatan Ana Mawine secara harafiah berarti „anak perempuan‟. Sapaan Ana Mawine digunakan oleh penyapa pria dan wanita
untuk menyapa anak perempuan kandung. Sapaan ini digunakan dalam situasi resmi dan tidak resmi dan dalam hubungan akrab. Berikut ini contoh dan
penjelasannya. 15
Ana Mawine, pati’i ba bubur ina kawedamu? „Anak, apakah bubur untuk nenek sudah dimasak?‟
Contoh 15 menunjukkan mengenai penggunaan kata sapaan Ana Mawinne oleh seorang ibu kepada anak gadisnya mengenai makanan untuk sang nenek.
2.2.5 Sapaan Hubungan Kekerabatan Leiro
Kata sapaan hubungan kekerabatan Leiro memiliki arti „Sayang‟. Kata
sapaan Leiro merupakan kata sapaan yang sangat lembut dan digunakan oleh penyapa pria dan wanita untuk menyapa anak perempuan yang memiliki
hubungan kekerabatan dengan penyapa. Sapaan ini digunakan dalam situasi resmi dan tidak resmi dan dalam hubungan akrab. Berikut ini contoh dan penjelasannya.
16 Leiro, mu nga’a ba? Ne wai ngana’a pangindigu
„Sayang, kamu sudah makan? Ini mama ada bawakan daging‟
Contoh 16 menunjukkan penggunaan kata sapaan Leiro. Sapaan tersebut biasa digunakan oleh seorang Ibu untuk menyapa dengan sangat lembut anak
perempuannya.
2.2.6 Sapaan Hubungan Kekerabatan Na’a
Kata sapaan hubungan kekerabatan N a’a secara harafiah berarti „saudara‟.
Kata sapaan Na’a digunakan oleh penyapa wanita untuk menyapa adik maupun
kakak laki-laki kandung. Sapaan ini digunakan dalam situasi resmi dan tidak resmi dan dalam hubungan akrab. Berikut ini contoh dan penjelasannya.
17 Na’a, pirra budi kako deke ruta na karambo?
„Adik, kapan pergi ambil rumput untuk kerbau?‟
Contoh 17 menjelaskan mengenai penggunaan sapaan N a’a yang digunakan
oleh seorang kakak perempuan untuk menyuruh adiknya agar segera mengambil makanan untuk kerbau.
2.2.7 Sapaan Hubungan Kekerabatan Wotto
Kata sapaan hubungan kekerabatan Wotto secara harafiah juga berarti „saudara‟ tetapi dapat juga diartikan „nona‟. Kata sapaan Wotto digunakan oleh
penyapa pria untuk menyapa adik maupun kakak perempuan kandung. Sapaan ini digunakan dalam situasi resmi dan tidak resmi dan dalam hubungan akrab.
Berikut ini contoh dan penjelasannya. 18
Wotto, ge bondala niamu kalambe gu patobamu manna? „Adik, baju yang sudah dicuci di simpan di mana?
Pada contoh 18 menjelaskan mengenai penggunaan sapaan Wotto yang digunakan oleh seorang kakak laki-laki untuk memanggil saudara perempuannya.
2.2.8 Sapaan Hubungan Kekerabatan Ama Kaweda
Kata sapaan hubungan kekerabatan Ama Kaweda merupakan sapaan yang digunakan oleh penyapa pria atau wanita untuk menyapa kakek kandung. Sapaan
ini digunakan dalam situasi resmi dan tidak resmi dan dalam hubungan akrab. Berikut ini merupakan contoh pemakaian kata sapaan kekerabatan Ama Kaweda.
19 Ama Kaweda, baba enu ba morromu wali dotera?
„Kakek sudah habis minum obat dari dokter? PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Contoh 19 menunjukkan penggunaan sapaan Ama Kaweda oleh seorang cucu kepada kakeknya. Contoh tersebut menunjukkan tentang seorang cucu yang
bertanya kepada sang kakek apakah kakeknya sudah selesai meminum obat dari dokter.
Sapaan Ama Kaweda tersebut sudah jarang digunakan khususnya di daerah perkotaan. Masyarakat perkotaan di Kabupaten Sumba Barat Daya sering
menggunakan kata Sapaan Opa untuk menyapa kakek kandung. Contoh berikut menunjukkan penggunaan kata sapaan Opa.
20 Opa, woi gai sepeda baru
Opa, belikan saya sepeda baru
2.2.9 Sapaan Hubungan Kekerabatan Inna Kaweda
Kata sapaan hubungan kekerbatan Inna Kaweda yang berarti „nenek‟
merupakan sapaan yang digunakan oleh penyapa pria atau wanita untuk menyapa nenek kandung. Sapaan Ina Kaweda digunakan dalam situasi resmi dan tidak
resmi dan dalam hubungan akrab. Berikut ini merupakan contoh pemakaian kata sapaan kekerabatan Inna Kaweda.
21 Ina Kaweda, omana nga’a pamamadebehinna kana pia belli ne
sariawanmu „Nenek, jangan makan sirih pinang lagi agar sariawannya
sembuh‟
Contoh 21 menunjukkan penggunaan sapaan Inna Kaweda oleh seorang cucu kepada neneknya. Sama halnya dengan sapaan Ama Kaweda, sapaan Inna
Kaweda tersebut sudah jarang digunakan khususnya di daerah perkotaan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Masyarakat perkotaan di kabupaten Sumba Barat Daya sering menggunakan kata Sapaan Oma untuk menyapa nenek kandung. Contoh berikut menunjukkan
penggunaan kata sapaan Oma. 22
Oma, ge ne nia ingigu? „Oma, Dimana sarung saya?‟
2.2.10 Sapaan Hubungan Kekerabatan Umbu
Kata sapaan hubungan kekerabatan Umbu memiliki arti „cucu‟. Kata
sapaan ini digunakan oleh penyapa pria atau wanita untuk menyapa cucu perempuan dan cucu laki-laki kandung. Sapaan ini digunakan dalam situasi resmi
dan tidak resmi dan dalam hubungan akrab. Berikut ini contoh dan penjelasannya. 23
Umbu, kako eta beli na wawi apana kana kaweka „Cucu, lihat dulu babi itu kenapa tiba-tiba berteriak‟
Contoh 23 menunjukkan penggunaan sapaan Umbu oleh penyapa kepada cucunya. Contoh tersebut tampak menunjukkan seorang nenekkakek yang
menyuruh cucunya untuk memeriksa keadaan seekor babi yang tiba-tiba berteriak.
2.2.11 Sapaan Hubungan Kekerabatan Tamoama
Kata sapaan hubungan kekerabatan Tamoama merupakan sapaan yang digunakan oleh penyapa pria dan wanita untuk menyapa anak laki-laki cucu
yang memiliki nama panggilan atau menggunakan nama yang diturunkan dari kakek kandung nama sang cucu merupakan nama yang diambil dari nama kakek
kandung. Sapaan ini juga merupakan sapaan lembut kepada anak laki-laki. Berikut ini contoh dan penjelasannya.
24 Tamoama, yawe ne ate na manu mbarana marapu
„Cucu, bawakan hati ayam ini ke Marapu‟
Contoh 23 menunjukkan penggunaan sapaan Tamoama. Dalam contoh tersebut tampak kakek menyuruh cucu laki-lakinya utnuk membawakan sesaji atau
makanan persembahan kepada leluhur.
2.2.12 Sapaan Hubungan Kekerabatan Tamoina
Kata sapaan hubungan kekerabatan Tamoina memiliki arti yang sama dengan sapaan Tamoama, yaitu
„cucu‟. Sapaan ini merupakan sapaan digunakan oeh penyapa pria atau wanita untuk menyapa anak perempuan cucu yang
memiliki nama panggilan atau menggunakan nama yang diturunkan dari nenek kandung nama sang cucu merupakan nama yang diambil dari nama nenek
kandung. Sapaan ini juga merupakan sapaan yang lembut kepada anak perempuan. Sapaan ini digunakan dalam situasi resmi dan tidak resmi dan dalam
hubungan akrab. Berikut ini contoh dan penjelasannya.
25 Tamoina, pati’i beli ne ro’o sambiloto kaku enu beli dana dua
ki ne ti’a gu ‘Cucu, rebus daun sambiloto ini, saya mau minum karena perut
saya sedang tidak enak ‟
Contoh 25 menunjukkan penggunaan kata sapaan Tamoina. Contoh tersebut menggambarkan seorang nenekkakek menyuruh cucu perempuan untuk memasak
obat dari dedaunan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
2.2.13 Sapaan Hubungan Kekerabatan Aiba
Kata sapaan hubungan kekerabatan Aiba merupakan sapaan yang digunakan oleh penyapa pria atau wanita untuk menyapa cicit laki-laki atau cicit
perempuan. Kata sapaan Aiba digunakan dalam situasi resmi dan tidak resmi dan dalam hubungan akrab. Berikut ini contoh dan penjelasannya.
26 Aiba, ngindi belli neme ingigu ne’e bali katonga
„Cicit, bawakan ke sini sarung nenek yang ada di bale-bale‟
Contoh 26 menunjukkan mengenai penggunaan kata sapaan Aiba. Dalam contoh tersebut tampak seorang nenek menyuruh cicitnya untuk mengambil sarung sang
nenek yang tertinggal di bale-bale.
2.2.14 Sapaan Hubungan Kekerabatan Amaangua
Kata sapaan hubungan kekerabat Amaangua merupakan sapaan yang digunakan oleh penyapa pria atau wanita untuk menyapa saudara laki-laki
kandung dari pihak ayah. Sapaan ini digunakan dalam situasi resmi dan tidak resmi dan dalam hubungan akrab. Berikut ini contoh dan penjelasannya.
27 Amaangua, mado’I dapa daku eta kango kareko pongu ge?
„Bapak, lama tidak betemu kenapa bapak terlihat kurus?‟
Contoh 27 menunjukkan penggunaan kata sapaan Amaangua. Tampak dalam contoh tersebut penyapa berbicara kepada saudara laki-laki dari pihak ayah.
Namun, penggunaan kata sapaan Amaangua sudah jarang digunakan. Hal tersebut disebabkan sapaan Amaangua memiliki arti yang sama dengan kata sapaan Ama
sehingga masyarakat Weejewa di kabupaten Sumba Barat Daya terkadang menyapa saudara laki-laki dari pihak ayah dengan menggunakan kata sapaan Ama
saja. Penggunaannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
2.2.15 Sapaan Hubungan Kekerabatan Inaangua
Kata sapaan hubungan kekerabatan Inaangua merupakan sapaan yang digunakan oleh penyapa pria dan wanita untuk menyapa adik atau kakak
perempuan dari pihak ibu atau mama. Kata sapaan tersebut digunakan dalam situasi resmi dan tidak resmi dan dalam hubungan akrab. Berikut ini contoh dan
penjelasannya. 28
Inaangua, waipo kambe tana lakka yodi? „Mama, masih ada sisa kacang tanah sedikit?‟
Contoh 28 menunjukkan penggunaan kata sapaan Inaangua. Dalam contoh tersebut penyapa bertanya kepada saudara perempuan dari pihak Ibunya
apakah masih ada sisa kacang tanah. Sama halnya dengan kata sapaan Amaangua, sapaan Inaangua juga sudah jarang digunakan karena memiliki arti
yang sama dengan kata sapaan Inna sehingga terkadang penyapa menyapa saudara dari pihak ibu hanya dengan menggunakan sapaan Inna. Penggunaannya
disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
2.2.16 Sapaan Hubungan Kekerabatan Loka
Kata sapaan hubungan kekerabatan Loka
memiliki arti „paman‟. Kata sapaan Loka merupakan kata sapaan yang digunakan oleh penyapa pria atau
wanita untuk menyapa kakak atau adik laki-laki dari pihak Ibu. Kata sapaan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tersebut digunakan dalam situasi resmi dan tidak resmi dan dalam hubungan akrab. Berikut ini contoh dan penjelasannya.
29 Loka, ba koka sore bisa antargai ne sekolah
„Om, Apakah besok bisa antarkan saya ke sekolah?‟
Contoh 29 menunjukkan penggunaan kata sapaan Loka oleh penyapa kepada saudara laki-laki dari pihak Ibu. Dalam contoh tersebut penyapa bertanya
kesediaan pamannya untuk mengantarkannya ke sekolah. Kata Sapaan Loka sudah jarang digunakan khususnya di daerah perkotaan.
Masyarakat perkotaan di kabupaten Sumba Barat Daya sering menggunakan kata Sapaan Om untuk menyapa paman kandung.
2.2.17 Sapaan Hubungan Kekerabatan Cama
Kata sapaan hubungan kekerabatan Cama memiliki ar ti „bibi‟. Sapaan ini
digunakan oleh penyapa pria dan wanita untuk menyapa kakak atau adik perempuan dari pihak ayah. Kata sapaan ini digunakan dalam situasi resmi dan
tidak resmi dan dalam hubungan akrab. Berikut contoh dan penjelasannya. 30
Cama, raigu we’e mutu teh ato kopi? „Tante, mau saya buatkan teh atau kopi?‟
Contoh 30 menunjukkan penggunaan kata sapaan Cama oleh penyapa kepada saudara perempuan dari pihak ayah. Dalam contoh tersebut tampak
penyapa menawarkan minuman kepada bibinya. Sama halnya dengan kata sapaan Loka, sapaan cama juga sudah jarang digunakan khususnya di daerah perkotaan.
Masyarakat perkotaan di kabupaten Sumba Barat Daya sering menggunakan sapaan tante untuk menyapa paman kandung.
2.2.18 Sapaan Hubungan Kekerabatan Anakabine
Kata sapaan hubungan kekerabatan Anakabine memiliki arti „keponakan‟.
Sapaan ini digunakan oleh penyapa untuk menyapa keponakan kandung perempuan maupun laki-laki. Sapaan ini digunakan dalam situasi resmi dan tidak
resmi dan dalam hubungan akrab. Berikut ini contoh dan penjelasannya. 31
Anakabine, lodo pirra buddi deimba raport mi? „Ponaan, hari apa kalian akan menerima raport?‟
Contoh 31 menunjukkan penggunaan sapaan Anakabine. Contoh tersebut menjelaskan bagaimana penyapa bertanya kepada keponakannya perempuan atau
laki-laki mengenai hari apa sang keponakan akan menerima raport.
2.2.19 Sapaan Hubungan Kekerabatan Anguleba
Kata sapaan hubungan kekerabatan Anguleba merupakan sapaan yang berarti „sepupu‟. Sapaan tersebut digunakan oleh penyapa pria atau wanita untuk
menyapa anak-anak dari kakakadik laki-laki dan perempuan ayah. Sapaan ini digunakan dalam situasi resmi maupun tidak resmi dan dalam hubungan akrab.
Berikut ini contoh dan penjelasannya. 32
Anguleba, dubula kai ba koka ami todaka watara ne oma
„Sepupu, besok jangan lupa untuk datang ikut tanam jagung di kebun
‟ PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Contoh 32 menunjukkan penggunaan sapaan Anguleba oleh penyapa kepada sepupu dari pihak ayah. Contoh tersebut menujukkan tentang penyapa
yang mengingatkan sepupu dari pihak ayahnya untuk datang ikut serta menanam jagung di kebun.
2.2.20 Sapaan Hubungan Kekerabatan Olebei
Kata sapaan Olebei memiliki arti yang sama dengan Anguleba, yaitu „sepupu‟. Sapaan tersebut digunakan oleh penyapa pria atau wanita untuk
menyapa anak-anak dari kakakadik laki-laki dan perempuan Ibu. Sapaan ini digunakan dalam situasi resmi maupun tidak resmi dan dalam hubungan akrab.
Berikut Ini contoh dan penjelasannya. 33
Olebei, gei wali nia mu mana male? „Sepupu, engkau dari mana kemarin malam?‟
Contoh 33 menunjukkan penggunaan sapaan Olebei. Contoh tersebut menjelaskan tentang seorang penyapa yang bertanya kepada saudara sepupu dari
pihak ibunya.
2.2.21 Sapaan Hubungan Kekerabatan Wera
Kata sapaan hubungan kekerabatan Wera memiliki dua ar ti, yaitu „mertua‟
dan „besan‟. Sapaan istilah kekerabatan Wera yang memiliki arti „mertua‟ digunakan oleh penyapa pria dan wanita untuk menyapa bapak atau ibu
mertuanya. Sedangkan Wera yang memiliki arti „besan‟ digunakan oleh penyapa
pria dan wanita untuk menyapa orang tua dari menantu baik menantu pria maupun menantu wanita. Sapaan tersebut digunakan dalam situasi resmi dan tidak resmi
serta dalam hubungan akrab. Penggunaan kata sapaan Wera disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Berikut ini contoh dan penjelasannya.
34 Wera, maiga dengi wasu kaku rai golu wawi. Na kalada lolo ba
wawi ne uma. „Mertua, saya datang meminta kayu untuk membuat kandang
babi. Babi dirumah sudah cukup besar. ‟
35 Slamata siang peina kabar yodi, Wera?
‘Selamat siang Bagaimana kabarmu, Besan?‟
Contoh 34 menunjukkan penggunaan kata sapaan oleh penyapa terhadap ibu mertua atau ayah mertua sedangkan contoh 35 menunjukkan penggunaan
kata sapaan oleh penyapa terhadap orang tua dari menantu besan. Namun, penggunaan kata sapaan „wera‟ yang memiliki arti „mertua‟ sudah jarang
digunakan oleh masyarakat Sumba Barat Daya untuk menyapa ibu mertua atau ayah mertua. Sekarang ini cenderung terjadi pergeseran penggunaan kata sapaan
untuk bapa dan ibu mertua menjadi Inna „mama‟ atau Ama „Bapak‟. Pergeseran
penggunaan kata sapaan tersebut menunjukkan terjadinya hubungan yang lebih erat antara menantu dan mertua.
2.2.22 Sapaan Hubungan Kekerabatan Wasse
Sapaan hubungan kekerabatan Wasse memilik arti „anak‟. Sapaan Wasse
digunakan oleh penyapa pria atau wanita untuk menyapa anak menantu baik laki- laki maupun perempuan. Kata sapaan ini digunakan dalam situasi resmi dan tidak
resmi dan dalam hubungan akrab berikut ini contoh dan penjelasannya. 36
Wasse, jam pirra kako ne posyandu? „Anak, jam berapa berangkat ke posyandu?‟
Contoh 36 menunjukkan penggunaan kata sapaan Wasse oleh penyapa kepada anak menantu perempuan. Tampak dalam contoh tersebut bapak atau ibu mertua
bertanya kapan anak menantunya berangkat ke posyandu.
2.2.23 Sapaan Hubungan Kekerabatan Ippa
Kata sapaan hubungan kekerabatan Ippa memiliki arti „ipar‟. Sapaan Ippa
merupakan sapaan yang digunakan oleh penyapa pria atau wanita untuk menyapa saudara ipar perempuan. Sapaan ini digunakan dalam situasi resmi dan tidak resmi
dan dalam hubungan akrab. Berikut ini contoh dan penjelasannya. 37
Ippa, bisa panunga gai belli pei pata pati’i ne kana’a simbi? „Ipar, apakah bisa ajarkan kepada saya bagaimana caranya
memasak daging kambing ini? ‟
Contoh 37 menunjukkan penggunaan sapaan Ippa oleh penyapa kepada saudara ipar perempuannya. Contoh tersebut menjelaskan tentang penyapa yang meminta
kepada saudara ipar perempuannya untuk mengajarinya bagaimana cara memasak daging kambing.
2.2.24 Sapaan Hubungan Kekerabatan Olesawa
Kata sapaan hubungan kekerabatan Olesawa memiliki arti yang sama dengan kata sapaan Ippa
, yaitu „ipar‟. Sapaan Olesawa merupakan kata sapaan yang digunakan oleh penyapa pria atau wanita untuk menyapa saudara ipar laki-
laki. Kata sapaan tersebut digunakan dalam situasi resmi dan tidak resmi dan dalam hubungan akrab. Berikut ini contoh dan penjelasannya.
38 Dengi belli bu’bumu iya, Olesawa
„Berikan saya rokokmu satu batang, Ipar‟ PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Contoh 38 menunjukkan penggunaan kata sapaan Olesawa. Dalam contoh tersebut tampak penyapa meminta sebatang rokok kepada saudara ipar laki-laki.
Tabel 1. Sapaan Hubungan Kekerabatan No
Hubungan Kekerabatan Kata Sapaan
1 Kakek Kandung
Ama Kaweda 2
Nenek Kandung Inna Kaweda
3 Ayah
Ama 4
Ibu Inna
5 Anak laki-laki
Ana Mane 6
Anak perempuan Ana Mawine
7 Sayang
Leiro 8
Kakakadik Laki-laki kandung Na’a
9 Kakakadik perempuan kandung
Wotto 10
Cucu laki-lakiperempuan Umbu
11 Cucu Laki-laki
Tamoama 12
Cucu Perempuan Tamoina
13 Cicit
Aiba 14
Kakakadik laki-laki Ayah Amaangua
15 Kakakadik perempuan Ibu
Inaangua 16
Adikkakak Laki-laki Ibu Loka
17 Adikkakak perempuan Ayah
Cama 18
Keponakan Anakabine
19 Sepupu dari pihak ayah
Anguleba 20
Sepupu dari pihak Ibu Olebei
21 Mertua
Wera 22
Ipar laki-laki Olesawa
23 Menantu laki-lakiperempuan
Wasse 24
Ipar perempuan Ippa
2.3 Sapaan Hubungan Nonkekerabatan
Kata sapaan nonkekerabatan merupakan kata sapaan yang digunakan untuk menyapa orang yang tidak memiliki hubungan darah baik karena keturunan
maupun karena hubungan perkawinan. Kata sapaan yang dipergunakan kepada
bukan kerabat nonkerabat meliputi sapaan yang dipergunakan untuk menyapa orang sebaya dengan kakek dan nenek, sebaya dengan orang tua, lebih tua
dari orang tua, lebih muda dari orang tua, sebaya dengan kakak, sebaya dengan adik, sebaya dengan penutur. Kata sapaan yang menyatakan hubungan non-
kekerabatan dalam bahasa Weejewa di Kabupaten Sumba Barat Daya, yaitu
Kaweda, Paiina, Tante, Paama, O m, Ka’a, Alli.
2.3.1 Sapaan Nonkekerabatan Kaweda
Kata sapaan nonkekerabatan Kaweda secara harafiah berarti „tua‟. Sapaan
Kaweda merupakan sapaan yang digunakan oleh penyapa pria atau wanita untuk menyapa kakek atau nenek bukan kandung. Sapaan ini dapat digunakan dalam
situasi resmi dan tidak resmi dan dalam hubungan akrab maupun tidak akrab. Berikut contoh kalimat 39 menunjukkan bagaimana penyapa berbicara dengan
orang yang disapa menggunakan sapaan kaweda. 39
Kaweda, gei nia ummamu kako antara gu’ „Tua, rumahnya dimana supaya saya antar?‟
2.3.2 Sapaan Hubungan Nonkekerabatan Painna
Kata sapaan nonkekerabatan Painna secara harafiah
berarti „Ibu‟ adalah sapaan yang digunakan oleh penyapa pria atau wanita untuk menyapa ibu-ibu
bukan kandung yang sudah memilik anak. Sapaan ini digunakan dalam situasi tidak resmi dan dalam hubungan akrab maupun tidak akrab. Berikut contoh
kalimat 40 menunjukkan bagaimana penyapa berbicara dengan orang yang disapa menggunakan sapaan paiinna.
40 Paiina, pirra ia kobba we ne gaga?
„Ibu, Lombok satu mangkuk ini harganya berapa?
2.3.3 Sapaan Hubungan Nonkekerabatan Tante
Kata sapaan nonkekerabatan Tante yang berarti „bibi‟ adalah sapaan yang
digunakan oleh penyapa pria atau wanita untuk menyapa wanita bukan kandung yang sudah memilik anak maupun masih bujang. Sapaan ini dapat digunakan
dalam situasi resmi dan tidak resmi dan dalam hubungan akrab maupun tidak akrab. Berikut contoh kalimat 41 menunjukkan bagaimana penyapa berbicara
dengan orang yang disapa menggunakan sapaan Tante. 41
Tante, permisi, tua yoddi ge nei ne ummana Bapak Maya „Tante, permisi, saya mau bertanya. Dimana rumah Bapak
Maya?
2.3.4 Sapaan Hubungan Nonkekerabatan Pa’ama
Kata sapaan nonkekerabatan Paama secara harafiah berarti „bapak‟.
Sapaan ini merupakan sapaan yang digunakan oleh penyapa pria atau wanita untuk menyapa bapak-bapak bukan kandung yang sudah memiliki anak. Sapaan
ini digunakan dalam situasi tidak resmi dan dalam hubungan akrab maupun tidak akrab. Berikut contoh kalimat 42 menunjukkan bagaimana penyapa berbicara
dengan orang yang disapa menggunakan sapaan pa’ama.
42 Pa’ama, Garra olemu kadi karambo?
„Bapak dengan siapa mengembala kerbau?‟
2.3.5 Sapaan Hubungan Nonkekerabatan Om
Kata sapaan nonkekerabatan Om yang berarti „paman‟ adalah sapaan yang
digunakan oleh penyapa pria atau wanita untuk menyapa pria bukan kandung yang sudah memilik anak maupun masih bujang. Sapaan ini dapat digunakan
dalam situasi resmi dan tidak resmi dan dalam hubungan akrab maupun tidak akrab. Berikut ini contoh kalimat 43 menunjukkan bagaimana penyapa berbicara
dengan orang yang disapa dengan menggunakan sapaan Om. 43
Pirra harga ne rowe iga ikat Om? „Om, sayur ini harganya berapa satu ikat?‟
2.3.6 Sapaan Hubungan Nonkekerabatan Ka’a
Kata sapaan nonkekerabatan ka’a yang berarti „kakak‟ adalah sapaan
yang digunakan oleh penyapa pria atau wanita untuk menyapa pria atau wanita bukan kandung dan usianya lebih tua daripada penyapa. Sapaan
ka’a dapat juga digunakan untuk menyapa priawanita yang memiliki hubungan kekerabatan
dengan penyapa Sapaan ini digunakan dalam situasi resmi dan tidak resmi dan dalam hubungan akrab maupun tidak akrab. Berikut contoh kalimat 44
menunjukkan bagaimana penyapa berbicara dengan orang yang tidak dikenal menggunakan sapaan
ka’a.
44 Ka’a, bisa b’ubu ne loura?
„Kakak, bisa tolong merokok di luar?‟ PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.3.7 Sapaan Hubungan Nonkekerabatan Alli
Kata sapaan Alli yang berarti „adik‟ adalah sapaan yang digunakan oleh
penyapa pria atau wanita untuk menyapa pria atau wanita bukan kandung dan usianya lebih muda daripada penyapa. Sapaan alli dapat juga digunakan untuk
menyapa priawanita yang memiliki hubungan kekerabatan dengan penyapa. Sapaan ini juga dapat digunakan dalam situasi resmi dan tidak resmi dan dalam
hubungan akrab maupun tidak akrab. Berikut ini contoh kalimat 45 menunjukkan bagaimana penyapa berbicara dengan orang yang tidak di kenal
menggunakan sapaan alli. 45
Alli, klas pirra ba nebe hinna? „Adik, sudah kelas berapa sekarang?
Tabel 2. Sapaan Hubungan Nonkekerabatan No
Nonkekerabatan Kata sapaan
1 Orang yang sebaya kakeknenek Kaweda
2 Orang sebaya Ibu
painna 3
Orang sebaya Ayah pa’ama
4 Orang sebaya kakak
perempuanlaki-laki Ka’a
5 Orang sebaya adik laki-
lakiperempuan Alli
2.4 Sapaan Dengan Menyebut Nama
Sistem sapaan yang dengan menyebut nama dalam bahasa Weejewa di kabupaten Sumba Barat Daya dapat dikelompokkan menjadi sistem sapaan
dengan menyebut nama diri dan sistem sapaan dengan menyebut nama anak pertama atau anak terakhir.
2.4.1 Sapaan dengan Menyebut Nama Panggilan
Nama diri adalah nama yang dipakai dengan menyebutkan nama seseorang KBBI, 1995: 681. Sapaan nama diri merupakan nama yang diperoleh seseorang
ketika lahir. Nama diri merupakan bentuk sapaan yang dipakai untuk mengetahui identitas seseorang, misalnya Gusti, Ratna, Sinta dan lain-lain. Sapaan nama diri
dapat berupa nama diri tanpa diikuti bentuk lain dan nama diri yang yang dikombinasikan atau disertai sapaan lain. Bentuk sapaan dengan menyebut nama
diri sangat dipengaruhi oleh pola hubungan antara penyapa dengan pesapa. Pemakaian bentuk sapaan nama diri sering digunakan oleh penutur yang memiliki
usia sebaya dengan mitra tutur dan penutur yang usianya lebih tua dari mitra tutur atau orang yang disapa. Selain itu, penggunaan kata sapaan nama diri ditemukan
dalam situasi tidak resmi, memiliki hubungan yang akrab dan biasanya sudah lama saling mengenal.
Dalam peneltian ini, kata sapaan dengan menyebut nama diri terbagi menjadi dua bagian, yaitu penggunaan sapaan dengan nama panggilan lengkap
dan penggunaan sapaan dengan nama panggilan penggal. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.4.1.1 Sapaan dengan Menyebut Nama Panggilan Lengkap
Pada sapaan ini, nama seseorang disebut dengan utuh atau lengkap. Contoh kalimat berikut ini menunjukkan bagaimana penggunaan kata sapaan
dengan menyebut nama panggilan secara lengkap. 46
Tina, keketa kalambe ammi ba urra „Tina, angkat jemurannya karena akan turun hujan‟
2.4.1.2 Sapaan Dengan Menyebut Nama Panggilan Penggal
Pada sapaan ini nama seseorang akan disingkat atau terjadi pemenggalan. Contoh kalimat berikut ini menunjukkan bagaimana penggunaan kata sapaan
dengan menyebut nama panggilan penggal. 47
Tinus, ne riti kako woi belli ga roko igha „Tinus, ini uang. Pergi belikan ayah sebatang rokok‟
48 Ce, ne pi’a wai danamu na duwa ba?
„Ce, apakah lukamu di kaki sudah sembuh?‟
Sapaan nama diri yang dipakai dalam contoh 47 dan 48 adalah nama seorang laik-laki yang bernama lengkap Martinus dan seorang perempuan yang
bernama lengkap Marce. Pada contoh 47 menjelaskan mengenai penggunaan sapaan yang dibentuk berdasarkan nama diri
‘Martinus’ yang dipakai secara tidak utuh atau dipenggal oleh penutur menjadi Tinus. Sedangkan pada contoh 48
menjelaskan mengenai penggunaan sapaan yang dibentuk berdasarkan nama diri yang dipakai secara tidak utuh atau dipenggal, yaitu Ce, merupakan penggalan
dari sapaan yang dibentuk berdasarkan nama diri Marce. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.4.2 Sapaan dengan Menyebut Nama Anak Pertama atau Terakhir
Kata sapaan dengan menyebut nama anak ini biasanya digunakan untuk menyapa pria atau wanita tua, muda atau sebaya yang sudah berkeluarga.
Bentuk sapaan dengan menyebut nama anak sangat dipengaruhi oleh pola hubungan antara penyapa dengan pesapa. Dalam penggunaannya biasanya selalu
diawali dengan kata sapaan Ama atau Bapak dan Inna atau mama kemudian diikuti dengan nama anak sulung atau anak bungsu. Berikut ini contoh dan
penjelasannya. 49
Bapa Yanus, tanggal pira ba kako ne Surabaya? „Bapak Yanus, tanggal berapa berangkat ke Surabaya?‟
50 Ama Rinto, tekki ne mama Rinto kana deke gula mono kopi
ne uma „Bapak Rinto, tolong beritahu mama Rinto untuk datang
mengambil gula dan kopi di rumah ‟
Contoh 48 dan contoh 49 menunjukkan tentang penggunaan kata sapaan dengan menyebut nama anak sulung dan anak bungsu. Pada contoh 48,
Yanus merupakan anak sulung dari lawan tutur sehingga penutur menyapa lawan tuturnya dengan kata sapaan bapak kemudian diikuti dengan nama anak sulung
menjadi Bapak Yanus. Adapun contoh 49, Rinto merupakan anak bungsu dari lawan tutur sehingga penutur menyapa lawan tuturnya dengan kata sapaan Ama
kemudian diikuti dengan nama anak bungsu sehingga menjadi Ama Rinto. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 3. Sapaan Berdasarkan Nama Diri mitra tutur No
Nama Diri mitra tutur Kata Sapaan
1 Menyebut Nama Panggilan
Lengkap Tina, dsb.
2 Menyebut Nama Panggilan
Penggal Martinus menjadi tinusnus, dsb
3 Menyebut Nama Anak Pertama
atau Terakhir AmaBapak diikuti nama anak
pertamaterakhir, dan Innamama diikuti nama anak pertamaterakhir.
2.5 Sapaan Berdasarkan Kata Ganti
Jenis sapaan berdasarkan kata ganti adalah jenis sapaan yang sering digunakan untuk menyapa orang yang sudah dikenal ataupun belum dikenal.
Dalam penelitian ini, sapaan berdasarkan kata ganti dibagi menjadi dua jenis yaitu sapaan kata ganti orang kedua tunggal dan sapaan kata ganti orang kedua jamak.
2.5.1 Sapaan Kata Ganti Orang Kedua Tunggal
Sapaan kata ganti orang kedua tunggal merupakan kata ganti yang digunakan untuk menunjuk pada orang kedua atau orang yang diajak bicara mitra
tutur. Sapaan kata ganti orang kedua tunggal dalam bahasa Weejewa ada tiga yaitu W
o’u, Oda, dan Ole. Kata sapaan W
o’u yang berarti „kau‟ digunakan untuk menyapa pria atau wanita yang usianya lebih muda atau sebaya dengan penutur. Kata sapaan
wo’u digunakan untuk menyapa orang yang belum dikenal maupun sudah dikenal tetapi
dalam hubungan yang tidak akrab. Berikut contoh kalimat 51 dan 52 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menunjukkan bagaimana penyapa berbicara dengan orang yang disapa menggunakan sapaan
Wo’u.
51 Ge nei nia umamamu wo’u?
„Dimana rumah kamu?
52 Wo’u deke pena gu?
„Apakah kamu mengambil penaku?
Kata sapaan Oda atau Ole memiliki arti „temankawan‟. Namun,
penggunaan kedua sapaan tersebut berbeda. Kata Sapaan Oda digunakan untuk menyapa mitra tutur yang usianya sebaya dan lebih muda dari penutur.
Penggunaan kata sapaan Oda dalam masyarakat Sumba Barat Daya biasanya digunakan kepada orang yang baru dikenal dan dalam hubungan yang tidak begitu
akrab. Sedangkan kata sapaan Ole biasanya digunakan untuk menyapa orang yang lebih muda,tua atau seumuran dengan penyapa dan dalam hubungan yang sudah
akrab. Berikut ini contoh penggunaan kata sapaan Oda dan Ole. 53
Oda, b’alimu weti rowe ne omadana? „Teman, apakah kamu baru pulang dari memetik sayur?‟
54 Ole, ya tuddu pu gai ritimu lima ngau,
„Teman, pinjamkan saya uang lima puluh ribu rupiah.‟
2.5.2 Sapaan Kata Ganti Orang Kedua Jamak
Kata ganti orang kedua jamak dalam bahasa Weejewa Kabupaten Sumba Barat Daya, yaitu Yemmi yang berarti kalian. Sapaan yemmi biasanya digunakan
untuk menyapa kawan sebaya maupun orang yang lebih tua. Sapaan tersebut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dapat digunakan dalam situasi resmi maupun tidak resmi. Berikut contoh 55 dan 56 menunjukkan penggunaan kata sapaan Yemmi;
55 Yemmi, nga’a ba ne loddo nena?
„Kalian sudah makan, siang ini?
56 Daiki urra ne podo’u mi Yemmi?
„Apakah tidak turun hujan ditempat kalian?
Tabel 4. Sapaan Berdasarkan Kata Ganti. No
Kata ganti Kata sapaan
1 Kata ganti orang kedua tunggal
Wou Oda
Ole 2
Kata ganti orang kedua jamak Yemmi
2.6 Kata Sapaan Berdasarkan Status Sosial
Kata sapaan dalam bahasa Weejewa Kabupaten Sumba Barat Daya dibedakan juga jenisnya berdasarkan status sosial. Walaupun peenggunaannya
sudah jarang, masyarakat di kabupaten Sumba barat Daya masih memperhatikan perbedaan status, atau perbedaan kedudukan dalam masyarakat. Masyarakat
Sumba Barat Daya menghormati status sosial yang lebih tinggi daripada lawan bicara. Beberapa bentuk sapaan dalam bahasa Weejewa berdasarkan status sosial
antara lain : Nyora, Maromba, tokko, rato, dawa, Kata Sapaan Nyora yang berarti
„Nyonya‟ digunakan oleh penyapa pria dan wanita untuk menyapa wanita dewasa yang memiliki status sosial tinggi
dalam suatu masyarakat. Selain itu juga digunakan untuk menyebut orang yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memiliki usaha tertentu atau kekayaan. Sapaan ini digunakan dalam situasi resmi dan tidak resmi dan dalam hubungan tidak akrab. Berikut merupakan contoh
pemakaian sapaan Nyora. 57
Nyora, ge kako niamu? Mai kaku antargu ‘Nyonya, mau ke mana? Ayo saya antar‟
Kata sapaan Maromba secara harafia berarti „Tuan‟. Kata sapaan
Maromba merupakan sapaan yang hanya digunakan untuk menyapa seorang Pastor atau Romo. Kata sapaan ini digunakan dalam situasi resmi dan tidak resmi
dan dalam hubungan akrab maupun tidak akrab. Berikut merupakan contoh pemakaian sapaan Maromba kepada seorang PastorRomo.
58 Maromba, jadi we pimpin misa ne wano danagu ba malam
paskah? „Romo, apakah jadi memimpin misa malam paskah di kampung
saya?
Kata sapaan Tokko dan Rato secara harafiah berarti „raja‟. Namun,
Penggunaan kata sapaan Tokko dan Rato berbeda. Sapaan Tokko digunakan oleh penyapa pria dan wanita untuk menyapa kepala adat sedangkan sapaan Rato
merupakan sapaan yang digunakan untuk menyapa seorang raja. Sapaan ini digunakan dalam situasi resmi dan tidak resmi dan dalam hubungan akrab maupun
tidak akrab. Berikut contoh dan penjelasannya. 59
Tokko, tua ne Marapu appa we a salah kana mate kua ne pare „Raja, tanyakan ke Marapu apakah ada yang salah sehingga padi
di sawah mati‟
60 Rato, nati dara kaka na mua ba’
„Raja, kuda putihnya sudah hilang
Contoh 59 menunjukkan penggunaan sapaan kepada kepala adat sedangkan contoh 60 menunjukkan penggunaan kata sapaan kepada seorang
raja. Namun, untuk kata sapaan Rato telah mengalami pergeseran penggunaan. Sapaan Rato yang digunakan kepada raja tidak lagi digunakan untuk menyapa raja
tetapi digunakan untuk menyapa anak laki-laki yang paling disayang. Hal tersebut disebabkan bahwa saat ini masyarakat Sumba tidak lagi memiliki raja.
Kata sapaan Dawa secara haraf iah berarti „orang kota‟. Sapaan ini
digunakan oleh penyapa pria dan wanita untuk menyapa orang yang berasal dari kota. Kata sapaan ini digunakan dalam situasi tidak resmi dan dalam hubungan
akrab. Berikut contoh penggunaan kata sapaan Dawa. 61
Wai kai luwa yemmi ne kota dana, Dawa? ‘Apakah kalian dikota juga memilik ubi, orang kota?‟
Tabel 5. Sapaan Berdasarkan Status sosial No
Status Sosial Kata Sapaan
1 Nyonya
Nyora 2
Tuan Maromba
3 Raja
Tokko 4
Raja Rato
5 Orang kota
Dawa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.7 Sapaan Berdasarkan JabatanProfesi
Identitas seseorang dapat juga ditentukan oleh jabatanprofesi yang dipangkunya. Biasanya ada yang menyapa seseorang menurut jabatanprofesi
yang dipangkunya. Dalam masyarakat Sumba, pemakaian sapaan dalam peristiwa komunikasi
sudah semakin banyak, baik dari segi jumlah maupun dilihat dari segi variasi pemakaiannya. Hal ini dimungkinkan karena banyak jabatanprofesi kedinasan
yang dimunculkan diberbagai bidang untuk merealisasikan tatanan masyarakat yang lebih baik dan teratur. Dalam penggunaannya, sapaan jabatanprofesi ini
biasanya didahului oleh kata bapak atau ibu, seperti bapak polisi, bapak Lurah, ibu dokter dan lain sebagainya. Dalam bahasa Weejewa di kabupaten
Sumba Barat Daya terdapat beberapa sapaan yang digunakan untuk menyapa orang yang memiliki profesijabatan.
Di bidang pemerintahan timbul berbagai jabatan, antara lain, bupati, camat, sekretaris camat sekcam, lurah. Mereka biasanya disapa sesuai dengan
jabatan masing-masing. Berikut contoh 62 dan 63 menujukkan penggunaan kata sapaan dalam bahasa Weejewa berdasarkan pekerjaan dibidang
pemerintahan. 62
Ge wali niamu Pa Lurah? Dari mana, Pak Lurah?
63 Mai belii ne uma ge Ibu sekcam
„Mari mampirlah ke rumah sebentar, Ibu sekcam‟ PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kata sapaan yang dijumpai dalam bidang pendidikan, yaitu Toung guru yang berarti
‘Tuan Guru‟, Toung guru kabani laki-laki, toung guru mawine perempuan, bapak atau ibu, bapak atau ibu guru. Berikut contoh 64 dan
65 menujukkan penggunaan kata sapaan dalam bahasa Weejewa berdasarkan pekerjaan dibidang pendidikan.
64 Toung guru, pirra libura penne kelasa?
„Tuan Guru, kapan libur kenaikan kelas?‟ 65
Ibu Guru, na anagu nena karoduka bisa na ijin beli dana deku ulangan ne lodo?
„Ibu Guru, anak saya sedang sakit. Apakah bisa dia ijin untuk tidak
mengikuti ulangan hari ini?‟
Kata sapaan yang ditemui dalam bidang kesehatan, yaitu Dotera „dokter‟,
sutera ‘suster‟, bidan. Berikut contoh penggunaan sapaan dibidang kesehatan.
66 Bu dotera, appa we penyakit na anagu?
„Ibu dokter, apakah penyakit anak saya ini? 67
Ibu Bidan,ge dangi niamu nebe hinna? „Ibu Bidan tinggal dimana sekarang?‟
Berdasarkan uraian diatas, sapaan-sapaan berdasarkan profesijabatan dalam bahasa Weejewa muncul dalam beberapa bidang, yaitu bidang
pemerintahan, pendidikan dan kesehatan. Sapaan-sapaan tersebut dipakai oleh penyapa pria maupun wanita, baik tua maupun muda untuk menyapa orang yang
memiliki profesijabatan tersebut baik tua, seusia, maupun yang lebih muda dari penyapa. Sapaan tersebut juga digunakan dalam situasi resmi dan tidak resmi dan
dalam hubungan akrab dan tidak akrab. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 6. Sapaan Berdasarkan JabatanProfesi No