Tabel 6. Sapaan Berdasarkan JabatanProfesi No
Jabatanprofesi Kata Sapaan
1 Bupati
Pak Bupati, Bapak Bupati 2
Camat Pak camata, Pak, Bapak Camata
3 sekcam
Pakbu sekcam, Bapakibu sekcam. 4
Lurah Pak lurah, Bapak Lurah, Pak
5 Guru laki-laki
Toung guru, Toung guru kabani, Pak, Pak guru, Bapak Guru, Guru
6 Guru perempuan
Toung guru, Toungguru mawine, Bu, Bu Guru, Ibu Guru, Guru
7 Suster
Sutera, Bu suter, ibu suter 8
Dokter Dotera, Pak Dotera, bapak dokter
9 Bidan
Bu bidan, Ibu bidan, Ibu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
BAB III FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN SAPAAN
DALAM BAHASA WEEJEWA
3.1 Pengantar
Dalam bab ini dibahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian sapaan dalam bahasa Weejewa di Kabupaten Sumba Barat Daya. Hal
ini dilakukan untuk membuktikan faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi pemakaian sapaan dalam suatu perstiwa komunikasi.
Menurut Kartomihardjo dikutip Suhardi, 1985: 6 faktor-faktor yang menentukan pemilihan sapaan, yaitu situasi, etnik, kekerabatan, keintiman, status,
umur, jenis kelamin, status perkawinan, dan asal. Namun, berdasarkan hasil analisis, faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian sapaan dalam bahasa
Weejewa adalah a faktor kekerabatan, b faktor perbedaan profesijabatan, c faktor status sosial, d faktor Usia, e faktor keakraban, f faktor jenis kelamin,
g faktor situasi, dan h faktor asal penutur.
3.2 Faktor Hubungan Kekerabatan
Hubungan kekerabatan merupakan faktor yang mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap pemilihan sapaan. Pemakaian sapaan yang dipengaruhi
faktor kekerabatan menunjukkan adanya hubungan kekerabatan antara penutur dengan mitra tutur.
Hubungan sosial diantara anggota keluarga relatif tetap dan didasarkan
atas ikatan darah, perkawinan dan atau adopsi. Eggan dikutip Mansyur, 1988: 21
menyebutkan bahwa kekerabatan adalah hubungan sosial, baik akibat dari keturunan darah, perkawinan, maupun karena wasiat.
Sapaan yang dipengaruhi faktor kekerabatan yang terdapat dalam bahasa Weejewa didasarkan atas ikatan darah dan perkawinan. Sapaan yang dipengaruhi
faktor kekerabatan tersebut digunakan untuk menyebut atau menyapa mitra tutur yang masih berkerabat dengan penutur. Berikut beberapa contoh penggunaan kata
sapaan oleh penyapa dengan pesapa yang dipengaruhi oleh faktor hubungan kekerabatan.
68 A : Ama, pirra bu’di kirim we riti, dai ba riti gu?
„Bapa, kapan kirim, uang, saya tidak punya uang lagi sekarang?
B : O’o ba koka bu’di pangindi gu riti
„Iya. Besok dulu baru kirim uang‟ 69
A : Na’a gei kako niamu nena? „Kakak kemana tadi?
B : Hetti ga sawah. ‘Saya pergi ke sawah.‟
Contoh 68 dan 69 menunjukkan penggunaan kata sapaan berdasarkan hubungan kekerabatan berupa Ama
yang berarti „Ayah‟ digunakan untuk menyebut ayah kandung dan sapaan
Na’a digunakan untuk menyapa saudara laki-laki kandung. Untuk lebih jelasnya, berikut akan ditampilkan beberapa bagan
serta penjelasannya menggunakan tabel hubungan kekerabatan. Pada bagan di bawah ini dibagi menjadi empat, yaitu a hubungan keluarga inti , b keluarga
luas I ayah, c keluarga luas I ibu, dan d keluarga luas II. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.2.1 Hubungan Kekerabatan Keluarga Inti
Dari perkawinan terbentuklah suatu kelompok kekerabatan yang sering disebut “keluarga inti”. Suatu keluarga inti adalah keluarga atau kelompok yang
terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang belum dewasa atau belum menikah dan juga anak angkat atau anak tiri. Seperti tampak pada bagan berikut.
Suami Istri
Anak Anak
Bagan 2. Keluarga Inti
Keterangan: = menurunkan.
= menyebutmenyapa. = saling menyapamenyebut.
1
2
5 3
4 3
6, 7,8