3.9 Faktor Asal Penutur
Faktor asal penutur juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penggunaan sapaan dalam bahasa Weejewa. Dalam hal ini, kata sapaan yang
digunakan oleh penutur kepada mitra tutur berubah sesuai dengan asal penutur. Dalam peristiwa komunikasi, ada beberapa sapaan yang digunakan oleh
masyarakat di perkotaan berbeda dengan di desa, khususnya sapaan kekerabatan. Misalnya, seorang cucu yang baru datang dari kota akan menyapa kakeknya
dengan kata „Opa‟ bukan „Ama Kaweda’. Hal tersebut disebabkan penutur merupakan orang yang baru datang tinggal di kota. Sapaan untuk menyapa kakek
kandung di masyarakat perkotaan bukan lagi „Ama Kaweda’ melainkan „Opa‟. Kata sapaan lain yang dipengaruhi oleh faktor asal penutur, yaitu Inna Kaweda
menjadi Oma , Cama menjadi tante, dan Loka menjadi Om. Sapaan-sapaan tersebut dipandang juga sebagai pembeda antara orang berpendidikan dengan
yang tidak. Artinya, orang yang tinggal di kota diangap memiliki pendidikan lebih baik daripada yang tinggal di desa.
Berikut beberapa contoh dialog yang menunjukkan penggunaan sapaan yang dipengaruhi oleh faktor penutur. Berikut contoh dialog 98 menunjukkan
seorang cucu yang baru datang dari kotatinggal di kota berbicara kepada kakeknya dan contoh dialog 99 menunjukkan seorang anak yang juga baru
datang atau tinggal di kota berbicara kepada bibinya. 98
A : Opa, masih nga’a po pama’ma debe hinna? „Kakek, apakah kakek masih makan srih dan pinang saat ini?
B : Mando’i ba ku ngau nga’a pamama debe hinna. Da’i ba
ngundugu ge, Tamoama. „Sudah lama saya berhenti makan sirih dan pinang. Saya
sudah tidak ada gigi lagi sekarang, cucu. ‟
99 A : Tante, pirra ba anamu debe hinna?
„Kakek, apakah kakek masih makan srih dan pinang saat ini? B :
Dua’da ba ana gu nebe hinna, Anakabine. „Anak saya sudah dua, ponakan.‟
76
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab II dan bab III, didapatkan dua temuan. Pertama, Jenis-jenis sapaan dalam bahasa Weejewa di Kabupaten Sumba Barat
Daya berdasarkan referannya dapat dibedakaan atas a sapaan berdasarkan hubungan kekerabatan Ama Kaweda, Inna Kaweda, Ama, Inna, Ana Mane, Ana
Mawine, Leiro, Na’a. Wotto, Umbu, Tamoama, Tamoina, Aiba, Amaangua, Inaangua, Loka, Cama, Anakabine, Anguleba, Olebei, Wera, Wera, Olesawa,
Wasse, Ippa, b hubungan nonkekerbatan Kaweda, Paiina, Tante,Paama, Om, Ka’a, Alli, c sapaan berdasarkan profesijabatan Toung guru kabani laki-laki,
Toung guru mawine perempuan, bapakibu guru, bapakibu bupati, bapakibu camat, bapakibu sekretaris camat sekcam, bapakibu
lurah, bapakibu Dotera ‘dokter’, ibu sutera ‘suster’, ibu bidan, d
sapaan berdasarkan nama yang mencakup nama lengkap Tina, Rini, dsb, nama penggal Martinus menjadi tinusnus,dan nama anak pertamaterakhir Ama
rintoInna rinto, e sapaan berdasarkan kata ganti mencakup kata ganti orang kedua tunggal
Wo’u, Oda, Ole dan kata ganti orang kedua jamak Yemmi, f sapaan berdasarkan status sosial Nyora, Maromba, Tokko, Rato, Dawa.
Kedua, faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian sapaan dalam bahasa Weejewa, adalah a faktor kekerabatan, b faktor profesijabatan, c
faktor perbedaan status sosial, d faktor perbedaan jenis kelamin, e faktor perbedaan usia, f faktor situasi dan g perbedaan asal penutur.