43 yang benar truth. Jadi, IPA mengandung tiga hal: proses usaha manusia
memahami alam semesta, prosedur pengamatan yang tepat dan prosedurnya benar, dan produk kesimpulannya benar. Menurut Wahyana 1986 dalam
Trianto 2010: 136 mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas
pada gejala-gejala alam. Darmojo 1992 dalam Samatowa 2012: 2, IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala
isinya. Berdasarkan ketiga pendapat di atas maka IPA pada hakikatnya adalah
pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta yang mengandung tiga hal yaitu, proses, prosedur dan produk. Merujuk pada hakikat IPA
sebagaimana dijelaskan di atas, maka nilai-nilai IPA yang dapat ditanamkan dalam pembelajaran IPA antara lain sebagai berikut.
1 Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis melalui
langkah-langkah metode ilmiah. 2
Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan, mempergunakan alat-alat eksperimen untuk memecahkan masalah.
3 Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah baik
dalam kaitannya dengan pelajaran IPA maupun dalam kehidupan. Laksmi 1986 dalam Trianto 2010: 141-2.
2.1.10 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Siswa SD secara umum berusia 7-11 tahun. Secara perkembangan kognitif termasuk dalam tahapan perkembangan operasional konkret Chittenden 1971
44 dalam Sutrisno 2007: 1.9. Tahap operasional konkret ditandai dengan cara
berpikir yang cenderung konkret atau nyata. Diawali dengan kemampuan berpikir logis yang elementer, misalnya mengelompokkan, merangkaikan sederetan objek,
dan menghubungkan satu dengan yang lain. Siswa belum dapat berpikir abstrak seperti membayangkan bagaimana proses fotosintesis ataupun peristiwa osmosis.
Mengacu pada tahap perkembangan kognitif siswa SD yang masih dalam tahap berpikir operasional konkret maka dalam pembelajaran perlu diberikan
keterampilan-keterampilam proses untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini searah dengan hakikat IPA yang meliputi produk dan proses.
Dengan demikian, semakin jelas bahwa pembelajaran IPA lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses, hingga siswa dapat menemukan
fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri. Untuk itu, guru yang berperan sebagai fasilitator siswa dalam belajar
produk dan proses IPA harus dapat mengemas pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. Ada beberapa prinsip pembelajaran IPA untuk SD yang harus
diperhatikan oleh guru. Prinsip tersebut antara lain: 1
Pemahaman kita tentang dunia di sekitar kita dimulai melalui pengalaman baik secara inderawi maupun non inderawi.
2 Pengetahuan yang diperoleh tidak pernah terlihat secara langsung, karena
itu perlu diungkap selama proses pembelajaran. Pengetahuan siswa yang diperoleh dari pengalaman itu perlu diungkap di setiap awal pembelajaran.
3 Pengetahuan pengalaman mereka ini pada umumnya kurang konsisten
dengan pengetahuan para ilmuwan, pengetahuan yang guru miliki.
45 Pengetahuan yang demikian guru sebut miskonsepsi. Guru perlu
merancang kegiatan yang dapat membetulkan miskonsepsi ini selama pembelajaran.
4 Setiap pengetahuan mengandung fakta, data, konsep, lambang, dan relasi
dengan konsep yang lain. Tugas sebagai guru IPA adalah mengajak siswa untuk mengelompokkan pengetahuan yang sedang dipelajari itu ke dalam
fakta, data, konsep, simbol, dan hubungan dengan konsep yang lain. 5
IPA terdiri atas produk dan proses. Guru perlu mengenalkan kedua aspek ini walaupun hingga kini masih banyak guru yang lebih senang
menekankan pada produk IPA saja. Perlu diingat bahwa perkembangan IPA sangat pesat.
Dengan demikian, guru yang akan mengembangkan IPA sebagai proses, maka akan memasuki bidang yang disebut prosedur ilmiah. Guru perlu
mengenalkan cara-cara mengumpulkan data, cara menyajikan data, cara mengolah data, serta cara-cara menarik kesimpulan untuk memperoleh produk IPA.
2.1.11 Materi Struktur Bumi