Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif

32 sehingga kemampuan berpartisipasi aktif dan komunikasi siswa juga dapat terlatih. Dengan demikian, untuk mencapai hasil belajar yang maksimal, unsur- unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan.

2.1.7.5 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif

Sebagai model pembelajaran tentunya model pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan dan kekurangan. Hal ini dapat dijadikan sebagai acuan guru agar mampu menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan tepat dan meminimalisir kesalahan. Sanjaya 2012: 249-0 mengungkapkan kelebihan pembelajaran kooperatif sebagai suatu model di antaranya: 1 Melalui model pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain. 2 Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkan dengan ide-ide orang lain. 3 Dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan. 4 Dapat membantu memperdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar. 5 Ampuh dalam meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal 33 yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah. 6 Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. 7 Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar, abstrak menjadi nyata. 8 Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Sementara kekurangan pembelajaran kooperatif sebagai suatu model diantaranya : 1 Untuk siswa yang memiliki kelebihan, contohnya, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya, keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerja sama dalam kelompok. 2 Ciri utama pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa. 3 Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa. 34 4 Memerlukan waktu yang panjang untuk mengembangkan kesadaran berkelompok. 5 Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual. Sementara Slavin 2010: 40, menyatakan bahwa jika tidak dirancang dengan baik dan benar, model pembelajaran kooperatif memicu munculnya “pengendara bebas”, atau para pembonceng, di mana sebagian anggota kelompok melakukan semua atau sebagian besar dari seluruh pekerjaan dan pembelajaran sementara yang lain hanya tinggal mengendarainya. Maksud dari pernyataan tersebut yaitu jika tidak dirancang dengan baik dan benar, model pembelajaran kooperatif dapat menimbulakan difusi tanggung jawab. Difusi tanggung jawab artinya dalam mengerjakan tugas kelompok terdapat ketidakmerataan. Kontribusi siswa yang dianggap kurang mampu lebih sedikit dibandingkan dengan siswa yang lebih mampu dalam menguasai mata pelajaran. Difusi tanggung jawab dapat ditiadakan dalam pembelajaran kooperatif dengan dua cara prinsipal. Cara yang pertama adalah dengan membuat masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab atas unit yang berbeda dalam tugas kelompok. Cara kedua untuk meniadakan difusi tanggung jawab adalah dengan membuat para siswa bertanggung jawab secara individual atas pembelajaran mereka. Misalnya masing- masing kelompok dihargai berdasarkan jumlah skor kuis individual atau hasil kerja individual lainnya. 35

2.1.8 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament

Dokumen yang terkait

KEEFEKTIFAN STRATEGI CATATAN TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR MATERI UNSUR CERITA PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI PESAREAN 01 KABUPATEN TEGAL

0 11 246

Keefektifan Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Materi Bangun Ruang pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Pagerbarang 03 Kabupaten Tegal

0 19 373

KEEFEKTIFAN MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR BANGUN DATAR PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI TUNON 2 KOTA TEGAL

0 7 327

Keefektifan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Course Review Horay terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Langgen Kabupaten Tegal

1 16 207

PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATERI BUMI PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI KARANGJATI 01 KABUPATEN TEGAL MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE

0 5 273

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PECAHAN PADA SISWA KELAS IV DI SEKOLAH DASAR NEGERI LANGGEN KABUPATEN TEGAL

0 15 345

KEEFEKTIFAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI BEDUG 01 KABUPATEN TEGAL

0 9 289

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATERI BUMI PADA SISWA KELAS VA SEKOLAH DASAR NEGERI JATILABA 01 KABUPATEN TEGAL

2 11 308

KEEFEKTIFAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR MATERI STRUKTUR BUMI DAN MATAHARI KELAS V SD NEGERI PESAYANGAN 01 KABUPATEN TEGAL -

0 1 74

KEEFEKTIFAN MODEL AUDITORY REPETITION (AIR) TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD NEGERI PEKAUMAN OTA TEGAL

0 0 70