17 siswa apabila kurikulum sekolah diubah menjadi sedemikian rupa. Pengubahan
kurikulum tetap mengacu pada prinsip-prinsip belajar sehingga dapat dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda.
2.1.2 Hakikat Pembelajaran
Lapono 2008:1-14 mengatakan pembelajaran sebagai upaya membuat individu belajar, yang dirumuskan Robert W. Gagne 1977 sebagai pengaturan
peristiwa yang ada di luar diri seseorang peserta didik, dan dirancang serta dimanfaatkan untuk memudahkan proses belajar. Searah dengan pendapat
Lapono, dalam Siddiq 2008: 9 pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang guru atau yang lain untuk membelajarkan siswa yang belajar.
Pendapat lain dikemukakan Sanjaya 2012: 129, pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru. Dari pendapat-
pendapat tersebut maka yang dimaksud dengan pembelajaran adalah interaksi antara guru dan siswa yang dirancang sedemikian rupa guna menambah informasi
dan kemampuan baru siswa. Namun Siddiq 2008: 15 menjelaskan bahwa secara konseptual,
pembelajaran merupakan suatu sistem. Pembelajaran sebagai sistem di dalamnya merupakan perpaduan beberapa komponen pembelajaran. Searah dengan pendapat
di atas, Oemar Hamalik 2005 dalam Siddiq 2008: 16 mengungkapkan tujuh komponen dalam pembelajaran yaitu:
1 Tujuan pendidikan dan pengajaran.
2 Siswa.
3 Tenaga pendidikan khususnya guru.
18 4
Perencanaan pengajaran sebagai segmen kurikulum. 5
Strategi pembelajaran. 6
Media pengajaran. 7
Evaluasi pengajaran. Pembelajaran sebagai upaya menambah informasi dan kemampuan siswa,
diperlukan persiapan yang matang, dengan memperhatikan kelengkapan komponen pendukung pembelajaran. Beberapa komponen tersebut
dimanipulasikan, agar terjadi saling berhubungan, melengkapi, dan bekerja sama. Meskipun masing-masing komponen pembelajaran memiliki fungsi atau peran
yang berbeda, tetapi dengan perpaduan antar komponen tersebut dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih sistematis dan berhasil.
2.1.3 Minat Belajar
Menurut Slameto 2010: 180, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat
pada dasarnya adalah penerimaan akan hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar
minat. Sementara Sanjaya 2012: 71, minat adalah kecenderungan individu untuk melakukan sesuatu perbuatan. Pendapat lain dari Rasyid dan Mansur 2009: 207
menyebutkan definisi konseptual minat adalah watak yang tersusun melalui pengalaman yang mendorong individu mencari objek, aktivitas, pengertian,
keterampilan untuk tujuan perhatian atau penguasaan dan untuk definisi operasionalnya, minat adalah keingintahuan seseorang tentang keadaan suatu
objek.
19 Berdasarkan pandangan-pandangan di atas, minat adalah suatu rasa lebih
suka dan keingintahuan seseorang pada suatu hal atau aktivitas yang tersusun secara sistematis melalui pengalaman sehingga terdorong untuk memperoleh
pemahaman dan keterampilan. Sementara jika dikaitkan dengan pembelajaran, maka yang dimaksud dengan minat belajar adalah keingintahuan seseorang yang
diwujudkan dengan melakukan kegiatan belajar guna memperoleh pemahaman dan keterampilan.
Slameto 2010: 180, minat belajar dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal
lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap obyek tertentu cenderung untuk memberikan
perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut. Sehubungan dengan indikator minat yang dikemukakan oleh Slameto
tersebut, guru harus harus kreatif meningkatkan minat belajar siswa. Di bawah ini dikemukakan beberapa petunjuk untuk membangkitkan minat siswa.
1 Beberapa ahli pendidikan berpendapat tentang cara yang efektif untuk
membangkitkan minat pada suatu obyek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada.
2 Di samping memanfaatkan minat yang telah ada, disarankan agar para
guru juga berusaha membentuk minat-minat baru pada diri siswa. Hal ini dapat dicapai dengan memberikan informasi siswa mengenai hubungan
antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan
20 pengajaran yang lalu, menguraikan kegunaannya bagi siswa di masa yang
akan datang. 3
Rooijakkers 1980 berpendapat hal ini dapat pula dicapai dengan cara menghubungkan bahan pengajaran dengan suatu berita sensasional yang
sudah diketahui kebanyakan siswa. 4
Guru juga dapat memakai insentif dalam usaha mencapai tujuan pengajaran.
Slameto 2010: 180-1. Selanjutnya Sanjaya 2012: 29-30 mengemukakan beberapa cara yang
dapat dilakukan untuk membangkitkan minat belajar siswa, diantaranya: 1
Menghubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan siswa.
2 Menyesuaikan materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan
kemampuan siswa. 3
Menggunakan model dan strategi pembelajaran secara bervariasi. Dengan demikian, dalam proses pembelajaran, minat merupakan salah satu
aspek dinamis yang sangat penting. Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai minat untuk belajar. Siswa yang memiliki minat belajar
ditandai dengan memiliki rasa lebih suka terhadap suatu hal daripada hal lainnya. Perhatian yang diberikan siswa juga cenderung lebih besar terhadap subjek
tersebut. Selain itu, dapat juga dimanifestasikan melalui partisipasi aktif dalam proses pembelajaran Slameto 2010: 180. Sering terjadi siswa yang hasil
belajarnya rendah bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang tetapi
21 dikarenakan tidak adanya minat untuk belajar. Oleh karena itu, guru harus mampu
kreatif dalam merencanakan proses pembelajaran agar dapat membangkitkan minat siswa sehingga berdampak positif pada hasil belajar.
2.1.4 Hasil Belajar