URUSAN KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL BIDANG URUSAN KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA DENPASAR TAHUN 2015 BAB II- 52 2.Penduduk ber-KK Indikator ini menggambarkan persentase jumlah penduduk yang telah memiliki Kartu Keluarga KK, yang pengukurannya didasarkan pada jumlah penduduk yang telah memiliki KK dari seluruh wajib KK yang ada. Jumlah keluarga yang memiliki Kartu keluarga pada tahun 2013 sebanyak 183.286 KK. 3. Bayi lahir ber-Akte Kelahiran Indikator ini menggambarkan persentase jumlah penduduk baru lahir yang telah memiliki akte kelahiran, yang pengukurannya didasarkan pada jumlah penduduk baru lahir yang telah memiliki akte kelahiran dari seluruh penduduk yang baru lahir. Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, jumlah yang memiliki akte kelahiran sebanyak 22.352 kelahiran pada tahun 2011, 25.236 kelahiran pada tahun 2012, 60.459 pada tahun 2013 B. Meningkatnya Pelayanan Administrasi Kependudukan Peningkatan pelayanan administrasi kependudukan diukur berdasarkan kecepatan waktu pelayanan pengurusan KTP, KK, akte kelahiran dan akte kematian sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pendaftaran dan Pencatatan Sipil yang diuraikan sebagai berikut: 1. Rata-rata tenggang waktu penyelesaian pengurusan KTP. Indikator ini menggambarkan kecepatan waktu yang dibutuhkan untuk mengurus KTP mulai dari memasukkan surat pengantar di Kecamatan hingga tercetaknya KTP. Waktu penyelesaian yang dibutuhkan untuk pengurusan KTP adalah 15 menit. 2. Rata-rata tenggang waktu penyelesaian Kartu Keluarga. Indikator ini menggambarkan kecepatan waktu yang dibutuhkan untuk mengurus Kartu Keluarga, mulai dari memasukkan surat pengantar di Kecamatan hingga tercetaknya Kartu Keluarga, dengan asumsi bahwa seluruh kelengkapan pendukungnya sudah memenuhi syarat. Waktu penyelesaian yang dibutuhkan untuk pengurusan KK adalah 7 tujuh hari. 3. Rata-rata tenggang waktu penyelesaian Akte Kelahiran. Indikator ini menggambarkan kecepatan waktu yang dibutuhkan untuk mengurus Akte Kelahiran, mulai dari memasukkan surat pengantar di Kecamatan hingga tercetaknya Akte kelahiran. Waktu penyelesaian yang dibutuhkan untuk pengurusan Akte Kelahiran adalah 7 tujuh hari kerja. Upaya yang telah dilakukan Pemerintah Kota untuk mendukung pencapaian sasaran program peningkatan pelayanan kependudukan dan pencatatan sipil antara lain: 1. Peningkatan pelayanan publik dalam bidang kependudukan meliputi pelayanan Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk, Surat Keterangan Domisili Luar Negeri SKDLN, Surat Keterangan Pindah Datang SKPD, Surat Keterangan Pindah Datang Orang Asing SKPD OA tinggal terbatas dan Surat Persetujuan Permohonan Ganti Nama SPPGN, SKPD OA tinggal tetap, Surat Keterangan Pindah Luar Negeri SKPLN OA Terbatas, SKPLN WNI, Surat Keterangan Tinggal Sementara SKTS, Surat Permohonan Menjadi Penduduk SPMP; RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA DENPASAR TAHUN 2015 BAB II- 53 2. Peningkatan pelayanan publik dalam bidang pencatatan sipil meliputi pelayanan akte kelahiran, akte kematian, akte perceraian dan akte perkawinan; 3. Pelayanan informasi publik bidang kependudukan; Kota Denpasar sebagai Kota Metropolitan yang merupakan Ibu Kota Provinsi Bali sebagai daerah pariwisata mempunyai daya tarik tersendiri, sehingga penduduk berduyun-duyun datang dengan berbagai motivasi, tingkat pendidikan, dan tingkat keterampilan untuk berjuang mengadu nasib dalam upaya meningkatkan kesejahterannya. Hal ini memicu pertumbuhan penduduk yang besar sebagai sumbangan dari migrasi penduduk yang diakibatkan oleh arus urbanisasi. Pengendalian penduduk ini mutlak perlu dilakukan guna menghindari ekses- ekses negatif yang dapat menghambat upaya untuk mensejahterakan masyarakat. Potensi Kearifan lokal perlu diberdayakan guna membantu pengendalian pertumbuhan dengan sistem dan pola yang benar.

1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan

Berdasarkan angka statistik bahwa jumlah penduduk Kota Denpasar dalam kurun waktu beberapa tahun kedepan terus mengalami peningkatan . Laju perkembangan penduduk yang diakibatkan migrasi penduduk perlu ditekan dengan pelaksanaan tertib administrasi kependudukan sehingga mereka yang memenuhi kelengkapan administrasi dan mempunyai tujuan, ketrampilan dan keahlian tertentu yang direkomendasikan menetap di Kota Denpasar. Penduduk Kota Denpasar pada Tahun 2013 berjumlah 708.488 jiwa, . Kecamatan yang paling banyak Penduduknya adalah Kecamatan Denpasar Barat yaitu sebanyak 204.263 jiwa atau 28,83 dari seluruh Penduduk Denpasar, kemudian Kecamatan Denpasar Selatan sebanyak 192.893 jiwa 27,23, di Kecamatan Denpasar Utara sebanyak 177.381 jiwa 25,04 dan di Kecamatan Denpasar Timur sebanyak 133.951 jiwa 18,91 Tabel 2.40 Distribusi Penduduk tahun 2013 No Uraian Distribusi Penduduk tahun 2013 1 Denpasar Barat 204.777 jiwa 2 Denpasar Timur 134.275 jiwa 3 Denpasar Selatan 193.277 jiwa 4 Denpasar Utara 177.828 jiwa

2. Kepadatan

Kepadatan penduduk adalah banyaknya penduduk per kilometer persegi yang merupakan perbandingan jumlah penduduk dan luas wilayah. Kepadatan penduduk di Kota Denpasar pada tahun 2012 telah mencapai 680.919 jiwa km2, sedangkan kalau dilihat di masing – masing Kecamatan adalah sebagai berikut : a. Kecamatan Denpasar Barat sebesar 7.541 jiwakm2 b. Kecamatan Denpasar Timur sebesar 5.280 jiwakm2 c. Kecamatan Denpasar Utara sebesar 5.159 jiwakm2 d. Kecamatan Denpasar Selatan sebesar 3.423 jiwakm2 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA DENPASAR TAHUN 2015 BAB II- 54

3. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis kelamin

Piramida penduduk merupakan grafik yang menggambarkan komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin. Berdasarkan bentuk piramida penduduk Denpasar tahun 2013 dimana penduduk kelompok umur 0 – 14 tahun berjumlah 157.424 orang atau 22,22, penduduk yang tergolong dalam kelompok umur 15 – 49 tahun berjumlah 423.808 orang atau 59,82, sedangkan penduduk Kota Denpasar yang tergolong kelompok umur 50 tahun keatas berjumlah 127.256 orang atau 18.07. Bentuk piramida penduduk Kota Denpasar juga menandakan telah terjadinya migrasi penduduk ke Kota Denpasar dan didominasi oleh mereka yang tergolong dalam usia produktif.

9. URUSAN KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA BADAN

KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN Sampai saat ini permasalahan gender dan pemberdayaan perempuan masih tetap menjadi isu strategis yang memerlukan penanganan yang serius, lebih-lebih saat ini permasalahan gender sudah menjadi isu global dengan dimasukkannya dalam kesepakatan Millenium Development Gols MDGs yang dicanangkan oleh PBB dalam Millenium Summit yang diselenggarakan pada bulan September tahun 2000. MDGs telah menyepakati 8 goal dan 17 target yang harus dicapai oleh 191 negara anggota PBB pada tahun 2015 yang meliputi : 1. Meniadakan kemiskinan dan kelaparan ekstrim 2. Mencapai pendidikan dasar secara universal 3. Meningkatkan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan 4. Mengurangi tingkat kematian anak 5. Memperbaiki kesehatan ibu 6. Memerangi HIVAIDS, malaria dan penyakit-penyakit lainnya 7. Menjamin kelestarian lingkungan hidup dan 8. Membentuk sebuah kerjasama global untuk pembangunan Dari ke 8 tujuan tersebut di atas, kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan menjadi goal ke tiga sehingga hal ini cukup menjadi isu prioritas. Ini berarti bahwa setiap Negara yang ikut menandatangani kesepakatan tersebut haraus mampu menanggulangi isu tersebut di tahun 2015. Indonesia sebagai salah satu negara yang ikut serta dalam pendeklarasian kesepakatan tersebut berarti juga dituntut untuk mampu menangani 8 goal yang salah satunya adalah mampu mewujudkan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan di tahun 2015. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia tentu tidak bisa tinggal diam untuk bisa mencapai target ini. Untuk bisa mewujudkan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan bukanlah perkara mudah mengingat hal ini berkaitan erat dengan konstruksi social budaya yang sudah tertanam sejak lahirnya adam dan hawa di muka bumi ini. Namun demikian tidak berarti kita harus menyerah, karena segala sesuatu bentukan manusia tidak ada yang bersifat statis tetapi semua bisa diubah dan diperbaiki. Tentu hal ini memerlukan komitmen dan perjuangan yang serius dan konfrehensif, untuk itu sangat diperlukan adanya dukungan dari semua pihak baik masyarakat maupun lembaga-lembaga terkait. Secara historis,upaya untuk memperjuangkan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan sudah dilakukan oleh pemerintah Indonesia sejak tahun 70-an yang diawali dengan dengan dibentuknya menteri muda urusan peranan wanita MEN UPW pada tahun 1978 yang saat ini sudah berubah menjadi Kementrian Negara Pemeberdayan Perempuan dan Perlindungan Anak. Sebelum dibentuknya lembaga ini, perhatian terhadap nasib perempuan yang kurang beruntung jika