URUSAN KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA BADAN
RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA DENPASAR TAHUN 2015
BAB II- 55
dibandingkan dengan laki-laki sudah dilakukan oleh kaum feminis baik di dunia barat maupun di Indonesia. Untuk di Indonesia salah seorang pejuang nasib kaum
perempuan yang tidak asing lagi bagi kalangan masyarakat adalah Raden Ajeng Kartini. Perjuangan R.A Kartini tidak berhenti walaupun ia telah tiada, cita-citanya
ditindaklanjuti oleh tokoh-tokoh perempuan Indonesia lainnya yang memiliki visi serupadengan Kartini seperti R.A Sutinah Joyopranoto, Rr. Rukmini dan lain-lain.
Wujud pergerakan perempuan Indonesia pasca Kartini adalah terbentuknya berbagai organisasi perempuan yang mempunyai visi memperbaiki status kaum
perempuan melalui berbagai upaya seperti peningkatan pendidikan dan keterampilan, perlindungan hukum dan lain-lain. Pada dekade berikutnya organisasi perempuan ini
menyelenggarakan kongres perempuan pertama pada tanggal 22 Desember 1928 di Jogyakarta dan ini merupakan tonggak sejarah yang sangat penting bagi pergerakan
perempuan Indonesia. Komitmen Pemerintah untuk memperjuangkan nasib perempuan terus berlanjut. Melalui lembaga kementrian yang sudah terbentuk di
tingkat pusat dan lembaga pemberdayaan perempuan di daerah baik dalam bentuk badan maupun kantor, maka berbagai program pun diimplementasikan ke
masyarakat. Pendekatan awal yang diimplementasikan pada saat itu adalah women in developmentWID karena saat itu disadari bahwa perempuan merupakan sumberdaya
manusia yang sangat berharga sehingga perempuan yang posisinya termajinalkan perlu diikutsertakan dalam pembangunan.
Pendekatan WID memberikan perhatian pada peran produktif perempuan dalam pembangunan, seperti inisiatif pengembangan teknologi yang lebih baik dan
tepat guna agar dapat meningkatkan beban kerja perempuan. Tujuannya adalah menekankan kepada sisi produktivitas tenaga kerja perempuan khususnya berkaitan
dengan pendapatan perempuan, tanpa terlalu peduli dengan sisi reproduktifnya. Setelah dilakukan evaluasi, nampaknya dalam pelaksanaannya pendekatan ini tidak
terlalu berhasil dalam menghapus masalah diskriminasi terhadap perempuan. Sebagai respon dari ketidakberhasilan pendekatan ini, selanjutnya pada tahun 90-an
dilakukan pendekatan baru yang dikenal dengan pendekatan gender dan pembangunan gender and developmentGAD. Konsep ini lebih didasarkan pada
suatu pendekatan mengenai pentingnya keterlibatan perempuan dan laki-laki dalam proses pembangunan Nugroho,2008;140. Konsep ini didasarkan pada suatu asumsi
bahwa konstruksi sosial yang dibuat atas peran perempuan dan laki-laki dapat diubah. Pendekatan ini lebih memusatkan pada isu gender dan tidak melihat pada
masalah perempuan semata.
Dari pendekatan pembangunan yang terkait dengan pemberdayaan perempuan seperti tersebut diatas, nampaknya juga masih belum efektif untuk mewujudkan
kesetaraan dan keadilan gender. Oleh karena itu, upaya lain pun diusahakan untuk mempercepat terwujudnya visi pembangunan pemberdayaan perempuan. Pada tahun
2000 bersamaan dengan dicetuskannya kesepakatan MDGs, pemerintah Indonesia mengambil suatu strategi pengarusutamaan gender PUG yang dilegitimit melalui
inpres No. 92000 tentang pelaksanaan strategi pengarusutamaan gendergender mainstreaming. Strategi ini merupakan strategi untuk mengintregasikan isu gender
dalam setiap perencanaan pembangunan mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai pada monitoring dan evaluasi. Oleh karena itu, strategi ini pada dasarnya ditujukan
kepada para penyusun kebijakanprogramkegiatan pembangunan sehingga mereka dapat dan mampu menyusun programkegiatan yang responsive gender.
Untuk bisa mengaplikasikan strategi ini secara baik dan benar, hal penting yang harus diketahui oleh para penyusun program adalah memahami teknik analisa
gender TAG. Analisa gender merupakan perangkat analisa yang dapat membantu para perencana dalam menganalisa suatu kebijakanprogram apakah sudah
responsive gender atau belum. Dengan menggunakan analisa gender bisa diidentifikasi dalam hal apa kesenjangan gender yang masih terjadi, apakah dalam
akses, partisipasi, control atau manfaat. Juga kesenjangan itu sudah bisa
RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA DENPASAR TAHUN 2015
BAB II- 56
diidentifikasi dengan benar, maka dengan sendirinya program yang akan disusunpun akan menjadi tepat sasaran.
Sementara itu, hal penting yang harus ada untuk mendukung pengaplikasian strategi pengarusutamaan gender dan teknis analisis gender adalah eksistensi data
terpilih menurut jenis kelamin. Tanpa adanya data ini, analisis gender tidak bisa dilakukan karena keberadaan data menjadi pondasi utama dalam melakukan analisis
gender maupun penyusunan perencanaan yang responsive gender. Oleh karena itu, penyusunan propil statistik gender di Kota Denpasar menjadi sangat penting.