Pemanfaatan Ruang Kelautan BADAN PENANGGULANGAN BENCANA

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA DENPASAR TAHUN 2015 BAB II- 40 perhubungan laut, baik jalur angkutan laut tradisional maupun jalur angkutan kapal laut. Kota Denpasar memiliki satu prasarana pelabuhan laut yang beroperasi secara aktif dan permanen, yaitu Pelabuhan Benoa. Sedangkan untuk penyeberangan ke Pulau Nusa Penida, sementara ini masyarakat pengguna jasa dan penyedia jasa angkutan laut memanfaatkan Pantai Sanur sebagai dermaga yang beroperasi dalam skala yang lebih kecil. Pesatnya pembangunan dan berbagai aktifitas di sepanjang pesisir dan lautan telah menimbulkan berbagai tekanan-tekanan terhadap lingkungan dan menjadi isu masalah lingkungan yakni pencemaran dan kerusakan lingkungan. Bentuk kerusakan lingkungan yang terjadi di wilayah pesisir Kota Denpasar antara lain kerusakan habitat terumbu karang, mangrove dan padang lamun dan kerusakan fisik pantai oleh abrasi. Hutan mangrove yang sebagian besar terletak di kawasan Pulau Serangan, Teluk Benoa dan Sekitarnya mengalami kerusakan akibat reklamasi Pulau Serangan. Faktor penyebab lainnya adalah faktor pengendapan pasir lumpur yang tinggi dengan adanya perubahan pola aliran air seperti di sebelah barat jalan Pelabuhan Benoa dan muara Tukad Tegeh. 3. Pemanfaatan Ruang Udara Pemanfaatan ruang udara saat ini di Kota Denpasar antara lain untuk: penerbangan, layang-layang, para sailing, cerobong asap industri, tower dan frekwensi komunikasi, tower Saluran Udara Tegangan Tinggi untuk jaringan listrik, dan ruang untuk bangunan tinggi.Untuk manuver pengudaraan dan pendaratan penerbangan daerah bagian selatan Kota Denpasar terkena batas ketinggian bangunan dan ketinggian aktivitas lainnya sesuai dengan sudut pendaratan dan pengudaraan. Tower komunikasi baik untuk hubungan telepon, televisi cenderung bertambah semarak sehingga menimbulkan “kekumuhan” ruang udara, oleh karena itu perlu dibatasi jumlah dan lokasi pembangunannya dikendalikan seupaya tidak membahayakan jiwa dan barang. Pengelolaan tata guna udara mencakup penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan ruang udara diwilayah Kota yang berwujud konsolidasi pemanfaatan ruang udara berupa pengaturan ruang udara untuk kebutuhan kegiatan kawasan- kawasan fungsional di wilayah kota sampai dengan penetapan zonasi pengelolaan dan pemanfaatan ruang udara diantaranya : 1 Struktur dan ketinggian maksimum gedung dan bangunan-bangunan lain pada radius daerah penerbangan untuk mengikuti aturan yang berlaku. 2 Ketinggian bangunan yang memanfaatkan ruang udara diatas permukaan bumi dibatasi maksimum 15 meter, kecuali bangunan umum dan bangunan khusus yang memerlukan persyaratan ketinggian lebih dari 15 meter. 3 Lokasi bangunan menara penerima dan atau pemancar radio televisi dan telekomonikasi harus dibangun pada kawasan budi daya memberi rasa aman dan keselamatan lingkungan. 4 Pembuangan hasil proses kegiatan ke ruang udara harus dijamin tidak menimbulkan pencemaran udara 5 Pengaturan kawasan untuk kegiatan masyarakat yang menggunakan ruang udara seperti lomba layang-layang pada kawasan di luar radius keselamatan penerbangan, serta jalur penerbangan helicopter wisata lainnya. 4. Perumahan dan Fasilitas Umum Perkembangan penduduk di Kota Denpasar tiap tahunnya terus mengalami peningkatan, yang berdampak akan kebutuhan perumahan penduduk beserta RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA DENPASAR TAHUN 2015 BAB II- 41 insfrastruktur, sarana dan prasarana yang semakin meningkat pula. Kebutuhan ruang- ruang perumahan di Kota Denpasar semakin terbatas, terkait dengan ketersediaan lahan dan daya tampung wilayah yang telah melampaui batas pemanfaatan ruang yang ada. Disamping hal tersebut diatas persaingan akan kesempatan kerja juga semakin ketat, sehingga berdampak pada tingkat pendapatan masyarakat . Keberadaan Kota Denpasar yang menjadi tujuan urbanisasi dari berbagai daerah di sekitarnya menyebabkan timbulnya permukimanperumahan kumuh di berbagai kawasan. Berdasarkan hasil survey pendapatan perumahan kumuh yang dilakukan Dinas Tata Ruang dan Perumahan Kota Denpasar pada TA 2011, diperoleh data keberadaan kawasan kumuh di Kota Denpasar di 4 Kecamatan sebanyak 70 titik kumuh. Untuk mengentaskan kawasan perumahan kumuh perlu disusun program perbaikanpenataan titik kumuh secara bertahap dan dialokasikan APBD kota ataupun diusulkan kepada APBD Propinsi dan APBN setiap tahun agar dapat dituntaskan segera. Untuk rumah tidak layak bagi warga yang sudah terdaftar sebagai Rumah Tangga Miskin RTM Pemerintah Kota Denpasar melalui Dinas Tata Ruang dan Perumahan Kota Denpasar mulai tahun 2010 sudah melakukan memberikan bantuan perbaikan RTM dengan rincian sebagai berikut: 1. TA 2010 jumlah bantuan RTM = 190 unit 2. TA 2011 induk jumlah bantuan RTM = 80 unit 3. TA 2011 Perubahan jumlah bantuan RTM = 26 unit 4. TA 2012 Induk jumlah bantuan RTM = 28 unit 5. TA 2012 Perubahan jumlah bantuan RTM = 28 unit 6. TA 2013 Induk jumlah bantuan RTM = 80 unit 7. TA 2013 Perubahan jumlah bantuan RTM = 27 unit Bantuan perbaikan rumah RTM tetap diusulkan dapat berlanjut sampai tuntas, fasilitas umum perumahan sejak Tahun 2008 penyelenggaraanya di koordinir oleh Dinas Perijinan Fasilitas umum dikelola bersama fasilitas sosial sekarang dinamakan Prasarana dan Sarana Umum PSU dan Dinas Tata Ruang dan perumahan, Kota Denpasar turut dalam unsur dalam Tim PSU tersebut. Peruntukan PSU antara lainnya untuk jalan beserta utilitasnya, taman, tempat bermain, Balai Banjar dan Pos jaga. Diharapkan pengarahan dan pemanfaatan fasilitas umum perumahan dapat diselenggarakan secara optimal sesuai peruntukannya pada masing-masing kawasan sehingga manfaat PSU tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat terutama warga di kawasan tersebut.

5. URUSAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Pembangunan merupakan sebuah proses yang terencana yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu proses yang paling penting adalah perencanaan pembangunan. Oleh karena itu didalam proses perencanaan peran serta masyarakat mutlak diperlukan sebab didalam pembangunan masyarakat tidak hanya sebagai objek pembangunan saja tetapi juga subjek pembangunan. Perencanaan Pembangunan Daerah dilakukan pemerintah daerah bersama para pemangku kepentingan berdasarkan peran dan kewenangan masing masing. Perencanaan Pembangunan Daerah dilaksanakan berdasarkan kondisi dan potensi yang dimiliki oleh masing masing daerah, sesuai dinamika perkembangan daerah,regional dan nasional. RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KOTA DENPASAR TAHUN 2015 BAB II- 42 Didalam kaitannya dengan proses pembangunan nasional untuk perencanaan pembangunan yang dituangkan didalam tahapan Rencana Pembangunan Jangka Panjang RPJP, RencanaPembangunan Jangka Menengah RPJM, Rencana kerja Pembangunan RKP dan APBND merupakan bagian dari sebuah kebijakan publik yang dikuatkan dengan Undang-Undang atau Perda. Produk-produk dokumen perencanaan tersebut merupakan bagian dari kebijakan publik sebab implikasi dari produk-produk perencanaan tersebut adalah masyarakat karena pada hakekatnya pembangunan dilaksanakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Sedangkan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah. Selanjutnya perencanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah Kota Denpasar terdiri dari empat tahapan yaitu : 1 penyusunan rencana 2 penetapan rencana, 3 pengendalian pelaksanaan rencana, dan 4 evaluasi pelaksanaan rencana. Keempat tahapan diselenggarakan secara berkelanjutan sehingga secara keseluruhan membentuk satu siklus perencanaan yang utuh. Penyiapan rencana pembangunan lebih bersifat teknokratik, menyeluruh dan terukur, masing-masing instansi pemerintah SKPD menyiapkan rancangan rencana pembangunan. Selanjutnya adalah pelibatan masyarakat stakeholders dan menyelaraskan rencana pembangunan yang dihasilkan masing-masing jenjang pemerintahan melalui musyawarah perencanaan pembangunan. Penetapan rencana menjadi produk hukum sehingga mengikat semua pihak untuk melaksanakannya. Dalam hal ini Rencana Pembangunan Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah dan atau Peraturan Walikota. Untuk menjamin tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam rencana, dilakukan kegiatan pengendalian pelaksanaan perencanaan, melalui kegiatan koreksi dan penyesuaian. Evaluasi pelaksanaan rencana merupakan bagian dari kegiatan perencanaan pembangunan yang secara sistmatis mengumpulkan dan menganalisis data dan informasi untuk menilai pencapaian sasaran, tujuan dan kinerja pembangunan. Evaluasi dilaksanakan berdasarkan indikator dan sasaran kinerja yang tercantum dalam dokumen perencanaan pembangunan. Indikator dan sasaran kinerja mencakup masukan input, keluaran output, hasil result, manfaat benefit dan dampak inpact. Perencanaan menentukan arah yang hendak ditempuh di masa depan dalam suatu tahapan yang konsisten dan berkelanjutan. Keberhasilan suatu pembangunan sangat ditentukan oleh kualitas atau mutu dari perencanaan. Kualitas suatu perencanaan, pemrograman dan penganggaran sangatlah bergantung pada keakuratan data masukan yang akan diolah. Kenyataannya, sering terjadi ketidakakuratan dalam pengumpulan dan pengolahan data disebabkan keterbatasan kemampuan dan ketrampilan petugas yang berimplikasi pada kualitas perencanaan. Evaluasi pelaksanaan rencana merupakan bagian dari kegiatan perencanaan pembangunan yang secara sistimatis mengumpulkan dan menganalisis data dan informasi untuk menilai pencapaian sasaran, tujuan dan kinerja pembangunan. Evaluasi dilaksanakan berdasarkan indikator dan sasaran kinerja yang tercantum dalam dokumen perencanaan pembangunan. Indikator dan sasaran kinerja mencakup masukan input, keluaran output, hasil result, manfaat benefit dan dampak inpact.