Maksim kesepakatan rahmat : Amiin.

29 No. Data : 56 Scene: 70 Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada pagi hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Muluk dan petutur yaitu Pipit dan 16 orang pencopet; Ends: memperkenalkan Pipit kepada para pencopet; Act Sequences:pertuturan ini diawali ketika Muluk melihat tingkah para copet lalu meminta mereka untuk tenang dan tertib untuk bersalaman dengan Pipit, kemudian salah satu copet berujar bahwa mereka menyukai Pipit. Muluk memperkenalkan Pipit kepada mereka dan memberitahukan bahwa Pipit akan mengajarkan mereka pelajaran agama. Kemudian Pipit memeperkenalkan diri dan sedikit membahas mengenai agama; Keys: nada suara tone datar, sikap atau cara manner saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan semangat; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana narasi. Ujaran Muluk : kalo lu ngajar orang bener, apa istimewanya? Tapi kalo lu ngajarin mereka jauh lebih mulia. Boy :Betul, Mbak. Mulia sekali. Setuju? Para copet : Setujuuu Pipit : Oke, gua akan ngajarin kalian. Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS √ Dalam penggalan dialog di atas dianggap terdapat pematuhan maksim kesepakatan antara Muluk, pencopet dan pipit, karena berusaha memaksimalkan kesepakatan antara diri dengan pihak lain dan meminimalkan ketaksepakatan antara diri dengan pihak lain. Kesapakatan tersebut terdapat pada ujaran Betul, Mbak. Mulia sekali. Setuju?. Ujaran itu diungkapkan sebagai tanda bahwa pencopet membenarkan ungkapan Muluk dan di tegaskan kembali pada ujaran Setujuuu. Kemudian Pipit sepakat untuk memberikan pendidikan agama kepada para pencopet. Kesepatan tersebut terdapat pada Oke, gua akan ngajarin kalian. Dengan demikian maka penggalan dialog diatas mematuhi maksim kesepatan karena memaksimalkan kesepakatan antara diri dengan pihak lain. 30 No. Data : 57 Scene: 71 Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di perjalanan pulang setelah dari markas pencopet pada sore hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan lelah; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Pipit dan petutur yaitu Muluk; Ends:memberikan penjelasan; Act Sequences: Pipit merasa tidak kuat menghadapi para pencopet dan kemudian menanyakan honor yang akan dia dapat dan Muluk menjawab dengan memberikan pertanyaan kepada Pipit; Keys: nada suara tone datar, sikap atau cara manner saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan santai; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab dengan pertanyaan; Genre: ungkapan. Ujaran Pipit : Jadi honor Pipit, dibayar dari hasil mencopet, Bang? Muluk :Iya. Lu mau terima honor atau pahala? Pipit : sambil tertawa mau dua-duanya, Bang Muluk : tertawa Pipit : Makasih, yak Muluk : pergi Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS √ Ujaran yang diucapkan oleh Pipit dianggap mematuhi maksim kesepakatan karena berusaha memaksimalkan kesepakatan antara dirinya dan Muluk. Pemaksimalan kesepakatan tersebut terdapat mau dua-duanya, Bang Ujaran tersebut merupakan persetujuan Pipit mengenai upah yang akan dia dapat setelah mengajarkan para pencopet pendidikan agama. 31 No. Data : 69 Scene: 93 Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di markas pencopet pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan serius; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Samsul dan petutur yaitu Muluk, Pipit, H. Rahmat, Ha. Sarbini, Pak Makbul, dan 16 orang pencopet; Ends: menjelaskan kegiatan yang sedang mereka lakukan dan rencana yang mereka buat; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Samsul yang berpidato dan memberitahukan profesi yang dimilik oleh anak-anak itu. Kemudian menunjukan hasil pengajaran yang telah mereka berikan selama ini dengan meminta beberapa copet menjawab pertanyaan yang mereka berikan. Lalu tuturan ini diakhiri dengan do’a yang dipimpin oleh H. Rahmat; Keys: nada suara tone tinggi, sikap atau cara manner saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius dan bersemangat; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan; Genre: wacana pidato, slogan, dan do’a. Ujaran Samsul : Good bertepuk tangan. Sudah bisa proklamasi, sudah merdeka. Eh, Dul, lu udah merdeka kan? Bedul : Iya, dong, Bang. Samsul : Merdeka Para copet : Merdeka Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS √ Ujaran yang diucapkan oleh Bedul dianggap mematuhi maksim kesepakatan, karena berusaha memaksimalkan kesepakatan dengan pihak lain dan meminimalkan ketaksepakatan dengan pihak lain. Pematuhan maksim kesepakatan terdapat pada ujaran Iya, dong, Bang. Ujaran tersebut merupakan jawaban Bedul yang membenarkan pernyataan Samsul yang mengatakan bahwa mereka para pencopet sudah merdeka. 32 No. Data : 80 Scene: 119 Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di pinggir jalan pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan gembira; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu seorang ibu guru SD dan petutur yaitu para siswa; Ends:menyemangati para siswa; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh ibu guru yang meminta agar para siswa mengibarkan bendera yang mereka pegang kemudian para murid mengibarkan bendera yang mereka pegang; Keys: nada suara tone datar, sikap atau cara manner saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan semangat; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: perintah dan dibalas dengan tindakan; Genre: wacana persuasi. Ujaran Ibu guru : Kalo ada Presiden lewat, kibarkan benderanya. Okeee? Murid-murid SD : Okeee. Ibu guru : Ayo semuaa Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS √ Ujaran yang diujarkan oleh murid-murid SD dianggap sebagai pematuhan maksim kesepatakan, karena murid-murid SD menyetujui permintaan atau perintah dari gurunya. Kesepakatan tersebut terdapat pada ujaran Okeee. Ujaran tersebut merupakan kesepakatan yang dilakukan murid dengan gurunya yang menyetujui untuk mengibarkan bendera yang mereka pegang.

6. Maksim simpati

Ujaran dikatakan mematuhi maksim simpati apabila memak simalkan simpati antara diri sendiri dengan orang lain dan meminimalkan antipati antara diri sendiri dengan orang lain. Seseorang dikatakan santun apabila ia ikut berbelasungkawa jika orang lain mendapat musibah dan mengucapkan selamat atas keberhasilan atau kesenangan orang lain. Berikut penggalan dialog yang mematuhi maksim simpati: 33 No. Data : 13 Scene: 13 Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di perjalanan ketika Muluk akan pulang dari rumah H. Rahmat pada pagi hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu Pipit dan petutur yaitu Muluk; Ends: Pipit memberikan saran kepada Muluk untuk membuka usaha; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh Pipit yang memberikan saran kepada Muluk kemudian Muluk akan mempertimbangkan saran dari Pipit; Keys: nada suara tone datar, sikap atau cara manner saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan serius tapi santai; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab pernyataan; Genre: wacana argumentasi Ujaran Pipit : Bagusan juga beternak jangkrik, bang. Saya liat di tv prospeknya bagus. Selain buat makanan burung, juga bisa buat makanan ikan arwana. Muluk : Entar abang pikirin lagi deh. Pipit : Oke bang yah Jangan sampe patah semangat ya Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS √ Ujaran yang diucapkan oleh Pipit dianggap mematuhi maksim simpati karena mengandung makna memaksimalkan simpati antara diri sendiri dengan orang lain. Ujaran tersebut menjelaskan bahwa Pipit memberikan motivasi sebagai tanda simpatinya kepada Muluk yang belum kunjung mendapat pekerjaan. Pemaksimalan simpati tersebut terlihat pada Oke bang yah Jangan sampe patah semangat ya. Motivasi tersebut merupakan bentuk rasa simpati Pipit kepada Muluk. 34 No. Data : 34 Scene: 49 Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di rumah H. Rahmat pada malam hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu H.Rahmat dan Umi Pipit dan petutur yaitu Pipit dan Muluk; Ends: mengucapkan rasa bangga dan bersyukur; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh H. Rahmat yang menyampaikan rasa bangganya kepada Muluk karena telah mendapatkan pekerjaan, lalu Pipit datang dan menyapa Muluk dan membalas sapaan Pipit. Kemudian H. Rahmat menawarkan makanan yang dibawakan oleh Muluk, lalu Pipit memakan makanan tersebut. H. Rahmat pun mengungkapkan rasa syukurnya karena do’anya telah terkabul, lalu tiba-tiba dari dalam rumah Umi Pipit yang sedang mengisi teka-teki silang menanyakan siapa yang menentukan halal dan haram, H. Rahmat menjawab MUI, kemudian Umi berkata lima kotak, pertuturan berakhir ketika Piit menjawab dan Umi merasa jawaban Pipit benar; Keys: nada suara tone datar, sikap atau cara manner saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan ramah; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab pernyataann serta pertanyaan dengan pernyataan; Genre: ungkapan. Ujaran H. Rahmat : Sebagai orang yang yakin akan pentingnya pendidikan, aku juga bangga. Pipit : Hei, Bang Muluk : Hei Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS √ Ujaran yang diucapkan oleh Haji Rahmat dianggap mematuhi maksim simpati karena berusaha memaksimalkan rasa simpati antara diri sendiri dengan orang lain dan meminimalkan rasa antipati antara diri dengan orang lain. Haji Rahmat ikut merasa bangga karena kini Muluk sudah mendapatkan pekerjaan. Pemaksimalan tersebut terdapat pada ujaran Sebagai orang yang yakin akan pentingnya pendidikan, aku juga bangga. 35 No. Data : 35 Scene: 49 Konteks Setting and Scene: peristiwa tutur ini terjadi di rumah H. Rahmat pada malam hari sedangkan Scene mengacu pada situasi ketika peristiwa tutur terjadi yaitu dalam keadaan santai; Participant: penutur dalam pertuturan ini yaitu H.Rahmat dan Umi Pipit dan petutur yaitu Pipit dan Muluk; Ends: mengucapkan rasa bangga dan bersyukur; Act Sequences: pertuturan ini diawali oleh H. Rahmat yang menyampaikan rasa bangganya kepada Muluk karena telah mendapatkan pekerjaan dan menyampaikan syukur karena doa yang ia panjatkan selama ini untuk Muluk sudah terkabul, lalu Pipit datang dan menyapa Muluk dan membalas sapaan Pipit. Kemudian H. Rahmat menawarkan makanan yang dibawakan oleh Muluk, lalu Pipit memakan makanan itu. H. Rahmat pun mengungkapkan rasa syukurnya karena do’anya telah terkabul, lalu tiba-tiba dari dalam rumah Umi Pipit yang sedang mengisi teka-teki silang menanyakan siapa yang menentukan halal dan haram, H. Rahmat menjawab MUI, kemudian Umi berkata lima kotak, pertuturan berakhir ketika Piit menjawab dan Umi merasa jawaban Pipit benar; Keys: nada suara tone datar, sikap atau cara manner saat tuturan ini diucapkan yaitu dengan ramah; Instrumentalities: lisan; Norms of Interaction and Interpretation: pernyataan dan dijawab pernyataann serta pertanyaan dengan pernyataan; Genre: ungkapan. Ujaran Pipit : Waaah, asik nih. sambil mengambil sosis

H. Rahmat

: memakan sosis mmmm, terkabul juga doaku. Allah memberikanmu jalan, jadi kamu ga perlu berternak cacing. Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS √ Ujaran yang diucapkan oleh H. Rahmat dianggap mematuhi maksim simpati karena memaksimalkan simpati antara diri sendiri dengan orang lain. Ujaran tersebut menjelaskan bahwa H. Rahmat memberikan rasa simpati kepada Muluk yang belum mendapat pekerjaan dengan mendo’akan Muluk agar segera mendapat pekerjaan. Pemaksimalan simpati itu terdapat pada terkabul juga doaku. Allah memberikanmu jalan, jadi kamu ga perlu berternak cacing. Pada ujaran itu berarti H. Rahmat ikut merasa senang mengetahui bahwa Muluk mendapatkan pekerjaan. Analisis temuan-temuan penggalan dialog yang melanggar maksim kesantunan

1. Pelanggaran Maksim Kearifan

Pelanggaran maksim kearifan terjadi apabila penutur membuat kerugian orang lain sebesar mungkin dan meminimalkan keuntungan bagi orang lain. Pelanggaran terjadi karena penutur lebih peduli terhadap dirinya sendiri dibandingkan kepentingan orang lain. Berikut penggalan dialog yang melanggar maksim kearifan: 36 No. Data : 1 Scene: 2 Konteks Setting and Scene: latar tempat terjadinya peristiwa tutur ini yaitu di depan sebuah ruko yang sudah tidak terpakai lagi dan waktu tuturan ini terjadi pada siang hari sedangkan Scene mengacu pada situasi tuturan ini terjadi yaitu dengan serius; Participant: penutur yaitu Muluk dan mitra tutur yaitu Komet pencopet; Ends:tujuan Muluk menangkap Komet adalah menasehati agar Komet tidak mencopet dan mengembalikan dompet yang telah ia ambil; Act Sequnces: Adegan ini diawali oleh Muluk yang mengikuti Komet yang telah berhasil mengambil dompet seseorang, ketika Komet berhenti untuk menghitung uang yang ada dalam dompet yang ia curi, Muluk menangkapnya. Kemudian Muluk menasehati Komet agar tidak melakukan hal demikian karena orang yang ia copet mencari uang dengan susah payah; Keys: nada suara tone agak berbisik, skap atau cara saat tuturan diujarkan yaitu dengan kesal; Instrumentalities:dengan saluran channel lisan; Norms of Interaction and Interpretation: perintah dan pernyataan kemudian dijawab dengan pernyataan; Genre: wacana argumentasi. Ujaran Muluk :menangkap copet yang sedang menghitung uang Diem, diem Diem, Lu Atau gua bawa ke kantor polisi, hah? Gua udah dua tahun cari kerja supaya dapet duit. Enak aja nyomot dompet orang. Nyinggung perasaan gua tau. Orang susah payah cari kerja, diem-diem duitnya lo amb il. Lo ga bisa minta baik-baik? Komet : Saya kan copet,Bang, bukan tukang minta- minta. Analisis Prinsip Kesantunan Leech Mkar MKdw MP MKH Mksp MS X

Dokumen yang terkait

Tindak Tutur Direktif dan Ekspresif dalam Dialog Film ―Alangkah Lucunya Negeri Ini‖ Karya Deddy Mizwar

4 76 12

PESAN KRITIK SOSIAL DALAM FILM( Analisis Isi Dalam Film “Alangkah Lucunya (Negeri Ini)” Karya Deddy Mizwar)

0 10 2

WACANA PENDIDIKAN POLITIK MELALUI SATIRE POLITIK DALAM FILM ALANGKAH LUCUNYA NEGERI INI WACANA PENDIDIKAN POLITIK MELALUI SATIRE POLITIK DALAM FILM ALANGKAH LUCUNYA NEGERI INI (Analisis Semiotik Terhadap Film Alangkah Lucunya Negeri Ini).

0 0 14

PENDAHULUAN WACANA PENDIDIKAN POLITIK MELALUI SATIRE POLITIK DALAM FILM ALANGKAH LUCUNYA NEGERI INI (Analisis Semiotik Terhadap Film Alangkah Lucunya Negeri Ini).

0 0 9

REPRESENTASI KEKERASAN PADA ANAK DALAM FILM ” ALANGKAH LUCUNYA NEGERI INI ” ( Studi Semiotik Mengenai Represe ntasi Kekerasan Pada Anak Dalam Film ” Alangkah Lucunya Negeri Ini ” karya Deddy Mizwar ).

3 14 112

this PDF file KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMA ALANGKAH LUCUNYA NEGERI INI KARYA DEDDY MIZWAR | Anwar | BAHASA DAN SASTRA 1 PB

0 0 15

TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN EKSPRESIF DALAM DIALOG FILM ―ALANGKAH LUCUNYA NEGERI INI‖ KARYA DEDDY MIZWAR Dina Mariana br Tarigan dinamarianabrtariganyahoo.com Abstract - Tindak Tutur Direktif dan Ekspresif dalam Dialog Film ―Alangkah Lucunya Negeri Ini‖ Kar

0 0 12

KRITIK SOSIAL DALAM NASKAH DRAMA ALANGKAH LUCUNYA NEGERI INI KARYA DEDDY MIZWAR

0 1 17

REPRESENTASI KEKERASAN PADA ANAK DALAM FILM ” ALANGKAH LUCUNYA NEGERI INI ” ( Studi Semiotik Mengenai Represe ntasi Kekerasan Pada Anak Dalam Film ” Alangkah Lucunya Negeri Ini ” karya Deddy Mizwar )

0 1 18

Tindak tutur dalam film Alangkah Lucunya (Negeri ini) karya Deddy Mizwar - USD Repository

0 0 144