bertemakan religius sebagai wujud ibadahnya kepada Allah. Pada tahun 1996 ia mendirikan rumah produksi PT Demi Gisela Citra Sinema.
Salah satu sinetron yang telah ia munculkan adalah Lorong Waktu. Sinetron itu ternyata mampu menarik perhatian masyarakat bukan hanya warga
muslim tetapi juga warga non-muslim. Sinetron ini pertama kali di tayangkan pada bulan ramadhan tahun 1999 yang dilanjutkan Lorong Waktu 2 pada tahun
2000, Lorong Waktu 3 tahun 2002, Lorong Waktu 4 tahun 2003, dan Lorong Waktu 5 pada tahun 2004, dan terakhir Lorong Waktu 6 pada tahun 2006. Sinetron
ini diproduksi oleh rumah produksi miliknya dan disutradarai oleh ia sendiri. Sinetron lain yang pernah ia buat yaitu Kiamat Sudah Dekat, Para Pencari Tuhan
dan masih banyak lagi sinetron yang telah ia hasilkan. Selain memproduksi sinetron, ia juga merambah dunia film layar lebar.
Beberapa film yang pernah ia bintangi yaitu Kiamat Sudah Dekat, Naga Bonar Jadi 2,Ketika Cinta Bertasbih, Ketika Cinta Bertasbih 2, Cinta 2 Hati, Bebek
Belur, Alangkah Lucunya Negeri Ini, dan masih banyak film yang telah ia bintangi. Selain bermain peran dalam film tersebut, ada beberapa film yang ai
sutradarai sendiri, salah satunya yaitu Alangkah Lucunya Negeri Ini. Selain berkecimpung dalam dunia seni, kini ia pun aktif dalam kegiatan
politik. Pada 13 Juni 2013 ia terpilih sebagai Wakil Gubernur Jawa Barat hingga 2018 mendatang.
H. Sinopsis
Film yang berjudul Alangkah Lucunya Negeri Ini merupakan sebuah film bergenre komedi yang disutradarai oleh Deddy Mizwar pada tahun 2010.
Film ini dibintangi oleh aktor-aktor ternama Indonesia seperti Reza Rahardian, Deddy Mizwar, Slamet Rahardjo, Jaja Miharja, Tio Pakusodewo, Asrul Dahlan,
Rina Hasyim, Ratu Tika Bravani, Sakurta Ginting, Teuku Edwin, dan beberapa pemain pembantu lainnya.
Alangkah Lucunya Negeri Ini mencoba mengangkat potret nyata dalam kehidupan bangsa Indonesia. Dengan bertemakan pendidikan, film ini
mengisahkan tentang usaha seorang sarjana untuk memperbaiki kehidupan para
pencopet. Pemeran utama yang dibintangi oleh Reza rahardian yang berperan sebagai Muluk adalah seorang sarjana manajemen yang kesulitan mendapatkan
pekerjaan. Meskipun ia sering gagal untuk mendapatkan pekerjaan namu ia tidak pernah putus asa.
Suatu hari ketika ia sedang berjalan di pasar, ia bertemu dengan seorang pencopet yang benama Komet. Komet membawa Muluk ke markasnya, lalu
memperkenalkannya kepada bos copet yang bernama Jarot. Kedatangan Muluk ke markas pencopet yaitu untuk menawarkan kerjasama. Akal Muluk pun berputar
danmelihat peluang yang ia tawarkan kepada Jarot. Ia meyakinkan Jarot bahwa ia dapat mengelola keuangan mereka dan meminta imbalan 10 dari hasil
mencopet. Selain mengelola keuangan para pencopet, Muluk pun memberikan
pelajaran umum kepada para pencopet dengan mengajak dua orang temannya yaitu Asrul dan Pipit untuk menjadi tenaga pengajar. Asrul seorang sarjana
pendidikan yang mengajarkan pencopet kewarganegaraan dan Pipit mengajarkan pelajaran agama.
Usaha Muluk pun membuahkan hasil, namun ia masih belum puas. Ia ingin mengarahkan para pencopet itu untuk mengubah profesi mereka menjadi
pengasong. Keinganan Muluk ini tidak mendapat respon positif dari para pencopet. Hampir semua pencopet menolak untuk menjadi pengasong. Namun
Muluk tidak menyerah begitu saja, ia masih tetap berusaha. Puncak konflik meuncul ketika Muluk dan teman-temannya sedang mengadakan kegiatan untuk
memulai mengasong, ketika itu orangtua Muluk dan Pipit datangke markas dan menyaksikan langsung pekerjaan anak mereka. Para orangtua sangat kecewa
mengetahui pekerjaan yang dilakukan anak-anaknya, karena mereka menganggap bahwa itu tidak halal. Muluk dan Pipit pun memutuskan untuk berhenti dari
pekerjaan mereka. Dan setelah mereka berhenti beberapa dari pencopet ada yang beralih profesi menjadi pengasong.
I. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan ini dilakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti mencontek hasil penelitian orang lain, maka dari itu
penulis akan memaparkan perbedaan di antara masing-masing judul dan masalah yang dibahas.
Sejauh pengamatan penulis, ada beberapa penelitian yang menggunakan tinjauan pragmatik. Aspek pragmatik yang dimaksud termasuk juga prinsip
kesantunan. Beberapa penelitian tersebut antara lain analisis mengenai Prinsip Kerjasama dan Prinsip Kesopanan dalam Wacana Au Bonheur Des Ogres yang
dilakukan oleh Sarniah Hasmi Lubis pada tahun 2005. Skripsi ini membahas mengenai pematuhan dan pelanggaran terhadap prinsip kerjasama dan prinsip
kesantunan dalam sebuah buku
46
. Persamaan dari penelitian ini yaitu mengkaji objek dengan menggunakan prinsip kesantunan. Perbedaan penelitian Sarniah
dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu, Sarniah mendeskripsikan tentang pematuhan dan pelanggaran yang terdapat dalam sebuah buku sedangkan
penelitian yang penulis lakukan mendeskripsikan pematuhan dan pelanggaran prinsip kesantunan dalam film.
Skripsi selanjutnya yang meneliti mengenai analisis wacana yaitu skripsi karya Bramantya Putra mahasiswa Universitas Gajah Mada yang berjudul
Wacana Dialog dalam Film Dalyeora Jajeongeo: Analisis Prinsip Kerjasama dan Prinsip Kesopanan. Skripsi ini membahas tentang pematuhan dan pelangaran