Etika Subsistensi dan Upaya Protes Petani

agrarian differentiation. Lebih lanjut, menurut White 2009, petani bisa terlibat dalam berbagai mekanisme peralihan nilai-lebih kepada pelaku-pelaku lain yang bukan produsen seperti, sewa sewa kontan; bagi-hasil; wajib kerja, hubungan perupahan, mekanisme nilai-tukar dalam pembelian danatau penjualan komoditi, pajak berupa tanah, uang, natura, dan tenaga kerja, bunga pinjaman uang, hasil, tenaga kerja. Dengan demikian, memahami bagaimana penciptaan kemiskinan sebagai hasil dari marginalisasi komunitas petani di pedesaan dapat ditelusuri dengan mengidentifikasi struktur dan organisasi sosial yang terdapat di komunitas yang mengatur akses dan kontrol terhadap faktor-faktor produksi serta turut menentukan hubungan produksi, pola pertukaran dan distribusi hasil dari setiap aktivitas produksi di tiap rumah tangga petani. Hadirnya insiatif warga dari bawah yang mengorganisir diri dalam organisisasi tani lokal merupakan suatu yang tidak dapat dipisahkan dalam memahami upaya pembaharuan atas hadirnya ketimpangan struktur atas penguasaan sumber-sumber agraria lokal di pedesaan dataran tinggi Garut, Jawa Barat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Kerja Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian empiris yang mencakup seperangkat proses yang kompleks dengan menggunakan pendekatan ekonomi-politik yaitu melihat “kemungkinan adanya hubungan timbal-balik antara ekonomi dan politik” dan pendekatan “sosio-historis” yaitu pola-pola hubungan produksi dalam sejarah perkembangan sebuah komunitas. Sementara strategi penelitian yang digunakan adalah studi kasus yang bersifat eksplanatif dan kualitatif. Dalam membantu proses pengambilan dan mensistematisir data, maka akan digunakan seperangkat set pertanyaan kuisioner yang ditujukan kepada pihak yang dianggap dapat mewakili dalam menjawab rumusan masalah penelitian ini. Pengambilan data melalui kuisioner bukanlah merupakan instrumen yang digunakan untuk melakukan uji hipotetik secara statistik. Dalam batas tertentu, hasil kuisioner digunakan hanya sebatas untuk melihat sebaran atau distribusi frekuensi suatu konteks. Proses analisis data pada penelitian ini yang berakar kuat pada perspektif Marxian berikut berbagai variannya dimana komunitas dilihat sebagai keseluruhan dan aksi individu dibangun atas bekerjanya sebuah sistem yang berlaku. Dengan demikian, setiap aktifitas ekonomi tidak dapat dilepaskan atau dipisahkan dari dimensi sosial dan politik suatu komunitas Ellis 1993. Perbedaan aktifitas nafkah dari setiap kelompok sosial dalam sebuah masyarakat ditentukan oleh dua hal, yakni: 1 siapa yang memiliki kontrol efektif terhadap seluruh sumber-sumber produksi, dan 2 sampai sejauh mana pemanfaatan output dari setiap kegiatan produksi, apakah untuk keperluan konsumsi atau untuk dipertukarkan dijual kembali dalam perekonomian pasar Ellis 1993. Adapun faktor yang mempengaruhi seseorang individu dalam memilih antara memenuhi kebutuhan atau mengakumulasi kapital ditentukan oleh kondisi objektif struktural, bukan karena perbedaan pilihan atau kecenderungan psikologis antar individu dan turut ditentukan oleh perbedaan kelas bukan perbedaan antar individu. Cardoso dan Levine 2008 Menurut Murray 2001, kebanyakan masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan maupun perkotaan di negara-negara miskin, terlibat dalam upaya perjuangan yang tak henti-hentinya untuk mengamankan keberlanjutan nafkah dalam situasi sosial, ekonomi dan politik yang acap kali merugikan mereka. Dua titik sentral untuk memahami upaya perjuangan semacam itu adalah, Pertama adalah situasi dan alasan penyebab kemiskinan harus dipahami melalui analisis rinci dari relasi sosial dalam konteks sejarah tertentu: antara mereka yang memiliki lahan dengan mereka yang tidak memiliki lahan, antara rumah tangga kaya dan miskin; antara laki-laki dan perempuan; antara rumah tangga di pedesaan dan di perkotaan dan antara lembaga pasar dan negara. Kedua adalah cara-cara polastrategi nafkah yang biasanya berlaku baik di dalam rumah tangga maupun antara rumah tangga yang sangat beragam. Namun demikian, menghindari dualisme objek telaah yang terdapat dalam perspektif Marxian ortodox klasik, yakni tegangan antara pelaku agency dan struktur structure, maka dengan mengikuti teoritisasi Giddens, hubungan antara pelaku dan struktur dipandang sebagai suatu hubungan yang bersifat dualitas yakni tindakan pelaku dan struktur saling mengandaikan. Dualitas struktur- pelaku terletak dalam proses dimana struktur sosial merupakan hasil dan sekaligus sarana praktik sosial. Selain itu, dualitas terjadi pada “praktik sosial yang berulang dan terpola dalam lintas ruang dan waktu”. Priyono 2000

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di dua desa yang terletak pada dua dataran tinggi Garut, Provinsi Jawa Barat. Adapun dua desa tersebut adalah desa Sukatani, Kecamatan Cisurupan yang terletak pada hamparan Gunung Papandayan dan desa Dangiang, Kecamatan Cilawu yang berada di hamparan Gunung Cilawu. Definisi dataran tinggi uplands yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengikuti pendapat Allen dan Spencer yakni, suatu daerah atau kawasan yang berbukit atau terletak di daerah pegunungan dengan permukaan daratan yang cenderung terjal, dan berada di tempat yang tinggi. Selain itu, dataran tinggi dicirikan oleh sistem pertanian yang tidak menggunakan aliran irigasi, tidak berbatasan langsung