Struktur Ekonomi Wilayah STRUKTUR SUMBERDAYA DAN SETTING AGRO-
ton tersebut, pendapatan bersih setalah dikurangi biaya produksi yang diterima petani dengan bisa mencapai 4,6 juta hingga 19,6 juta per panen dengan kisaran
nilai RC budidaya wortel adalah 1,44 sampai dengan 2,88. Untuk keperluan bibit, umumnya petani sudah tidak perlu membeli ke bandar. Selain itu, menurut
pengakuan beberapa orang warga, budidaya tanaman wortel lebih mudah, proses perawatan tidak membutuhkan banyak waktu dan tenaga kerja yang dibutuhkan
relatif sedikit atau masih dapat dilakukan dengan hanya menggunakan tenaga kerja keluarga.
Tabel 4.10. Biaya Produksi Budidaya Wortel untuk Luasan 1 Ha No Uraian
Banyaknya Rp
Jumlah Ket
1 Bibit
25 bungkus 30.000bks
750.000 2
Upah tenaga kerja mencangkul
100 jiwa 15.000org
1.500.000 Laki – laki
3 Upah tenaga kerja
bersihkan rumput 200 jiwa
10.000org 2.000.000
Perempuan 4
Pupuk urea 1 kwintal
150.000 5
Upah angkut 30 ton
200kg 6.000.000
Pasca panen Jumlah
10.400.000
Tanaman Kol
Dari luas lahan 1 Ha dapat menghasilkan produksi kol rata-rata minimal 20 ton per panen 100 hari. Dengan harga jual yang berlaku di tengkulak sebesar Rp.
1.000kg maka pendapatan bersih yang diterima petani berkisar 3,9 juta dengan nilai RC budidaya kol adalah 1,25. Hingga saat ini, keperluan bibit kol
seluruhnya masih disuplai oleh bandar atau petani masih harus membeli bibit ke bandar.
Tabel 4.11. Biaya Produksi Budidaya Kol untuk Luasan 1 Ha No Uraian
Banyaknya Rp
Jumlah Ket
1 Bibit
17.500 pohon 50pohon
875.000 1 patok = 700
pohon, 700 pohon x 25 patok
2 Pupuk hitam
300 karung 20.000krng
6.000.000 Kandang
3 Pupuk putih
4 ton 1.500kg
6.000.000 Urea
4 Obat laser
10 botl 90.000btl
900.000 5
Upah tenaga kerja nyangkul
100 jiwa 15.000org
1.500.000 Laki – laki
Upah tenaga kerja membuat lubang
50 jiwa 15.000
750.000 Laki – laki
6 Upah angkut barang
20 ton 200kg
4.000.000 Pasca panen
Jumlah 16.025.000
Tanaman Tomat
Dari luas lahan 1 Ha dapat menghasilkan produksi tomat minimal 25 ton per panen. Apabila harga jual yang berlaku 2 ribukg maka dengan demikian
pendapatan bersih yang di terima petani dapat mencapai 11,4 juta rupiah per panen 5 bulan dengan nilai RC adalah 1,3. Sama halnya dengan kol, saat ini
petani masih harus membeli bibit kepada bandar atau pedagang saprodi.
Tabel 4.12. Biaya Produksi Budidaya Tomat untuk Luasan 1 Ha No Uraian
Banyaknya Rp
Jumlah Keterangan
1 Bibit
20 bungkus 115.000bks
3.300.000 1 patok = 700
pohon, 700 pohon x 25 patok
2 Pupuk hitam
300 karung 20.000krng
6.000.000 Kandang
3 Pupuk putih
4 ton 1.500kg
6.000.000 Urea
4 Ajir
25.000 ajir 150ajir
3.750.000 5
Obat semprot 30 botol
100.000botol 3.000.000
6 Obat cair
40 botol 100.000botol
4.000.000 7
Obat Daconil 20 botol
150.000btl 3.000.000
8 Upah tenaga kerja
nyangkul 100 jiwa
15.000jiwa 1.500.000
Laki – laki 9
Upah tenaga kerja 300 jiwa
10.000jiwa 3.000.000
Perempuan 10
Upah angkut barang 25 ton
200kg 5.000.000
Pasca panen Jumlah
38.550.000
Ditinjau dari analisa usahatani berdasarkan komoditas utama yang diusahakan warga di kedua desa, maka nilai RC yang paling tinggi secara
berturut-turut adalah akar wangi 3,62-7,01 dan wortel 1,44-2,88 Tabel 4.14.
Hal ini menunjukkan bahwa, usaha pertanian di tingkat rumah tangga petani masih mampu memberikan nilai surplus. Pertanyaan yang muncul kemudian, apa
yang menyebabkan kemiskinan masih menghinggapi rumah tangga pertanian di dataran tinggi Garut?
Tabel 4.13. Perbandingan RC dari setiap komoditas yang diusahakan Komoditas
Pendapatan Kotor
Biaya Produksi
Pendapatan Bersih
Rasio Keterangan
R C
R-C RC
Akar Wangi 6400 m
2
15.000.000 4.140.000
10.860.000 3,62
Panen pertama kali 15.000.000
2.140.000 12.860.000
7,01 Panen berikutnya
Kentang 75.000.000
55.100.000 19.900.000
1,36 Luasan 1 Ha
Wortel 1 Ha
15.000.000 10.400.000
4.600.000 1,44
Harga jual 500kilo 30.000.000
10.400.000 19.600.000
2,88 Harga jual 1000kilo
Kol 20.000.000
16.025.000 3.975.000
1,25 Luasan 1 Ha
Tomat 50.000.000
38.550.000 11.450.000
1,30 Luasan 1 Ha
Adapun pola produksi dan budidaya lokal khususnya di lahan pendudukan warga reclaiming, baik di desa Dangiang maupun Sukatani, mayoritas petani
menerapkan sistem tanam tumpang sari. Yang membedakan di dua lokasi tersebut adalah jenis dan variasi tanaman tumpang sari dan jenis tanaman tegakan serta
periodesasi pemanfaatan lahan yang dalam hal ini sangat dipengaruhi jenis tanaman, faktor musim dan ketersediaan air. Perbandingan pola pemanfaatan
lahan dan jenis komoditas yang diusahakan di dua lokasi ditunjukkan pada Tabel 4.14
.
Tabel 4.14. Perbandingan Pola Pemanfaatan Lahan di Dua Lokasi No Uraian
Desa Dangiang Desa Sukatani
1 Jenis tanaman
tegakan Kopi, kalices dan jengjeng.
Jengjeng, Kopi, Nangka, Alpukat dan Afrika. Kalices dihindari oleh petani
karena menyerap air terlalu besar 2
Strategi Ekstensifikasi Lahan
Perluasan kawasan budidaya pertanian mulai merambah kawasan
leuweung tutupan. Pembelian maupun gadai bagi rumah tangga
petani yang telah mampu membentuk surplus.
Melalui pembelian maupun gadai bagi rumah tangga petani yang telah
mampu membentuk surplus
3 Komoditas utama
yang diusahakan petani
Akar wangi Tanaman sayuran.
4 Komoditas lain
yang telah dan akan diusahakan petani
Tembakau dan tanaman sayuran lainnya. Ke depan akan ditanam kopi
sebagai tumpang sari, khususnya untuk lahan pada kemiringan kritis.
Tanaman tahunan khususnya di areal garapan di daerah kehutanan .
5 Pola Tanam
Tumpang sari dengan tanaman syuran dan tembakau. Dalam 1 tahun,
terdapat 3 masa panen, yakni panen kentang, tembakau dan akar wangi.
Tumpang sari dengan taaman sayuran. Siklus tanam terbatas. Yakni
hanya di musim hujan atau lahan yang terdekat dengan sumber air.
6 Ketergantungan
akan kebutuhan air Relatif tinggi, khususnya untuk
tanaman tumpang sari tanaman sayuran dan padi
Sangat tinggi, khususnya daerah- daerah yang jauh dengan
perkampungan dan atau sumber air 7
Penggunaan Pupuk Kimia dan Organik
Umumnya Pupuk Kimia. Permintaan komoditas sayuran yang sangat besar
menyebabkan pola penanaman tanaman sayuran menggunakan
pupuk kimia yang intensif