10. Baik di desa Sukatani maupun desa Dangiang, upaya penguatan produksi dan distribusi di tingkat petani dipandang sebagai cara-cara yang ditempuh oleh
sebuah rumah tangga petani di tiap lapisan dengan menimbang ketersediaan sumber daya akses dan kontrol yang dimiliki oleh sebuah rumah tangga.
Dalam konteks ini, pola pemanfaatan lahan dan budidaya merupakan salah satu respon petani dalam mengurangi ketergantungan dengan pihak bandar
maupun cukong. 11. Apabila di desa Dangiang, strategi konsolidasi modal petani telah masuk
tahap penguatan kelembagaan ekonomi kolektif, di desa Sukatani masih tergantung pada hubungan-hubungan permodalan yang telah lama terbangun
sebelum reclaiming, yakni hubungan petani dengan para bandar di desa. 12. Pada periode-periode awal gerakan bahkan hingga saat ini usaha
mengamankan akses lahan garapan tenure security dari ancaman fisik pihak perkebunan dan kehutanan masih menjadi arena perjuangan utama physical
security. Adapun keberhasilan beberapa anggota organisasi tani lokal menjadi bandar dapat diartikan sebagai pergantian aktor lama oleh aktor baru
dalam pola struktur produksi dan distribusi lama. Dengan kata lain, konsolidasi jalur distribusi kolektif belum terjadi.
9.2. Saran
Dalam konteks pengentasan kemiskinan di dataran tinggi, kehadiran organisasi tani lokal telah mampu memberikan keamanan warga dalam
menggarap lahan garapan yang secara langsung turut memperbaiki tingkat keberdayaan ekonomi petani. Namun dari sisi kepastian ekonomi economy
security dan kepastian regulasi policy security belum sepenuhnya tersentuh. Karena itu, beberapa saran yang diajukan berdasarkan refleksi dari studi ini adalah
sebagai berikut : 1.
Untuk menjamin kepastian ekonomi economy security maka perlunya memperkuat dan mengukuhkan akses warga terhadap lahan garapan. Dalam
hal ini, penataan kembali struktur agraria yang timpang land reform menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari upaya pengentasan kemiskinan.
Prinsip utama yang perlu dikedepankan adalah, proses reform tidak mengantarkan tanah sebagai komoditas.
2. Karena itu, dari sisi kepastian regulasi policy security, perlunya kebijakan
yang dapat memberikan kuasa terhadap penguasaan dan pengelolaan sumber-sumber agraria secara kolektif oleh petani. Hal ini mensyaratkan
adanya organisasi tani yang lahir dari insiatif petani itu sendiri. 3.
Bahwa proses marginalisasi petani selain dapat berlangsung “dari atas” juga dapat berlangsung “dari bawah”, maka perlunya dilakukan penguatan
kapasitas organisasi tani lokal dalam hal produksi dan distribusi.
DAFTAR PUSTAKA
Aass, S. 1984. “Relevansi Teori Makro Chayanov untuk kasus Pulau Jawa.” Dalam SMP. Tjondronegoro dan G. Wiradi, Dua Abad Penguasaan Tanah:
Pola Penguasaan Tanah Pertanian di Jawa Dari Masa Ke Masa. Jakarta Yayasan Obor Indonesia.
Aji, G. B. 2005. Tanah untuk Penggarap : Pengalaman Serikat Petani Pasundan Menggarap Lahan-lahan Perkebunan dan Kehutanan. Bogor : Pustaka
Latin Afiff, S, N. Fauzi, G. Hart, L. Ntsebeza and N. Peluso. 2005. “Redefining
Agrarian Power : Resurgent Agrarian Movements In West Java, Indonesia.” Paper CSEASWP2-05. Center for Southeast Asia Studies. University of
California, Berkeley.
Akram-Lodhi, A. H. 2009. “Modernising subordination? A South Asian perspective on the World.” The Journal of Peasant Studies, Vol. 36, No. 3,
July 2009, 611–619. Amaluddin, M. 1987. Kemiskinan dan Polarisasi Sosial: Studi Kasus di Desa
Bulogede, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Seri Bahan Tesis. Jakarta: UI- Press.
Babbie, E. 2004. The Practice of Social Research 10
th
Edition, Wadsworth Thomson Learning, Belmont, USA.
Bachriadi, D. 2009. “Land, Rural Social Movements and Democratisation in Indonesia.” Transnational Institute, July 2009
Barkin, D. 2004. “Who Are The Peasants?”. Latin American Research Review, Vol. 39, No. 3, October, 2004
Birowo, A. T. 1983. “Masalah Struktural Dalam Sistem Perkebunan.” Dalam Perkebunan Indonesia Di Masa Depan. Jakarta : Yayasan Agroekonomika
Boeke, J. H. 1953. “Memperkenalkan Teori Ekonomi Ganda.” Dalam Sajogyo peny. 1982. Bunga Rampai Perekonomian Desa. Jakarta : Yayasan Obor
Indonesia. Booth, A. 1974. “Land Ownership in Klaten.” Bulletin of Indonesian Economics
Studies, Vol. 10, No 3, December 1974. Booth, A. 1979. “The Agricultural Surveys 1970175: A Reply.” Bulletin of
Indonesian Economics Studies, Vol. 15, No 3, November 1979