Participatory Poverty Assessment PPA Principal Component Analysis Factor Analysis

Tabel 4.5. Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Jenis Lapangan Usaha Laki-Laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan Pertanian 38,61 47,38 41,60 Industri 12,61 13,60 12,95 Perdagangan 17,17 21,73 18,72 Jasa 13,83 15,39 14,36 Lainnya 17,78 1,89 12,36 Total 100,00 100,00 100,00 Sumber : diolah dari data Survey Sosial Ekonomi Daerah Susesda Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 Tabel 4.5. Persentase Penduduk Berdasarkan Ijazah Tertinggi yang Dimiliki dan Kemampuan Baca-Tulis di Kabupaten Garut Tahun 2008 Status Pendidikan Laki-Laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan A. Ijasah tertinggi yang dimiliki A.1 Tidak Punya 31,8 36,9 34,4 A.2 SDMI 40,2 41,1 40,7 A.3 SLTPSederajat 13,5 11,5 12,5 A.4 SLTASederajat 7,3 5,7 6,5 A.5 SMKSederajat 3,4 2,4 2,9 A.6 Perguruan Tinggi 3,8 2,3 3,1

B. Kemampuan Baca dan Tulis

B.1 Huruf Latin 98,1 94,5 96,3 B.2 Huruf Lainnya 0,8 1,9 1,4 B.3 Tidak Dapat 1,1 3,6 2,4 Sumber : diolah dari data Survey Sosial Ekonomi Daerah Susesda Provinsi Jawa Barat Tahun 2008

4.4. Struktur Ekonomi Wilayah

Kabupaten Garut merupakan salahsatu daerah tingkat dua di Provinsi Jawa Barat yang memiliki kontribusi pencipataan nilai tambah ekonomi daerah didominasi oleh sektor pertanian. Menurut BPS, pada tahun 2000, kontribusi nilai tambah di sektor pertanian yang tercipta di Kabupaten Garut mencapai 50,62 persen dimana nilai tambah tersebut menyumbang sebesar 11,86 persen terhadap penciptaan nilai tambah pertanian di Jawa Barat. Meski pada tahun 2007, dalam struktur ekonomi Kabupaten Garut, kontribusi nilai tambah pertanian mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yakni sebesar 48,03 persen akan tetapi kontribusi share terhadap pencipataan nilai tambah sektor pertanian di Provinsi Jawa Barat menunjukkan kecenderungan terjadinya peningkatan yakni sebesar 12,63 persen Tabel 4.7. Tabel 4.7. Perbandingan Dan Perkembangan Struktur Ekonomi Serta Sektor-Sektor Ekonomi Kabupaten Garut Terhadap Jawa Barat periode 2000-2007 persen Sektor Struktur Ekonomi Struktur Ekonomi Kontribusi Garut Terhadap Jawa Barat Garut Jawa Barat 2000 2007 2000 2007 2000 2007 1 2 3 4 5 6 7

I. Primer 50,62

48,03 20,59 15,10 9,18 10,66 1 Pertanian 50,48 47,90 15,95 12,72 11,86 12,63 2 Pertambangan 0,14 0,13 4,63 2,39 0,11 0,19

II. Sekunder 8,98

9,86 47,19 50,31 0,71 0,66 1 Industri 5,74 6,90 42,35 44,38 0,51 0,52 2 Listrik, Gas Air 0,45 0,45 2,16 2,92 0,78 0,52 3 Konstruksi 2,79 2,51 2,68 3,01 3,66 2,80

III. Tersier 40,40

42,11 32,22 34,58 4,68 4,08 1 Perdagangan 24,65 25,96 19,65 19,05 4,68 4,57 2 Angkutan 2,72 3,54 3,81 5,83 2,66 2,04 3 Lembaga Keuangan 3,55 3,29 2,73 2,89 4,86 3,82 4 Jasa-Jasa 9,48 9,32 6,03 6,82 5,87 4,53 PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 3,73 3,35 Sumber : PDRB Kabupaten Garut Tahun 2008 Pada Tabel 4.7 diatas tampak struktur ekonomi Kabupaten Garut sangat berbeda dengan Jawa Barat. Tiga sektor penyumbang terbesar terhadap perekonomian di Kabupaten Garut berturut-turut adalah pertanian, perdagangan, dan jasa, sedangkan untuk di Jawa Barat berturut-turut adalah industri pengolahan, perdagangan, dan pertanian. Secara umum, pola pergeseran struktur ekonomi yang terjadi baik di kabupaten Garut maupun Jawa Barat adalah pergeseran dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Hal ini terlihat dari kontribusi kelompok sektor primer yang mengalami penurunan, sedangkan sektor sekunder dan tersier mengalami peningkatan. Jika diamati kontribusi share penciptaan nilai tambah sektoral kabupaten Garut terhadap Jawa Barat pada periode 2000-2007, tiga sektor yang mengalami peningkatan, yakni sektor pertanian dari 11,82 menjadi 12,63 persen, sektor penggalian dari 0,11 menjadi 0,19 persen, dan sektor industri pengolahan dari 0,51 menjadi 0,52 persen. Adapun distribusi pendapatan yakni dilihat dari pencapaian angka indeks gini selama periode tahun 2004-2006 menunjukan angka