133
Kemudian pendidik memberikan pekerjaan rumah kepada peserta didik agar mereka memiliki kegiatan yang positif saat berada di rumah. Dengan
diberikan pekerjaan rumah, peserta didik akan terlatih aktif dan terampil karena bertambhnya jam belajar mereka.
Dengan pembiasaan mengerjakan sesuatu, peserta didik akan terbiasa dan pembiasaan tersebut dapat meningkatkan kemendarian peserta didik. Melalui
pekerjaan rumah, Meryy membiasakan peserta didik agar selalu bekerja keras dan selalu memanfaatkan waktu luang untuk melakukan suatu hal yang dapat
memberikan manfaat untuk masa depan peserta didik. Setelah evaluasi pelajaran pembelajaran, Meryy memberikan sekedar informasi tentang materi yang akan
dilakukan dan dipelajari pada pembelajaran pertemuan selanjutnya. Meryy mengecek kebersihan kelas dan kondisi peserta didik sambil menunggu bel tanda
selesai pelajaran berbunyi untuk melanjutkan mata pelajaran berikutnya.
E. Penilaian Pembelajaran
Penilaian pembelajaran batik mangrove di SMA Negeri 8 Balikpapan tidak hanya dilakukan saat akhir semeter saja namun, evaluasi pembelajaran batik
mangrove selalu dilakukan saat pembelajaran sedang berlangsung, Ibu merry, S.Pd selalu mengevaluasi atau mengukur sejauh mana para peserta didik mampu
mengerjakan tahapan-tahapan pembuatan karya batik tulis mulai dari memola, mencanting sampai proses pengelorodan. Evaluasi pembelajaran batik mangrove
di SMA Negeri 8 Balikpapan tidak hanya dilakukan saat akhir semeter saja namun, evaluasi pembelajran seni budaya batik selalu dilakukan saat pembelajran
134
sedang berlangsung, Merry, S.Pd selalu mengevaluasi atau mengukur sejauh mana para peserta didik mampu mengerjakan tahapan-tahapan pembuatan karya batik
tulis. Selain menilai proses pembuatan karya, Merry, S.Pd juga menilai kemampuan peserta didik dengan memberikan tes tertulis pada peserta didik, tes
tertulis biasanya dilakukan pada saat ulangan akhir semester. Penilain juga dilihat dari hasil karya batik tulis berupa sapu tangan dan
taplak meja. Untuk melakukan penilaian pada mata pelajaran batik mangrove, guru menitikberatkan pada ranah afektif, kognitif dan psikomotorik. Dalam
melakukan penilaian pada ranah afektif, guru melakukannya dengan memperhatikan sikap siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran. Untuk itulah
sejak awal pembelajaran dimulai guru sudah mengenali para siswanya, langkah ini dilakukan tidak hanya untuk melakukan penilaian semata, akan tetapi agar siswa
merasa bersahabat dengan guru dengan tujuan pembelajaran akan terasa menarik dan kondusif. Sederhananya, penilaian yang dilakukan oleh guru dalam ranah
afektif ini dengan cara mempertimbangkan beberapa aspek di antaranya aspek kelakuan, kerajinan, kebersihan, kerapian, dan kedisiplinan. Sementara itu,
penilaian pada ranah psikomotorik merupakan penilaian berkaitan dengan pelaksanaan praktik siswa membuat desain batik, membuat desain motif batik
mangrove, dan membuat batik taplak meja. Sedangkan untuk ranah kognitif penilaian melalui ulangan harian siswa atau nilai kelas, nilai tengah semester, nilai
tugas, nilai akhir semester, nilai akhir dan nilai raport. Serangkaian kegiatan tersebut meliputi kegiatan siswa melakukan tahap
memola, pencantingan, pewarnaan, sampai dengan proses finishing batik. Sampai
135
pada akhirnya guru menilai hasil karya batik siswa. Penilaian yang dilakukan terhadap karya batik siswa meliputi beberapa aspek, salah satunya adalah kerapian
motif yang dibuat pada kain. Pembuatan batik dengan menggunakan teknik yang baik akan berpengaruh pada motif yang dikembangkan oleh siswa, kerapian hasil
karya batik siswa tercermin dari proses praktik yang rapi. Berdasarkan hasil karya siswa secara keseluruhan, terlihat bahwa setiap karya memiliki tingkat kerapian
yang beragam, sebagian hasil karya batik siswa yang sudah baik mencerminkan tingkat penguasaan kompetensi yang baik, sedangkan sebagian hasil karya siswa
lainnya terlihat masih kurang rapi mencerminkan tingkat penguasaan kompetensi yang kurang baik. Dari ranah afektif, psikomotorik, dan kognitif hasil karya itulah
kemudian dijadikan oleh guru sebagai acuan penilaian akhir pembelajaran batik mangrove. Setiap ranah diberi skor sesuai dengan pengamatan guru dan dari skor
tersebut baru bisa diketahui apakah siswa sudah bisa dikatakan berhasil mengikuti pelajaran mata pelajaran seni batik atau tidak. Nilai kriteria ketuntasan minimal
KKM yang harus dicapai oleh siswa untuk bisa dikatatakan berhasil adalah 75. Tingkat kemampuan siswa yang dimaksud adalah berkaitan dengan
kemampuan siswa menyerapmemahami materi yang diberikan oleh guru yang kemudian diterapkan pada saat praktik penugasan yang meliputi kemampuan
mengkomposisikan desain motif batik mangrove dan menghasilkan karya batik. Ketika siswa dapat membuat desain motif batik mangrove tanpa menambahkan
dan mengurangi bentuk dari motif tersebut guru menganggap bahwa siswa tersebut sudah bisa memahami materi yang diberikan. Begitu juga dengan praktik
pembuatan batik, ketika para siswa melakukan praktik pembatikan dari tahap ke