Sumber Belajar KESIMPULAN DAN SARAN

mengedarkan makanan ke seluruh tubuhnya. Sistem pencernaan yang demikian disebut sebagai sistem gastrovaskuler gaster = perut, vasculair = saluran-saluran. Jadi peredaran makanan tidak dilakukan oleh darah, melainkan oleh usus. Cacing pipih tidak mempunyai anus yang digunakan sebagai lubang pengeluaran. Sisa-sisa makanan dibuang melalui mulutnya.

3. Sistem Transpor

Cacing ini tidak memiliki sistem transpor, karena makanan telah diedarkan oleh sistem gastrovaskuler. Sedangkan proses pertukaran gas nya yaitu oksigen berdifusi langsung melalui permukaan tubuhnya, dan CO 2 juga dikeluarkan melalui seluruh permukaan tubuhnya.

4. Sistem Saraf

Sel-sel saraf dan serabut saraf terdapat di dalam jaringan parenkimia. Pusat susunan saraf terdiri dari sel-sel ganglion yang dikenal sebagai ganglion otak. Ganglion otak jumlahnya sepasang, terdapat di bagian anterior tubuhnya atau pada bagian kepala. Ganglion otak dihubungkan oleh serabut saraf melintang. Dari tiap-tiap ganglion otak keluar tali saraf sisi yang memanjang di kiri kanan tubuhnya. Pada tempat-tempat tertentu tali saraf sisi atau tali saraf longitudinal ini dihubungkan oleh serabut saraf sehingga membentuk pola menyerupai tangga yang terbuat dari tali. Sistem saraf yang demikian demikian dikenal sebagai sistem saraf tangga tali.

5. Organ Indera

Gerak aktif cacing berhubungan dengan sistem saraf dan indera. Turbellaria dan cacing hati mempunyai 2 bintik mata pada bagian anterior atau kepalanya. Bintik mata berupa struktur yang mengandung pigmen yang disebut oseli. Cacing pipih mempunyai indera peraba dan sel kemoreseptor yang tersebar di seluruh tubuh. Pada planaria, indera peraba dan sel kemoreseptor membentuk organ yang disebut aurikula telinga yang menyerupai lubang telinga yang terletak di sisi kepala. Beberapa spesies mempunyai statosista atau alat keseimbangan dan reoreseptor yaitu organ untuk mengetahui arah aliran air.

6. Eksresi dan Osmoregulasi

Umumnya sistem osmoregulasi terdiri dari saluran dengan pembuluh yang berakhir pada sel api. Sistem pengeluaran ini dikenal sebagai potonefridia. Sel api dikelilingi oleh ruang kecil menuju lempeng berflagela. Gerakan flagela mengalirkan cairan melalui pembuluh menuju saluran pengumpul yang akhirnya keluar ke pori pengeluaran. Sisa metabolisme sebagian besar dibuang secara difusi melalui dinding tubuh.

7. Reproduksi

Cacing pipih bereproduksi secara seksual dan aseksual. Banyak Turbellaria air tawar dapat bereproduksi dengan membelah diri. Pembelahan dimulai dari penggentingan di belakang faring dan memisah menjadi 2 hewan. Tiap-tiap meregenerasi bagian yang hilang. Pada beberapa spesies seperti Stenostonum dan Microstonum, potongan individu tetap menempel membentuk rantai zooid. Umumunya cacing pipih bersifat hermafrodit, tetapi melakukan perkawinan silang. Pada beberapa Turbellaria dan cacing pipih lain, zigot dan kuning telur tertutup kapsul. Kapsul tersebut kemudian melekat pada batu atau tumbuhan dan embrio muncul seperti miniatur Planaria dewasa.

B. Klasifikasi Platyhelminthes

Platyhelminthes dibedakan menjadi 3 kelas yaitu kelas Turbelaria cacing berbulu getar, kelas Trematoda cacing isap, dan kelas Cestoda cacing pita.

1. Kelas Turbellaria atau cacing berbulu getar

Kelas Turbellaria merupakan cacing pipih yang dapat bergerak dengan menggetarkan bulu getarnya. Panjang tubuh bervariasi dari 5-50 mm. Contoh hewan ini adalah Planaria. Planaria merupakan cacing pipih yang hidup di dalam air sungai yang jernih, yang belum mengalami pencemaran

Dokumen yang terkait

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dalam meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas X 3 SMA Pangudi Luhur pada materi Protista.

1 2 245

Penerapan metode picture and picture untuk meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa pada materi biologi vertebrata kelas X SMA GAMA Yogyakarta.

0 0 208

Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Kabupaten Bantul pada materi animalia melalui metode Joyful Learning.

1 1 201

Pengaruh penerapan metode praktikum terbimbing pada materi platyhelminthes terhadap minat dan hasil belajar biologi siswa di kelas X.4 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

0 2 231

Penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe Numbered Head Together pada materi archaebacteria dan eubacteria dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X-2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

1 7 170

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode TAI (Team Assisted Individualization) dalam meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas X1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada materi dunia tumbuhan.

0 0 2

Penerapan pembelajaran kooperatif dengan Think Pair Share untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada materi rantai makanan siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta tahun 2011/2012.

0 1 162

Peningkatan pemahaman materi pengukuran dengan metode pembelajaran jigsaw II pada siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

0 1 193

Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Kabupaten Bantul pada materi animalia melalui metode Joyful Learning

0 6 199

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode TAI (Team Assisted Individualization) dalam meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas X1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada materi dunia tumbuhan

1 26 228