terjadi penurunan afektif, yang semula nilai rata-rata pre-test yang diperoleh sebesar 29,0 namun nilai rata-rata post-test yang diperoleh sebesar 24,9.
Berdasarkan skor nilai pre-test dan post-test pada kelompok pendengar yang dianalisis dengan menggunakan metode One-Sample T metode t hitung
dilakukan uji beda dengan nilai t hitung 4,50 dan diperoleh nilai signifikansi 0,000 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak, atau dengan kata lain nilai pre-
test dan post-test pada responden kelompok pendengar terkait tingkat afektifnya
terhadap materi siaran keduanya berbeda nyata. Sementara pada kelompok bukan pendengar kelompok kontrol nilai t hitung sebesar -1,96 dan nilai signifikansi
yang diperoleh 0,084 0,05 yang berarti Ho diterima, atau dengan kata lain tidak berbeda nyata. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa program siaran radio
yang diperdengarkan kepada responden kelompok pendengar juga memberikan pengaruh berupa peningkatan afektif bagi mereka tentang varietas unggul baru
padi.
6.3 Hubungan Keterdedahan Responden pada Siaran Radio dengan
Tingkat Kognitif dan Afektifnya Mengenai Materi Siaran
6.3.1 Hubungan Frekuensi
Mendengarkan dengan Tingkat Kognitif dan
Afektif Responden Mengenai Materi Siaran
Program siaran Radio Pertanian Ciawi dapat dikatakan sudah cukup memberikan pengaruh kepada khalayak pendengar yang mendengarkannya,
khususnya terhadap tingkat kognitif dan afektif pendengar. Pengaruh dari program siaran Radio Pertanian Ciawi terlihat pada tingkat kognitif dan afektif pendengar
setelah mendengarkan materi siaran yang disajikan. Jika pemahaman pendengar mengenai fakta-fakta yang berhubungan dengan materi siaran tentang varietas
unggul baru VUB padi tinggi serta apresiasi, perasaan, minat, dan keinginan yang berhubungan dengan informasi yang disampaikan mengenai materi siaran
varietas unggul baru VUB padi tinggi, maka program siaran RPC telah berpengaruh bagi pendengar. Hal ini sesuai dengan yang telah dijelaskan
mengenai hasil pre-test dan post-test responden terkait tingkat kognitif dan afektif setelah mendengarkan materi siaran melalui siaran RPC. Tidak hanya itu saja,
keterdedahan pada siaran radio yang dialami oleh responden juga dapat dilihat pengaruhnya terhadap tingkat kognitif dan afektif responden.
Data hubungan antara keterdedahan oleh siaran radio dengan tingkat kognitif dan afektif responden secara ringkas disajikan pada Tabel 58 dan Tabel
59.
Tabel 58. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Frekuensi Mendengarkan dan Tingkat Kognitif di Desa Cileungsi tahun 2011
Frekuensi Mendengarkan
Tingkat Kognitif
Rendah Sedang Tinggi Jumlah
n n n n
Rendah 1 12,5 2 25,0 5 62,5
8 100,0
Sedang 4 22,2
10 55,6
4 22,2
6 100,0
Tinggi 1 25,0 1 25,0 2 50,0
4 100,0
Jumlah 6 20,0 13 43,3 11
36,7 30
100,0
Sebesar 12,5 persen responden yang tergolong dalam kategori frekuensi mendengarkan rendah memiliki tingkat kognitif yang rendah, 25,0 persen dengan
tingkat kognitif sedang, dan 62,5 persen dengan tingkat kognitif tinggi. Sementara sebesar 22,2 persen responden yang tergolong dalam kategori frekuensi
mendengarkan sedang dengan tingkat kognitif rendah, 55,6 persen dengan tingkat kognitif sedang, dan 22,2 persen dengan tingkat kognitif tinggi. Untuk responden
yang tergolong dalam kategori frekuensi mendengarkan tinggi sebesar 25,0 persen memiliki tingkat kognitif yang rendah, 25,0 persen dengan tingkat kognitif
sedang, dan 50,0 persen dengan tingkat kognitif tinggi. Oleh karena nilai signifikansi 0,314 0,05 maka Ho diterima, atau dengan kata lain antara frekuensi
mendengarkan dengan tingkat kognitif responden tidak terdapat hubungan signifikan. Artinya frekuensi mendengarkan yang berbeda tidak memberikan
pengaruh yang berbeda pula terhadap tingkat kognitif responden. Ternyata frekuensi mendengarkan yang tinggi tidak menjamin tingkat
kognitif yang dimiliki responden juga menjadi tinggi. Hal ini dikarenakan tingginya tingkat kognitif yang dimiliki oleh responden tidak dilihat berdasarkan
frekuensi mendengarkannya, namun bisa saja responden sudah mengetahui sebelumnya informasi tentang varietas unggul baru VUB padi yang disajikan
melalui program siaran RPC. Terlebih bagi responden yang bekerja di bidang pertanian, biasanya mereka sering melakukan diskusi bersama dengan teman-
temannya untuk saling bertukar pikiran tentang bidang pertanian di satu tempat perkumpulan. Hal ini karena biasanya mereka yang mengetahui informasi baru
akan segera memberitahukan kepada teman-temannya yang belum mengetahui.
Tabel 59. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Frekuensi Mendengarkan dan Tingkat Afektif di Desa Cileungsi Tahun 2011
Frekuensi Mendengarkan
Tingkat Afektif
Rendah Sedang Tinggi Jumlah
n n n n Rendah
2 25,0 5 62,5 1 12,5 8 100,0 Sedang
5 27,8 6 33,3 7 38,9 18 100,0
Tinggi 0 0,0 3 75,0 1 25,0 4 100,0
Jumlah 7 23,3 14 46,7 9 30,0 30
100,0
Berdasarkan Tabel 59 sebesar 25,0 persen responden yang tergolong kategori frekuensi mendengarkan rendah memiliki tingkat afektif yang rendah,
62,5 persen dengan tingkat afektif kategori sedang, dan 12,5 persen dengan tingkat afektif kategori tinggi. Responden yang tergolong dalam kategori
frekuensi mendengarkan sedang sebesar 27,8 persen memiliki tingkat afektif yang rendah, 33,3 persen dengan tingkat afektif kategori sedang, dan 38,9 persen
dengan tingkat afektif kategori tinggi. Sementara responden yang tergolong kategori frekuensi mendengarkan tinggi sebesar 75,0 persen memiliki tingkat
afektif yang sedang dan 25,0 persen dengan tingkat afektif tinggi. Oleh karena nilai signifikansi 0,368 0,05 maka Ho diterima, atau dapat disimpulkan bahwa
antara frekuensi mendengarkan dan tingkat afektif responden tidak terdapat hubungan signifikan. Artinya frekuensi mendengarkan yang berbeda tidak
memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap tingkat afektif responden. Afektif responden terbentuk setelah mereka mendengarkan materi siaran yang
disajikan. Setelah mendengarkan siaran responden baru akan menunjukkan afektif mereka mengenai materi siaran yang didengarkannya.
6.3.2 Hubungan Lama Mendengarkan dengan Tingkat Kognitif dan Afektif Responden Mengenai Materi Siaran
Selain melihat hubungan antara frekuensi mendengarkan dengan tingkat kognitif dan afektif responden, dilihat juga hubungan antara lama mendengarkan
responden dengan tingkat kognitif dan afektif responden. Diperkirakan bahwa semakin lama seseorang mendengarkan siaran radio maka pemahaman dan
apresiasi perasaan, minat, dan keinginan yang ditunjukkan responden akan semakin baik. Data hubungan antara lama mendengarkan dengan tingkat kognitif
dan tingkat afektif responden tersaji dalam Tabel 60 dan Tabel 61.
Tabel 60. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Lama Mendengarkan dan Tingkat Kognitif di Desa Cileungsi Tahun 2011
Lama Mendengarkan
Tingkat Kognitif Rendah Sedang Tinggi Jumlah
n n n n Rendah
2 9,5 12 57,2 7 33,3 21
100,0 Sedang
3 50,0 1 16,7 2 33,3 5 100,0
Tinggi 1 33,3 0 0,0 2 66,7 3
100,0
Jumlah 6 20,0 13 43,3 11 36,7 30
100,0
Sebesar 9,5 persen responden yang lama mendengarkannya tergolong rendah memiliki tingkat kognitif yang rendah, 57,2 persen dengan tingkat kognitif
yang sedang, dan 33,3 dengan tingkat kognitif yang tinggi. Sementara responden yang tergolong lama mendengarkan kategori sedang sebesar 50,0 persen memiliki
tingkat kognitif yang rendah, 15,7 persen dengan tingkat kognitif yang sedang, dan 33,3 persen dengan tingkat kognitif yang tinggi. Kategori responden yang
lama mendengarkannya tergolong tinggi sebesar 33,3 persen memiliki tingkat kognitif yang rendah dan 66,7 persen dengan tingkat kognitif yang tinggi. Oleh
karena nilai signifikansi 0,668 0,05 maka Ho diterima, atau dengan kata lain antara lama mendengarkan responden tidak berhubungan signifikan dengan
tingkat kognitifnya tentang materi siaran. Artinya lamanya seseorang mendengarkan siaran radio tidak mempengaruhi terhadap tingkat kognitif yang
dimiliki. Semakin lamanya responden mendengarkan radio belum tentu menjadi semakin tinggi kognitif yang dimilikinya. Tingkat kognitif yang dimiliki
responden dapat disebabkan bukan hanya karena lamanya ia mendengarkan siaran. Sudah mengetahui sebelumnya mengenai informasi yang disajikan bagi
responden dapat menjadi penyebab tingginya tingkat kognitif mereka. Media massa radio mampu memberikan pengaruh kepada pendengarnya
yakni berupa penambahan wawasan bagi pendengar atas informasi yang disajikannya. Menurut penuturan salah satu responden menyatakan bahwa
meskipun ia tidak terlalu lama menghabiskan waktu untuk mendengarkan siaran radio, namun hal tersebut cukup memberikan suatu wawasan baru atas informasi
yang disajikannya dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan baru. Selain itu untuk memperoleh pengetahuan baru yang belum diketahuinya dapat ia peroleh dari
sumber lain, seperti dari teman, televisi, ataupun surat kabar. Berdasarkan Tabel 61 kategori responden yang tergolong lama
mendengarkan rendah sebesar 19,0 persen memiliki tingkat afektif yang rendah, 52,4 persen memiliki tingkat afektif yang sedang, dan 28,6 persen memiliki
tingkat afektif yang tinggi. Responden yang tergolong kategori lama mendengarkan sedang sebesar 50,0 persen memiliki tingkat afektif yang rendah,
16,7 persen memiliki tingkat afektif yang sedang, dan 33,3 persen memiliki tingkat afektif yang tinggi. Sementara kategori responden yang tergolong lama
mendengarkan tinggi sebesar 66,7 persen memiliki tingkat afektif yang sedang dan 33,3 persen memiliki tingkat afektif yang tinggi.
Tabel 61. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Lama Mendengarkan dan Tingkat Afektif di Desa Cileungsi Tahun 2011
Lama Mendengarkan
Tingkat Afektif Rendah Sedang Tinggi Jumlah
n n n n Rendah
4 19,0 11 52,4 6 28,6 21 100,0
Sedang 3 50,0 1 16,7 2 33,3 6
100,0 Tinggi
0 0,0 2 66,7 1 33,3 3 100,0
Jumlah
7 23,3 14 46,7 9 30,0 30 100,0
Oleh karena nilai signifikansi 0,670 0,05 maka Ho diterima, atau dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara lama mendengarkan
dengan tingkat afektif responden. Artinya lama mendengarkan seseorang tidak berpengaruh pada tingkat afektifnya terhadap materi siaran. Materi siaran yang
menyajikan tentang informasi di bidang pertanian mengenai varietas unggul baru VUB padi dianggap responden sebagai informasi yang berguna dan bermanfaat
terutaman bagi mereka yang bekerja di bidang pertanian. Meskipun sebagian besar responden tergolong pada kategori lama mendengarkan yang rendah namun
mereka menunjukkan tingkat afektif yang tinggi terhadap materi tersebut. Responden menyatakan bahwa mereka selalu senang mendengarkan materi yang
disajikan pada program siaran Karedok, karena informasi-informasi yang diberikan menarik untuk didengar.
Salah satu responden yang memang bekerja di bidang pertanian menuturkan bahwa ia sangat senang mendengarkan materi siaran tentang bidang
pertanian mengenai varietas unggul baru VUB padi, dan antusias dengan kehadiran varietas unggul baru VUB padi yang diluncurkan pemerintah.
Meskipun keinginan untuk menggunakan varietas unggul baru VUB padi pada lahan pertaniannya tidak dapat dilakukan, karena ketidakcocokan kategori lahan
yang sesuai dengan penggunaan VUB.
6.4 Hubungan Penilaian Responden terhadap Program Siaran dengan