Perkembangan Kondisi Sosial Masyarakat

RENSTRA KEMENDIKBUD 2015 2019 16 1 Peran Pelaku Pembangunan Pendidikan belum Optimal, meskipun sebagian pelaku sudah mengalami peningkatan peran yang cukup besar di era sebelumnya. Pada masing-masing jenjang pendidikan, ada pelaku yang masih kurang kuat peran dan keterlibatannya. Sebagai contoh: dalam pendidikan dasar, peran orang tua sering masih terbatas pada urusan administrasi dan penyediaan sarana pribadi siswa saja; dalam pendidikan jenjang menengah, para siswa belum menjadi subjek pendidikan atau kurang dilibatkan aktif dalam proses pembelajaran; penguatan peran guru dan tenaga pendidikan masih terlampau menekankan peningkatan mutu, kompetensi, dan profesionalisme guru. Selain itu, penguatan peran pelaku pada keseluruhan jenjang pendidikan juga masih kurang disinergikan sebagai bagian dari ekosistem pendidikan. 2 Peran Pelaku Budaya belum Signifikan dalam Melestarikan Kebudayaan Ketergantungan pada peran dan bantuan pemerintah dan pemerintah daerah masih cukup tinggi. Inisiasi pelaku budaya masih banyak yang dilakukan secara sendiri-sendiri dan kurang tersinergi. Sementara itu peran pemerintah juga belum optimal dalam upaya memberdayakan serta melibatkan para pelaku tersebut. 3 Belum Semua Penduduk Memperoleh Layanan Akses PAUD yang Berkualitas Belum semua anak usia PAUD memperoleh layanan pendidikan, sebagaimana ditunjukkan dengan capaian APK PAUD yang baru sebesar 68,1 pada tahun 2014. Kualitas penyelenggaraan PAUD pun masih harus ditingkatkan sejalan dengan peningkatan akses, antara lain dengan Standarisasi layanan PAUD. 4 Pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan 12 Tahun yang Berkualitas belum Maksimal Ketika Wajib Belajar Wajar 12 Tahun ditetapkan sebagai salah satu agenda prioritas pembangunan pendidikan, sebenarnya masih ada beberapa masalah dalam pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun yang belum terselesaikan. Permasalahan itu harus segera diatasi agar seluruh siswa yang telah menyelesaikan pendidikan pada jenjang SMPMTs dan paket Paket B dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah. Permasalahan tersebut antara lain sebagai berikut. a Pemenuhan hak terhadap pelayanan pendidikan dasar yang berkualitas belum maksimal Meskipun capaian APK pendidikan dasar pada tahun 2012 2013 telah di atas 100, masih ada permasalahan dari segi pemerataan baik sisi spasial maupun tingkat ekonomi. Dari sisi spasial sebanyak 146 kabupaten dan kota 29,4 masih memiliki APM SD di bawah 95, sedangkan sebanyak 169 kabupatenkota 34 masih memiliki APK SMP di bawah 95. Dari sisi tingkat ekonomi, angka partisipasi penduduk usia 13-15 tahun sangat RENSTRA KEMENDIKBUD 2015 2019 17 Sumber :Susenas, BPS dipengaruhi oleh kemampuan ekonomi keluarga sebagaimana terlihat pada Gambar 1.6 di bawah. Gambar 1.6 APS Penduduk Usia 7-24 Tahun menurut Kelompok Pengeluaran Keluarga, 2012 b Belum seluruh penduduk memperoleh layanan akses pendidikan menengah yang berkualitas Belum semua anak usia 16-18 tahun memperoleh layanan pendidikan yang berkualitas, sebagaimana ditunjukkan pada Capaian APK SMAMASMK yang masih rendah yaitu sebesar 80 pada tahun 2014. Masih banyaknya kecamatan yang belum memiliki SMAMASMK menjadi penyebab kantung-kantung putus sekolah. Saat ini 947 kecamatan atau 13,9 kecamatan belum memiliki SMAMASMK. Demikian pula perbedaan kemampuan melanjutkan sekolah antarkemampuan ekonomi sangat tinggi serta keterbatasan fisik masih menjadi kendala. Hal ini sebagaimana terlihat pada Gambar 1.6 di atas. c Relevansi pendidikan menengah kejuruan dengan kebutuhan dunia kerja belum maksimal Hasil layanan pendidikan SMK belum seperti yang diharapkan, sebagaimana ditunjukkan oleh tingkat pengangguran lulusan SMK yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan lulusan SMA yaitu 9,10 untuk SMA dan 7,21 untuk SMK pada bulan Februari tahun 2014. Selain itu, juga karena jumlah rata-rata penghasilan yang tidak terlalu berbeda antara lulusan SMA dan SMK. Hal ini menunjukkan belum signifikannya persepsi dunia kerja antara lulusan SMK dan SMA, sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1.7. Ketidakselarasan antara dunia kerja dan kualitas lulusan SMK merupakan salah satu faktor yang mendorong rendahnya penyerapan lulusan SMK pada dunia kerja.