RENSTRA KEMENDIKBUD 2015 2019 9
Nomor  23  Tahun  2013  merupakan  komitmen  pemerintah  pusat  dalam  menjamin pelaksanaan  urusan  wajib  di  bidang  pendidikan  dasar  agar  peningkatan  akses
pendidikan  dilakukan  bersamaan  dengan peningkatan mutu  layanan  pendidikan. SPM  ini  dirancang  sebagai  jembatan  dalam  peningkatan  mutu  layanan  pendidikan
menuju  kepada  pemenuhan  standar  layanan  pendidikan  sesuai  dengan  Standar Nasional Pendidikan SNP.
Upaya-upaya  peningkatan  mutu  pendidikan  dasar  ditujukan  untuk  mendorong meningkatnya rata-rata kualitas layanan pendidikan yang ditunjukan dengan semakin
meningkatnya jumlah satuan pendidikan dasar yang terakreditasi minimal B. Tercatat pada  tahun  2013  sebanyak  68,7  SDMI  dan  62,5  SMPMTs  telah  terakreditasi
minimal B. Hal tersebut merupakan dampak dari berbagai terobosan yang dilakukan pemerintah  seperti  rehabilitasi  sarana  dan  prasarana  pendidikan  dasar yang
dilaksanakan secara masif, proses redistribusi guru dan peningkatan kompetensi guru menjadi  berkualifikasi  S1D4,  proses  sertifikasi  pendidik,  dan  pengembangan
kurikulum yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas layanan pendidikan.
3. Pendidikan Menengah
Pembangunan pendidikan menengah difokuskan pada dua hal yaitu meningkatkan rata-rata  lama  sekolah  penduduk  usia  15  tahun  ke  atas  dan  meningkatkan
relevansi  lulusan  pendidikan  menengah  terhadap  dunia  kerja.  Untuk  itu pemerintah  menjamin  akses  pendidikan  menengah  seluas-luasnya  sehingga
diharapkan dapat menaikkan rata-rata kualifikasi tenaga kerja di Indonesia yang saat ini didominasi oleh lulusan pendidikan dasar.
Partisipasi  penduduk  yang  mengikuti  pendidikan  menengah  meningkat  cukup signifikan  selama periode  2010 2014.  Capaian  APK  SMASMKSMLBPaket  C
sebesar 68,92 pada tahun 2014. Melihat kebutuhan akan tenaga kerja trampil dan peningkatan  input  pendidikan  tinggi,  Pemerintah  mendorong  akselerasi
pembangunan  pendidikan  menengah  dengan  menginisiasi  Pendidikan  Menengah Universal  PMU  yang  merupakan  langkah  awal  menuju  dilaksanakannya  wajib
belajar  12  tahun. Sebagai  tindak  lanjut  pelaksanaan PMU,  pada  tahun  2013 pemerintah  mengeluarkan  kebijakan  BOS  bagi  pendidikan  menengah  dengan
satuan biaya per siswa Rp1.000.000,00 per tahun dan direncanakan naik menjadi Rp1.200.000,00 pada tahun 2015. Disamping BOS, bagi siswa tidak mampu masih
diberikan  BSM.  BOS  pendidikan  menengah  ini  sebelumnya  merupakan  Bantuan Operasional  Manajemen  Mutu  BOMM  yang  diterapkan  dengan  mengikuti
mekanisme BOS pada pendidikan dasar. Peningkatan  akses pendidikan menengah  wajib  diselaraskan  dengan  akselerasi
peningkatan  mutu  pendidikan.  Pendidikan  menengah  tidak  hanya  mencetak lulusan pendidikan menengah yang akan melanjutkan ke pendidikan tinggi namun
juga mempersiapkan lulusan SMK memiliki ketrampilan memadai untuk menjadi tenaga  kerja  siap  pakai  dan  trampil.  Dari  segi  peningkatan  kualitas  layanan
RENSTRA KEMENDIKBUD 2015 2019 10
pendidikan menengah, sampai dengan tahun 2013 sebanyak 73,5 SMAMA dan 48,2 kompetensi keahlian  SMK  berakreditasi  minimal  B.  Pemerintah  secara
kontinu berusaha mendorong peningkatan layanan pendidikan menengah seperti peningkatan  kualifikasi  dan  kompetensi  guru,  penyediaan  sarana  dan  prasarana
pendidikan,  rehabilitasi  prasarana  pendidikan, pengembangan  kurikulum  dan adaptasi Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia KKNI dan Standar Kompetensi
Kerja Nasional Indonesia SKKNI.
4. Pendidikan Orang Dewasa
Pendidikan Orang  Dewasa POD merupakan pendidikan  nonformal  PNF  bagi peserta  didik  usia  15  tahun  ke  atas yang  meliputi pendidikan  keaksaraan  dan
peningkatan budaya baca, pendidikan kursus dan pelatihan, pendidikan kesetaraan, pendidikan keluarga,  pengarusutamaan gender  dan  pemberdayaan  perempuan,
pendidikan kecakapan hidup, dan pendidikan pencegahan perilaku destruktif. Fokus pendidikan keaksaraan adalah  meningkatkan keaksaraan  dan keterampilan  dalam
bekerja atau berwirausaha bagi penduduk usia 15 tahun ke atas melalui kursus dan pelatihan  kerja.  Pengentasan  keniraksaraan dilakukan dengan menerapkan
pendidikan  keaksaraan  dasar,  pendidikan  keaksaraan  usaha  mandiri  yang dikombinasikan  dengan  pendidikan  keterampilan dan  peningkatan  budaya  baca.
Selama  periode  2010 2014,  pemerintah  berhasil  menurunkan angka  niraksara menjadi 3,76 pada tahun 2014 dari 4,75 pada tahun 2010.
Penurunan angka niraksara terjadi secara cukup siginifikan selama kurun waktu 10 tahun terakhir. Pada tahun 2004, terdapat 12 provinsi dengan persentase niraksara di
atas 10, saat ini tinggal 2 provinsi. Keberhasilan ini ditunjukkan dengan menurunnya persentase  penduduk  niraksara  dan  menyempitnya  disparitas gender.  Pada  tahun
2005 angka niraksara 14,89 juta 9,55 dengan disparitas gender 6,56. Sementara itu, pada tahun  2014, angka  niraksara adalah 6,00  juta  3,76  dengan  disparitas
gender 2,17. Peningkatan kualitas lembaga penyelenggara pelatihan dan kursus bertujuan untuk
menjamin kualitas peserta pelatihan dan kursus sehingga dapat diterima oleh pasar kerja  atau termotivasi  untuk  menjadi pengusaha. Jumlah  lembaga  kursus  dan
pelatihan yang telah terakreditasi mencapai 1.275 dari 18.458 lembaga yang tersebar di  seluruh  wilayah  Indonesia.  Upaya  akreditasi  ini  dilakukan  dengan  meningkatkan
kapasitas manajemen pengelolaan lembaga kursus dan pelatihan, pemagangan, dan penilaian  kinerja  lembaga  sebagai  persiapan  menuju  akreditasi. Pemerintah
mendorong proses akreditasi dan penyelarasan penyelenggaralembaga kursus dan pelatihan  agar  mengacu  pada  standar  penyelenggaraan  serta  mengadaptasi
Kerangka  Kualifikasi  Nasional  Indonesia  KKNI  dan  Standar  Kompetensi  Kerja Nasional  Indonesia  SKKNI  sebagai  landasan  dalam  menyusun  kerangka  materi
dan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.