1 - 14
Pembelajaran Kelas Rangkap
Sub Unit 2
Gambaran PKR yang Ideal dan Praktik yang Terjadi di Lapangan
raktik mengajar dengan merangkap kelas bukan hal yang asing lagi di negara kita ini. Perangkapan kelas juga bukan monopoli SD yang di desadaerah
terpencil saja. Dan bukan saja dikarenakan kekurangan guru. Di daerah perkotaan dan di SD yang gurunya relatif cukup, juga sering diketemukan praktik perangkapan
kelas. Alasan yang sering muncul adalah guru yang berhalangan hadir. Mungkin saja Anda tidak asing lagi dengan perangkapan kelas, atau sampai sekarang Anda
masih mengajar dua kelas atau lebih. Pada sub unit ini Anda dapat mengkaji gambaran PKR yang ideal dan bagaimana praktik yang terjadi di lapangan. Peristiwa
pembelajaran yang disajikan berasal dari pengamatan.
A. Praktik mengajar kelas rangkap di lapangan.
Bacalah dengan baik peristiwa yang disajikan dalam kotak 1, yang merupakan hasil pengamatan di sebuah SD dimana seorang guru sedang mengajar kelas rangkap.
Kotak 1
P
Ibu Indribukan nama sebenarnya mengajar di kelas 3 dan kelas 5. Murid dari kedua kelas tersebut berada pada ruang kelas masing-masing,
tetapi masih bersebelahan. Pelajaran dimulai pukul 07.30. Ibu Indri pertama masuk di kelas 3 dan mulai mengabsen muridnya. Tiba-tiba Nico baru saja
datang, dialog terjadi karena keterlambatan salah satu murid tersebut.
Pembelajaran Kelas Rangkap
1 - 15
Setelah Anda selesai membaca dengan seksama mengenai praktik pembelajaran yang dilakukan bu Indri. Dapatkah Anda menarik kesimpulan ?
Apakah ciri-ciri dari pembelajaran yang dilaksanakan bu Indri dan apakah kelemahan dari pembelajaran tersebut? Bagus Baiklah marilah kita simak
penjelasan-penjelasan berikut ini. Bu Indri sebenarnya tidak melakukan pembelajaran kelas rangkap. Bu Indri
melakukan pembelajaran bergilir. Ia mengajar secara bergilir dari kelas yang satu ke kelas lain dan kembali lagi. Kegiatan belajar mengajar berlangsung tidak serempak.
Apa yang dilakukan bu Indri di kelas 3 dan di kelas 5 hampir tak ada bedanya, Kegiatan bu Indri berikutnya adalah menjelaskan pelajaran
matematika. Sekali-kali berhenti dan bertanya pada murid apakah ada yang belum dimengerti. Kemudian ia memberi soal-soal dipapan tulis
Setelah itu, Ibu Indri masuk ke kelas 5. Di kelas 5 ia juga mengabsen murid dengan
cara yang tidak berbeda dengan apa yang dilakukan di kelas 3. Bahkan terjadi dialog yang agak panjang karena Salma salah satu murid kelas 5 tidak
hadir. Beberapa musid ditanya bu Indri tidak ada yang mengetahui keberadaan Salma. Tapi tiba-tiba Martha cerita kalau pulang sekolah kemarin
bersama Salma, ia badannya panas dan hidungnya mengeluarkan darah.
Kemudian bu Indri menjelaskan pelajaran bahasa Indonesia untuk hari itu. Seperti yang dilakukan di kelas 3 tadi, setelah bu Indri menjelaskan dan
memberi kesempatan bertanya pada murid-murid kelas 5 lalu menulis beberapa soal dipapan tulis dan menyuruh para murid mengerjakannya
secara individual.
Ibu Indri kembali lagi ke kelas 3 menanyakan apakah mereka sudah selesai mengerjakan soal matematika. Kemudian bu Indri menyuruh
beberapa murid untuk bergiliran maju kedepan mengerjakan soal matematika dan secara bersama-sama dengan murid bu Indri memeriksa jawaban murid.
Semua murid dianjurkan untuk mencocokkan dengan jawaban di papan tulis. Sebelum istirahat bu Indri kembali memberi soal matematika sebagai PR.
Selanjutnya bu Indri kembali masuk ke kelas 5. Apa yang dilakukan di kelas 5 sama saja dengan apa yang dilakukan di kelas 3. Mula-mula murid disuruh
maju ke depan mengerjakan soal,memeriksa bersama dan pada akhirnya murid disuruh mencocokkan pekerjaannya dengan jawaban di papan tulis. Bu
Indri kembali memberi soal untuk dikerjakan di rumah, dan selesailah pelajaran bahasa Indonesia hari itu.
1 - 16
Pembelajaran Kelas Rangkap
materinya memang berbeda tetapi strategi pembelajarannya sama. Hal ini berarti bahwa bu Indri melakukan pembelajaran duplikasi.
Bila kita cermati illustrasi pada kotak 1, bagaimana bu Indri memulai pelajaran? ya betul, bu Indri mengabsen murid bahkan pada saat ada murid yang
tidak hadir terjadi dialog panjang dengan murid-murid lain. Belum waktu yang hilang pada saat bu Indri mondar-mandir. Tanpa disadari oleh bu Indri telah terjadi
pemborosan waktu. Bahkan pada saat bu Indri masuk di kelas 3, murid kelas 5 menungggu agak lama. Hal tersebut dapat juga mengakibatkan murid kehilangan
semangat untuk belajar. Pembelajaran berlangsung seragam, dalam waktu yang sama dan untuk
semua murid. Proses pembelajaranpun berlangsung sederhana, mulai dari menerangkan, memberi soal, mengerjakan soal, menyuruh murid maju ke papan
tulis. Pembelajaran seperti ini terkesan monoton. Meskipun murid-murid ditugaskan untuk mengerajkan soal secara individual dan beberapa murid disuruh mengerjakan
di papan tulis, tetapi pembelajaran yang dilakukan oleh bu Indri ini masih jauh dari prnsip-prinsip belajar aktif.
Kontak psikologis antara guru dengan murid sangat terbatas. Guru memang menanyakan kepada murid: “Siapa yang belum mengerti?”, “Siapa yang betul?”.
Tetapi pertanyaan seperti itu tidak dapat mendorong siswa untuk aktif, apalagi hampir tidak dijumpai interaksi aktif dan langsung diantara sesame murid.
Pertanyaan yang diajukan secara umum tersebut, juga tidak berguna untuk mengetahui kesulitan siswa secara perorangan. Lebih-lebih tidak ada upaya bu Indri
untuk mengelilingi kelas dan mendatangi murid yang sedang mengerjakan soal. Agar Anda dapat membandingkan dengan praktik pembelajaran yang
pertama, maka bacalah kembali dengan seksama kesan pada illustrasi berikut ini.
Pembelajaran Kelas Rangkap
1 - 17
Kotak 2
Setelah Anda membaca cuplikan praktik pembelajaran yang dilakukan oleh pak Suruan, maka Anda dapat menemukan jawaban mengapa sebagian besar murid-
murid di kelas 4 dan kelas 5 tidak dapat membaca? Padahal tulisan mereka banyak yang baik dan rapi.
Kebiasaan menyalin bahan pembelajaran yang dilakukan oleh murid-murid yang mungkin sudah berlangsung lama sejak di kelas rendah mengurangi, bahkan
dapat menghilangkan kesempatan untuk membaca. Apakah ketiadaan buku harus diatasi dengan cara menyalin? Apakah tidak ada alternatif lain yang dapat
diupayakan oleh guru? Kalau saja pak Suruan dapat lebih kreatif atau mau berusaha, maka
sebenarnya pak Suruan bisa menyuruh beberapa murid yang mempunyai tulisan baik untuk menulis salah satu bahan ajar sebagai PR. Kemudian esoknya dibagikan
kepada semua murid dan kemudian menyuruhnya membaca dengan keras atau dalam hati.
Sebenarnya mengajar kelas rangkap bukan suatu keadaan yang pantas dituduh sebagai penyebab rendahnya kemampuan murid rendah. Ketidak mampuan
guru dan enggannya guru berupaya lebih keras untuk membelajarkan siswa lebih pantas dikatakan sebagai penyebab utamanya. Apalagi bila guru sudah kehilangan
Bapak Suruan hari itu memulai pengajarannya di kelas 4. Setelah mengucapkan salam dan mengarahkan murid, kemudian pak Suruan
menyuruh murid-murid mengeluarkan buku catatan. Jam pertama adalah pelajaran IPS. Pak Suruan kemudian menyalin salah satu bahan pelajaran
IPS dan sementara menulis di papan tulis pak Suruan mengingatkan supaya anak-anak juga mulai menyalin.
Kurang lebih lima belas menit, pak Suruan telah selesai menyalin kemudian mengingatkan anak-anak untuk menyalin dengan rapi dan
berpesan jangan ramai karena bapak akan mengajar juga di kelas 5. Selanjutnya pak Suruan masuk ke kelas 5 dan memberikan pelajaran
IPA, tentu saja waktu untuk kelas 5 sudah terulur selama kurang lebih lima belas menit. Kemudian pak Suruan menyuruh murid-murid mengeluarkan
buku catatan dan disuruh menyalin bahan pelajaran IPA yang sedang ditulis pak Suruan di papan tulis sampai selesai.
Semua yang dilakukan oleh pak Suruan di dua kelas tadi disebabkan karena murid-murid tidak mempunyai buku. Buku milik gurupun sangat
terbatas sekali dan itupun termasuk buku-buku lama. Di sekolah tersebut juga tidak mempunyai alat peraga, apalagi alat-alat IPA.
1 - 18
Pembelajaran Kelas Rangkap
hasrat untuk mencari inspirasiide-ide agar ia dapat menghasilkan sesuatu yang terbaik bagi anak didiknya.
B. PKR yang Idealyang diinginkan