Tabel V. 15 Tabel Hasil Uji Normalitas Tahap 1
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2016
Berdasarkan Tabel V.15 Tabel Hasil Uji Normalitas, jika dilihat dari nilai Asymp. Sig. 2-tailed yaitu 0,55 0,05, artinya data tersebut berdistribusi
normal.
Gambar V.2 Hasil Uji Normalitas Tahap 2
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2016 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan grafik Normal P-P Plot pada Gambar V.2 Hasil Uji Normalitas , penyebaran data titik berada disekitar garis diagonal dan mengikuti
garis diagonal. Jadi dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal. Tabel V. 16
Tabel Hasil Uji Normalitas Tahap 2
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2016
Berdasarkan Tabel V.16 Tabel Hasil Uji Normalitas, jika dilihat dari nilai Asymp. Sig. 2-tailed yaitu 0,71 0,05, artinya data tersebut berdistribusi
normal. b.
Hasil Uji Heteroskedastisitas Metode yang digunakan pada uji heteroskedastisitas adalah dengan uji
glejser. Kriteria dari uji ini adalah suatu variabel dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas atau disebut juga homokedastisitas jika nilai Sig. lebih besar
dari 0,05, selain itu juga dapat dilihat dari penyebaran titik pada grafik Scatterplot. Jika titik-titik pada grafik Scatterplot menyebar secara acak, baik di
bagian atas angka nol ataupun di bagian bawah angka nol dari sumbu vertikal atau sumbu Y, maka dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas atau disebut
homokedastisitas. Program aplikasi yang digunakan dalam uji heteroskedastisitas ini adalah SPSS 16.0. Berikut ini adalah hasil dari uji heterokedastisitas:
Gambar V.3 Grafik Scatterplot Tahap 1
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2016 Jika dilihat dari Gambar V.3 Grafik Scatterplot, titik-titik yang menyebar
secara acak, maka dapat dikatakan bahwa pada uji ini tidak terjadi heteroskedastisistas.
Tabel V. 17 Tabel Hasil Uji Heteroskedastisitas Tahap 1
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2016
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant 5.805
1.513 3.836
.000 Motivasi
-.105 .037
-.283 -.818
.593
a. Dependent Variable: ABS_RES
Berdasarkan Tabel V.17 uji Glejser yang telah dilakukan pada tabel ini diperoleh nilai signifikansi variabel Motivasi adalah 0.593 nilai tersebut di bawah
0.05 sehingga tidak mengandung adanya heteroskedastisitas. Tabel V. 18
Tabel Hasil Uji Heteroskedastisitas Tahap 2
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2016
Berdasarkan Tabel V.18 uji Glejser yang telah dilakukan pada tabel ini diperoleh variabel moderasi Gaya Kepemimpinan terhadap Motivasi mempunyai
nilai signifikansi sebesar 0.470 nilai tersebut diatas 0,05 sehingga tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.
D. Pengujian Hipotesis
Analisis data pada penelitian ini menggunakan program statistik SPSS 16.0 for windows. Pengujian ini pengaruruh model regresi interaksi moderasi
menggunakan moderated analysis MRA.
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error
Beta
1
Constant 12.229
9.712 1.259
.211 Motivasi
-.256 .245
-.711 -1.041
.301 Gaya Kepemimpinan
-.275 .355
-.803 -.774
.441 MotivasiGaya
Kepemimpinan .006
.009 1.014
.725 .470
a. Dependent Variable: ABS_RES2
Model Hubungan regresi dengan variabel moderating menggunakan MRA Hipotesis yang akan diuji :
Gambar V. 4 Kerangka Moderasi
Variabel moderating adalah variabel yang mampu memperkuat atau memperlemah hubungan kausal antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
Semakin tinggi motivasi dan gaya kepemimpinan akan berpengaruh terhadap semakin tingginya kinerja karyawan. Untuk menguji apakah merupakan variabel
moderating maka persamaan regresi dapat dilihat sebagai berikut:
1. Hasil Uji Hipotesis I
Tabel dibawah ini merupakan hasil output SPSS Pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan:
Gaya Kepemimpinan
Kinerja Karyawan Motivasi
Tabel V. 19 Hasil Analisis Persamaan I
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2016
a. Merumuskan hipotesis
H
01
= Motivasi tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan tetap Ha
1
= Motivasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan tetap b.
Menerima atau menolak hipotesis Ho
1
ditolak dan Ha
1
diterima, karena berdasarkan tabel V. 19 diperoleh probabilitas signifikansi 0,001 0,05, berarti motivasi
berpengaruh terhadap kinerja karyawan tetap. Artinya semakin tinggi motivasi kerja, maka semakin tinggi kinerja karyawan tetap
dan sebaliknya dengan tingkat keyakinan 95 kesalahan 5. Berdasarkan hasil pengujian analisis di atas, regresi yang terbentuk adalah:
Y = 24,821+ 0.178X
Persamaan regresi tersebut menjelaskan bahwa motivasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan tetap. Koefisien regresi motivasi sebesar 0,178X
menyatakan bahwa setiap pertambahan motivasi akan menambah rata-rata kinerja sekitar 0.178.
2. Hasil Uji Hipotesis II
Tabel ini merupakan hasil output SPSS Gaya Kepemimpinan memoderasi pengaruh motivasi terhadap Kinerja:
Tabel V. 20 Hasil Analisis Persamaan II
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2016 a.
Merumuskan hipotesis H
02
= Gaya Kepemimpinan tidak memoderasi pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan tetap
H
a2
= Gaya Kepemimpinan memoderasi pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan tetap
b. Menerima atau menolak hipotesis
Ho
2
ditolak dan Ha
2
diterima, karena berdasarkan tabel V. 20
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
4.832 14.187
.341 .734
Motivasi .717
.359 1.313
2.000 .049
Gaya Kepemimpinan .713
.519 1.372
1.375 .073
MotivasiGaya Kepemimpinan
.192 .013
1.988 1.478
.043
a. Dependent Variable: Kinerja Karyawan
Coefficients
a
diperoleh probabilitas signifikansi 0,043 0,05, berarti gaya kepemimpinan memperkuat pengaruh motivasi terhadap kinerja.
Artinya semakin gaya kepemimpinan mendekati 9,9 maka pengaruh motivasi terhadap kinerja semakin kuat dan sebaliknya dengan tingkat
kesalahan 5. Untuk mengetahui terjadinya efek moderasi maka dari hasil olah Standardized Coefficients diketahui bahwa koefisien
pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan tetap adalah 1,313 dan koefisien moderasi pengaruh motivasi terhadap kinerja adalah 1,988.
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel di atas, moderasi regresi yang terbentuk adalah:
Hasil Regresi II: Y
= 4,832+0,717X+0,713Z+0,192XZ Persamaan regresi tersebut menjelaskan bahwa nilai konstanta sebesar
4,832. Hal ini berarti jika tidak ada variabel lain yang mempengaruhi maka skor kinerja sebesar 4,832. Nilai koefisien motivasi sebesar 0,717 hal ini berarti bahwa
jika variabel motivasi naik satu-satuan maka skor kinerja akan naik sebesar 0,717 atau sebaliknya jika ada penurunan. Koefisien gaya kepemimpinan sebesar 0,713
yang berarti bahwa jika variabel gaya kepemimpinan naik satu-satuan maka nilai skor variabel kinerja naik sebesar 0,713. Koefisien interaksi antara motivasi dan
gaya kepemimpinan sebesar 0,192 berarti bahwa jika interaksi antara motivasi dan gaya kepemimpinan naik satu-satuan maka kinerja akan naik sebesar 0,192
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,0430,05. Dengan kata lain gaya kepemimpinan memperkuat pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan tetap.
E. Pembahasan
Berdasarkan analisis data Regresi I sebelum dimoderasi dapat diketahui bahwa jika nilai motivasi satu maka skor kinerja sebesar 24,999, dan jika nilai
motivasi naik satu-satuan maka skor kinerja sebesar 25,177. Maka skor kinerja akan naik sebesar 0,178 atau sebaliknya jika ada penurunan. Sedangkan analisis
Regresi II sesudah dimoderasi dapat diketahui bahwa jika nilai motivasi satu maka skor kinerja sebesar 5,545, dan jika nilai motivasi naik satu-satuan maka
skor kinerja sebesar 6,266. Maka skor kinerja akan naik sebesar 0,717 atau sebaliknya jika ada penurunan. Analisis ini dapat dikatakan moderasi karena nilai
koefisien kinerjanya lebih besar dari analiis sebelum dimoderasi. Hal ini disimpulkan bahwa semakin gaya kepemimpinan berorientasi ke pencapaian
kinerja yang tinggi sekaligus perhatian ke bawahan semakin baik maka pengaruh motivasi semakin kuat. Teori yang mendukung hasil penelitian yang telah penulis
lakukan adalah teori yang dikemukakan oleh Stoner 1986:120 ada gaya kepemimpinan yang biasanya dilakukan oleh pempimpin dalam mengarahkan dan
mempengaruhi bawahannya, yaitu; gaya kepemimpinan yang berorientasi kepada tugas meliputi kualitas dan kuantitas kerja, efisiensi kerja, proses kerja.
Sedangkan gaya kepemimpinan yang berorientasi kepada karyawan meliputi fungsi-fungsi dalam manajerial seperti keterlibatan dalam fungsi perencanaan,
pengarahan dan pengawasan dalam bekerja. Semakin tinggi perhatian atasan terhadap karyawan dan perhatian atasan terhadap tugas manajemen 5,5