5 Analisis Instrumen KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MEAsDENGAN MENGINTEGRASIKAN NKB TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN SELF EFFICACY PADA SISWA KELAS X

lebih dikenal untuk menggambarkan nilai dari sesuatu dalam lingkungan siswa SMA. 2. Tahap Pelaksanaan Uji Coba Soal Setelah instrumen tes dibuat, soal-soal tersebut diujicobakan terhadap siswa yang berada di luar sampel. Kemudian hasil uji coba dianalisis untuk mengetahui validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda. 3. Tahap Pelaksanaan Tes Pelaksanaan tes dilakukan setelah kedua kelas sampel diberi pembelajaran dengan Model-Eliciting Activities untuk kelas eksperimen dan pembelajaran ekspositori untuk kelas kontrol. Pelaksanaan tes ini bertujuan untuk mengukur tingkat kemampuan representasi matematis siswa sehingga diperoleh perbandingan hasil dari perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3. 5 Analisis Instrumen

3.5.1 Analisis Soal Uji Coba

Sebelum diteskan pada subjek penelitian, item soal terlebih dahulu diujicobakan pada kelas uji coba. Sehingga didapat soal dengan kategori baik, kemudian soal tersebut diteskan pada kelas eksperimen sebagai subjek penelitian. Analisis uji coba soal meliputi validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda. Adapun penjelasannya sebagai berikut.

3.5.1.1 Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Rumus yang digunakan adalah rumus korelasi product moment, yaitu sebagai berikut.         2 2 2 2            Y Y N X X N Y X XY N r xy Keterangan: r xy = koefisien korelasi skor butir soal dan skor total; N = banyak subjek; ∑X = jumlah butir soal; ∑Y = jumlah skor total; ∑XY = jumlah perkalian skor butir dengan skor total; ∑X 2 = jumlah kuadrat skor butir soal; ∑Y 2 = jumlah kuadrat skor total. Kriteria pengujian validitas dikonsultasikan dengan harga product moment pada tabel dengan taraf signifikan 5 , jika r xy r tabel maka item soal tersebut dikatakan valid Arikunto,2009: 72.

3.5.1.2 Taraf Kesukaran

Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui soal tersebut mudah, sedang atau sukar. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Rumus yang digunakan untuk tipe soal uraian adalah sebagai berikut. = jumlah skor siswa tes pada suatu soal jumlah peserta didik yang mengikuti tes Tingkat Kesukaran TK = skor maksimum yang ditetapkan Klasifikasi taraf kesukaran adalah sebagai berikut. 0,00 0,30 soal sukar 0,30 0,70 soal sedang 0,7 1,00 soal mudah Arikunto, 2009: 210 Makin tinggi indeks tingkat kesukaran maka makin mudah soal tersebut dan sebaliknya. Suatu soal dikatakan baik apabila soal tersebut tidak terlalu sukar atau terlalu mudah. Soal yang terlalu mudah yaitu ketika semua siswa dapat mengerjakan dengan benar adalah tidak baik. Demikian juga soal yang terlalu sukar, yaitu semua siswa tidak dapat mengerjakan soal dengan benar, juga merupakan soal yang tidak baik. Hal ini disebabkan karena soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk memecahkannya. Sedangkan soal yang terlalu sukar menyebabkan siswa putus asa serta menjadi tidak semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya.

3.5.1.3 Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah. Interval daya pembeda terletak antara -1,00 sampai dengan 1,00. Cara menentukan daya pembeda adalah seluruh perangkat tes diurutkan menurut besarnya skor total yang diperoleh, mulai dari skor yang tertinggi. Kelaskan menjadi dua kelas yaitu kelas atas yaitu kelas dengan skor tinggi dan kelas bawah yaitu kelas dengan skor rendah. Pada butir tertentu jika kelas atas dapat menjawab semuanya dengan benar dan kelas bawah menjawab salah semuanya maka butir soal tersebut mempunyai daya pembeda paling besar 1,00. Sebaliknya jika kelas atas semua menjawab salah dan kelas bawah semua menjawab benar, maka soal tersebut tidak mampu menbedakan sama sekali sehingga daya pembedanya paling rendah -1,00 Arikunto, 2009:213 . Rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda soal bentuk uraian adalah sebagai berikut. soal maksimum Skor soal maksimum Skor B A B B A A P P J B J B D     Keterangan: J : Jumlah peserta; J A : banyaknya peserta kelas atas; J B : banyaknya peserta kelas bawah; B A : banyaknya peserta kelas atas yang menjawab soal itu dengan benar; B B : banyaknya peserta kelas bawah yang menjawab soal itu dengan benar; P A : proporsi peserta kelas atas yang menjawab soal itu dengan benar; P B : proporsi peserta kelas bawah yang menjawab soal itu dengan benar. Klasifikasi daya pembeda d 0,00 – 0,20 jelek 0,21 – 0,40 cukup 0,41 – 0,70 baik 0,71 – 1,00 baik sekali Sumber : Arikunto, 2009:218 Untuk daya pembeda yang nilainya negatif semuanya tidak baik, semua butir yang mempunyai daya pembeda d negatif sebaiknya dibuang saja. Tetapi ada juga ahli yang mengatakan bahwa daya pembeda yang baik minimal 0,30.

3.5.1.4 Reliabilitas

Untuk menghitung koefisien reliabilitas tes bentuk uraian digunakan rumus Alpha  sebagai berikut Arikunto, 2009:109. 11 = − 1 1 − � 2 � 2 Keterangan : 11 : koefisien reliabilitas; � 2 : jumlah varians skor tiap-tiap item; � 2 : varians total; n : banyaknya butir soal. Sedangkan rumus untuk mencari varians Arikunto, 2009:110 adalah: � 2 = 2 − 2 Hasil perhitungan 11 kemudian dikonsultasikan dengan Product Moment dengan taraf signifikan 5. Jika 11 maka item tes yang diuji cobakan dapat dikatakan reliabel.

3. 6 Metode Analisis Data

Dokumen yang terkait

Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Pembelajaran Metaphorical Thinking

3 24 196

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALKWRITE TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN SELF CONCEPT PESERTA DIDIK

13 57 274

Pengaruh metode pictorial riddle terhadap kemampuan representasi matematis siswa pada materi bangun segiempat di Sekolah Menengah Pertama Muslim Asia Afrika

1 18 214

PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN SELF EFFICACY SISWA DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN METAKOGNISI DI SMK SWASTA PAB 2 HELVETIA.

2 19 35

PERBEDAAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN KONTEKSTUAL DI SMP NEGERI 1 MERANTI.

1 6 21

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN SELF EFFICACY SISWA SMA KOTA PADANGSIDIMPUAN.

0 2 41

PENGARUH PEMBELAJARAN MODEL-ELICITING ACTIVITIES TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA.

4 17 56

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN STRATEGI THINK TALK WRITE TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN SELF EFFICACY SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 KARANGMONCOL

0 0 17

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Representasi Matematis - PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN STRATEGI THINK TALK WRITE TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN SELF EFFICACY SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 KARANGMONCOL - repository perpus

0 0 19

DESKRIPSI KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BUKATEJA

0 0 15