diberikan dan mencaritahu apakah ada solusi lain untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Guru pada tahap ini berperan memberikan penguatan dan penegasan kepada
siswa tentang materi yang dipelajari pada pertemuan itu.
Gambar 4.8 Proses Look Back pada Pendekatan Problem Solving
Pada proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem solving ini, pada pertemuan awal, siswa masih merasa kesulitan saat diminta menyelesaikan
masalah pada LKS yang diberikan. Mereka belum terbiasa mengerjakan LKS dengan cara berkelas dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tersedia pada setiap tahapan.
Selain itu, ada beberapa siswa yang kemampuan berhitungnya masih kurang serta siswa yang tidak menguasai materi aljabar dan persamaan garis lurus, sehingga pada
pertemuan pertama, kedua dan ketiga memerlukan energi dan waktu yang lebih untuk membimbing siswa.
Pada saat siswa mempresentasikan hasil diskusi kelasnya, siswa masih terlihat kesulitan dan malu-malu dalam mengemukakan ide dan pendapat kelasnya dengan
baik. Hal ini disebabkan pembelajaran konvensional yang diterima sebelumnya yang siswa berperan sebagai pendengar dan pencatat materi yang secara keseluruhan
diberikan oleh guru serta kurangnya interaksi antara guru dengan siswa dan antara
siswa dengan siswa sehingga membuat siswa kurang berani dalam mengemukakan ide atau pendapat serta pertanyaan ketika ada materi yang belum dipahami.
Pada pertemuan-pertemuan selanjutnya, siswa mulai terbiasa dengan pendekatan pembelajaran problem solving dan mulai antusias mengikuti pelajaran.
Mereka lebih aktif dalam berdiskusi, mulai berani mengajukan pertanyaan jika ada yang belum dipahami, dan mulai aktif memberikan tanggapan dan pertanyaan pada
teman yang melakukan presentasi di depan kelas. Walaupun masih terdapat siswa yang belum berpartisipasi aktif dalam kelasnya. Hal ini merupakan tugas guru untuk
selalu memotivasi siswa agar bisa terlibat dalam diskusi kelas. Berikut adalah suasana kegiatan belajar mengajar kelas eksperimen.
a b
Gambar 4.9 Suasana Belajar pada Kelas 8.3 Sebagai Kelas Eksperimen: a Siswa Duduk Bersama Kelasnya, dan b Siswa Berdiskusi dalam
Menyelesaikan LKS yang Diberikan
Kelas pembandingnya, yaitu kelas 8.1 sebagai kelas kontrol. Pada kelas kontrol, pembelajarannya menggunakan pendekatan konvensional, yaitu guru
menjelaskan materi kemudian memberikan contoh-contoh soal, melakukan tanya jawab, memberikan latihan soal di papan tulis ataupun dibuku, siswa mengerjakan
latihan, guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan, siswa diberi kesempatan
untuk menuliskan hasil pekerjaannya di papan tulis dan guru mengoreksi kemudian membahasnya bersama-sama.
2. Analisis Kemampuan Representasi Matematis
Tes akhir kemampuan representasi matematis pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan pada hari berbeda. Tes akhir kemampuan representasi
matematis kelas eksperimen dilakukan pada hari senin, sedangkan kelas kontrol dilakukan pada hari selasa. Soal tes akhir yang diberikan masing-masing kelas
sebanyak 6 soal berbentuk soal uraian. Berdasarkan indikator dan data hasil post-test, terdapat perbedaan rata-rata hasil kemampuan representasi matematis antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Secara garis besar, kemampuan representasi matematis siswa pada kelas eksperimen yang dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan
problem solving lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yang dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan konvensional ekspositori. Perbedaan kemampuan
representasi matematis siswa dalam penelitian ini tercermin dari hasil jawaban post- test yang berbeda antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berikut ini adalah
analisis hasil jawaban tes kemampuan representasi matematis siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan indikator-indikatornya.
a. Indikator Visual
Kemampuan representasi matematis siswa pada indikator visual, terdapat pada butir soal nomor 1, 2, dan 4. Masing-masing butir soal menyatakan representasi
visual dalam bentuk yang berbeda. Butir soal nomor 1 berbentuk diagram, butir soal nomor 2 berbentuk koordinat cartesius, dan butir soal nomor 4 berbentuk tabel.
Berikut adalah salah satu contoh kemampuan representasi matematis siswa pada indikator visual.
Soal Nomor 2 Diketahui fungsi
� = 5 − 7� dengan domain {�| −
1 2
≤ � ≤ −2, � ∈ R}. Gambarlah fungsi tersebut pada koordinat cartesius dan tentukan kodomainnya
Cara menjawab siswa kelas eksperimen
Gambar 4.10 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen pada Indikator Visual Cara menjawab siswa kelas kontrol:
Gambar 4.11 Jawaban Siswa Kelas Kontrol pada Indikator Visual
Berdasarkan kedua gambar di atas, secara garis besar siswa sudah mampu membuat grafik dari suatu fungsi. Akan tetapi, ada perbedaan cara menyelesaikan
dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas kontrol, siswa membuat tabel dengan nilai x dan nilai y, lalu siswa langsung membuat grafik fungsi sesuai
pasangan titik koordinatnya. Siswa tidak menuliskan cara menentukan titik-titik koordinat dengan mensubstitusikan domain ke dalam fungsi.
Siswa pada kelas eksperimen menyelesaikan permasalahan yang diberikan lebih sistematis dibandingkan dengan siswa kelas kontrol. Pada tahap pertama, siswa
mengidentifikasi data-data yang terdapat dalam soal yaitu fungsi hx dan domainnya. Pada tahap kedua, siswa mengetahui bahwa hal yang pertama dilakukan sebelum
menggambar grafik adalah mencari titik koordinatnya dengan cara mensubstitusikan domain ke dalam fungsi hx, kemudian membuat tabel pasangan berurut. Pada tahap
ketiga, siswa menentukan titik-titik koordinat dengan cara yang sudah diketahui sebelumnya, lalu membuat tabel pasangan titik koordinat fungsi dan menggambar
grafik sesuai pasangan titik koordinatnya. Pada tahap keempat, siswa memberikan kesimpulan dengan menuliskan kodomain fungsi yang terdapat dalam soal.
Perbedaan ini terjadi dikarenakan siswa kelas kontrol terbiasa menyelesaikan permasalahan secara langsung sehingga siswa kurang memperhatikan sistematika
dalam menyelesaikan permasalahan. Selain itu, dikarenakan terbiasa menyelesaikan secara langsung, ada beberapa siswa kelas kontrol yang salah dalam perhitungan
sehingga nilai y kodomain dan grafik salah. Oleh karena itu, kemampuan representasi visual kelas kontrol lebih rendah dibandingkan kelas eksperimen.
b. Indikator PersamaanEkspresi Matematis
Kemampuan representasi matematis siswa pada indikator persamaanekspresi matematis terdapat pada butir soal nomor 3 dan 5. Berikut ini adalah salah satu
contoh soal
kemampuan representasi
matematis siswa
pada indikator
persamaanekspresi matematis.
Soal Nomor 3 Diketahui
� = � + dengan 0 = −5 dan −2 = −9 , tentukan bentuk fungsi
� Cara menjawab siswa kelas eksperimen
Gambar 4.12 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen pada Indikator PersamaanEkspresi Matematis
Cara menjawab siswa kelas kontrol
Gambar 4.13 Jawaban Siswa Kelas Kontrol pada Indikator PersamaanEkspresi Matematis