Data Statistik Industri Pelayaran dan Galangan Kapal Nasional Industri Pelayaran

152 Perkembangan yang tergolong kurang ini disebabkan oleh sulitnya memasukan barang dan jasa dari luar negeri kebijakan bea cukai dan perpajakan yang berbelit belit, sedangkan industri galangan kapal sanget bergantung dengan raw materials seperti plat besi, mesin mesin, dan lainnya yang di manufaktur di luar negeri, serta jasa jasa kontraktor kontraktor asing di luar negeri. Sehingga galangan galangan kapal di dalam negeri seperti di Dock Kodja Bahari di jakarta sering delay karena menunggu spare part yang datang dari luar negeri di clearance oleh bea cukai. Menyadari keterbatasan ini, pemerintah beberapa waktu yang lalu memberlakukan daerah free trade zone FTZ di pulau Batam, dan Karimun di provinsi kepulauan riau. Peraturan FTZ ini memperbolehkan barang dan jasa dari luar negeri untuk masuk keluar kawasan FTZ secara cepat dan bebas pajak dan cukai. Peraturan ini disambut baik para perusahaan galangan kapal baik di dalam maupun luar negeri, mereka berinvestasi membangun galangan di batam, antara lain PT ASL, Drydock world, dan lainnya. Dalam kesempatan ini, perseroan juga membangun galangan kapal di Karimun yang lahannya besar 232 hektar dan kedalaman lautnya tergolong dalam 12 m bila dibandingkan dengan batam 5-7 m. Seperti yang dibahas dalam prospektus Bab IX bagian prospek usaha, pertumbuhan armada kapal nasional pasca implementasi asas cabotage tahun 2005 - 2012 yang sangat besar, tidak dibarengi dengan pertumbuhan fasilitas galangan sehingga kapal kapal yang sekarang sudah waktunya drydocking harus menunggu antrian panjang untuk drydocking, sebagian malah harus berlayar ke China untuk drydocking. Kesempatan lunjakan permintaan ini dimanfatkan galangan kapal nasional untuk menerapkan harga tinggi untuk jasa jasa drydocking. Belum lagi untuk market bangunan baru yang mana permerintah sedang giat giatnya mencanangkan pembangunan kapal di dalam negeri. Industri galangan kapal saat ini sedang dalam tahap pembangunan untuk mengejar ketinggalan dengan jumlah armada kapal nasional, dan kedepan, industri ini juga akan terus berkembang seiring dengan pertambahan jumlah kapal di Indonesia.

3. Data Statistik Industri Pelayaran dan Galangan Kapal Nasional Industri Pelayaran

Jumlah perusahan pelayaran meningkat sekitar 43 selama periode lima tahun sejak tahun 2007 sampai 2012, dari sejumlah 2.326 perusahaan sampai 3.328 perusahaan. Perusahaan tersebut melayani pelayaran komersial terutama mengangkut kargo, tetapi juga termasuk penumpang, kapal skala kecil dan kapal khusus kapal untuk mengangkut kebutuhan internal sendiri, seperti produsen minuak kelapa sawit yang mengangkut CPO milik mereka sendiri. Jumlah perusahaan pelayaran komersial yang terdaftar mengalami peningkatan terbesar sampai dengan 57,5. Sumber : Statistik Kementrian Perhubungan Tahun 2012 Tren pertumbuhan jumlah armada kapal bahkan lebih mengagumkan lagi, jumlah kapal komersial telah meningkat dua kali lipat selama periode tahun 2007-2012 dari 3.950 kapal menjadi 8.738 kapal. Jumlah kapal 2007 2012 Pertumbuhan Pelayaran komersial 3.950 8.738 121,2 Pelayaran skala kecil 1.279 1.323 3,4 Pelayaran pelopor pioneer 53 67 26,4 Pelayaran Khusus 1.872 1.657 -11,5 Jumlah kapal 7.154 11.791 64,8 Sumber : Diolah dari Statistik Kementrian Perhubungan Tahun 2012 Tabel berikut ini memperlihatkan secara jelas bahwa market transportasi cargo di Indonesia meningkat pesat seiring perkembangan ekonomi Indonesia. Pada tahun 2007 total angkutan domestik meningkat dari 227 juta ton ke 355 juta ton di tahun 2012. Peningkatan ini adalah 56 dan berarti rata rata 10 setiap tahunnya. Selain itu, tabel ini juga menjelaskan transformasi transportasi laut di balik kebijakan Asas Cabotage di Indonesia. Perusahaanpelayaran nasional tercatat memilik pangsa pasar hanya 65,2 dari pengiriman kargo domestik pada tahun 2007 55,5 pada tahun 2005 dan pada tahun 2012 mereka hampir menguasai seluruhnya. Pemilik kapal nasional juga telah mendapatkan posisi dasar dalam pasar ekspor impor, dengan pangsa pasar meningkat dari 5 pada tahun 2005 menjadi 10 pada tahun 2012. Jumlah Perusahaan Pelayaran 2007 2012 Pertumbuhan Pelayaran komersial 1.432 2.256 57,5 Pelayaran skala kecil 560 664 18,6 Khusus Pelayaran Privat 334 408 22,2 Jumlah Perusahaan 2.326 3.328 43,1 153 50 38 1,2 79 23 3,4 53 67 26,4 72 57 11,5 54 .791 64,8 32 56 57,5 560 664 18,6 334 408 22,2 26 28 43,1 Tonase Pengiriman via Laut dalam Ton 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Pangsa pasar 2012 Perusahaan Nasional Pengangkutan Domestik 148.740.629 192.763.874 258.359.686 303.119.578 316.489.377 350.930.184 98,8 Ekspor-Impor 31.381.870 38.196.693 49.293.953 51.162.187 55.183.410 59.766.537 9,99 Jumlah 180.122.499 230.960.567 307.653.639 354.281.765 371.672.787 410.696.721 Perusahaan Asing Pengangkutan Domestik 79.214.358 50.126.180 28.007.688 5.870.818 3.779.169 4.093.544 1,2 Ekspor-Impor 500.514.225 498.273.709 501.661.150 516.046.091 525.694.587 537.898.834 90,01 Jumlah 579.728.583 548.399.889 529.668.838 521.916.909 529.473.756 541.992.378 Jumlah Keseluruhan Pengangkutan Domestik 227.954.987 242.890.054 286.367.374 308.990.396 320.268.546 355.023.728 100,0 Ekspor-Impor 531.896.095 536.470.402 550.955.103 567.208.278 580.877.997 597.665.371 100,0 Sumber : Diolah dari Statistik Kementrian Perhubungan Tahun 2012 Dalam beberapa diagram berikut akan terlihat dengan jelas bahwa pemain lokal telah berhasil menduduki posisi dominan dalam peranan pengangkutan domestik pada era sebelum dan setelah implementasi asas Cabotage. Dari sisi ekonomi, peningkatan yang berkesinambungan dari total belanja industri pelayaran telah mampu memberikan sumbangan tersendiri bagi produk domestik bruto nasional yaitu sebesar Rp 181.353 miliar yang berasal dari besaran industri transportasi ini dari keseluruhan jumlah produksi bruto nasional sebesar Rp 2.480.807 miliar pada akhir semester 1 tahun 2014. Perbandingan Pangsa Pasar Pengangkutan Domestik Indonesia Tahun 2007 – 2012 Sumber : Laporan Global Business Guide Maret 2014 yang diolah dari Statistik Kementrian Perhubungan Tahun 2012 Sedangkan dibawah ini ditunjukan perbandingan Pangsa Pasar Angkutan Laut untuk kegiatan Ekspor Impor dimana pemain lokal hanya 10 dari total pangsa pasar yang ada. Hal ini membuka peluang kedepan bagi perusahaan nasional untuk masuk ke dalam market export import seiring dengan program beyond cabotage yang diusungkan terus oleh Indonesian National Shipping Association INSA. 154 Perbandingan Pangsa Pasar Pengangkutan Internasional Tahun 2007 – 2012 Sumber : Laporan Global Business Guide Maret 2014 yang diolah dari Statistik Kementrian Perhubungan Tahun 2012 Industri Galangan Kapal Dari grafik berikut ini akan memberikan konklusi bahwa sejak diterapkannya asas Cabotage pada tahun 2011 telah terjadi peningkatan dari sisi kuantitas atas operasi pelayaran yang dilakukan oleh pemain lokal. Peningkatan ini bukannya hanya terjadi dari jumlah produksi alat transportasi laut yang dihasilkan oleh galangan dalam negeri juga dialami oleh jumlah tonase yang diangkut melalui laut. Sumber : Laporan Global Business Guide Maret 2014 yang diolah dari Statistik Kementrian Perhubungan Tahun 2012 Meskipun data total produksi alat transportasi laut di Indonesia yang diproduksi oleh galangan dalam negeri semakin meningkat jumlahnya hingga hampir mencapai 400 juta DWT pada akhir tahun 2012, namun pada kenyataannya jumlah ini masih jauh tertinggal dengan beberapa negara lain baik di kawasan Asia maupun secara global. Dalam data yang berhasil dihimpun oleh IHS Fairplay, sebagaimana dikutip dalam salah satu laporan riset Clarkson Research dan ditampilkan kembali dalam laporan riset Global Business Guide Maret 2014; diketahui bahwa pada periode tahun 2011, jumlah unit kapal baru yang masuk dalam daftar orderbook pesanan kapal galangan kapal di Indonesia hanya sejumlah 125 kapal, dimana dari jumlah tersebut sebanyak 19 kapal telah siap untuk proses serah terima. Indonesia menduduki peringkat tujuh belas dari 20 negara yang masuk dalam daftar. Indonesia tertinggal jauh sekali dari industri galangan Cina yang merajai pasar dengan jumlah order book mencapai 2.740 unit kapal baru dan 386 unit telah siap untuk serah terima. 155 Rangkuman Jumlah Pembangunan Kapal Baru semua tipe kapal diatas 1.000 Gross Tons, dalam satuan Unit September 2011 No Pembangunan Kapal baru Order Book Completion Unit GT juta Unit GT juta 1 China 2.740 91.830 386 11.170 2 Korea Selatan 1.222 85.577 145 8.228 3 Jepang 1.013 37.943 144 4.794 4 Filipina 87 5.191 10 0.566 5 China – Taipei 53 2.509 6 0.239 6 Brazil 128 2.310 6 0.008 7 Vietnam 237 2.241 24 0.178 8 India 243 2.020 7 0.029 9 Negara lainnya 771 1.686 78 0.177 10 Jerman 54 1.342 4 0.153 11 Rumania 97 1.291 6 0.162 12 Italia 40 1.085 5 0.115 13 Turki 156 0.623 13 0.089 14 Iran 33 0.536 15 Rusia 100 0.418 10 0.027 16 Kroasia 22 0.409 2 0.055 17 Indonesia 125 0.353 19 0.019 18 Perancis 11 0.319 19 Belanda 79 0.282 10 0.033 20 Finlandia 11 0.235 Gabungan beberapa negara dengan jumlah pesanan kapal yang relati kecil Sumber : IHS Fairplay, Laporan Global Business Guide Maret 2014 yang diolah dari Statistik Kementrian Perhubungan Tahun 2012 Akan tetapi gambaran lain terhadap aktivitas galangan kapal Indonesia untuk skala pembangunan kapal dengan tipe yang lebih kecil ukuran dibawah 1.000 GT - Gross Tons menunjukan beberapa catatan positif bahwa galangan nasional telah memiliki kemampuan untuk melakukan ekspor kapal-kapal kecil ke berbagai negara. Tabel berikut ini mencatat jumlah unit kapal yang telah dikirim keluar negeri dari galangan kapal Indonesia dalam kurun waktu 2010 hingga 2013. Ekspor Kapal Indonesia Unit 2010 – 2013 Tipe Kapal 2010 2011 2012 2013 Kapal motor 500 GT 62 33 25 103 Tongkang, kapal pendorong, dredgers 30 51 27 19 Kapal tanpa motor 500 GT 62 25 35 17 Floating submersible drilling production platforms 7 10 21 8 Hingga kuartal III 2013 Sumber : Biro Pusat Statistik, diolah oleh Global Business Guide Maret 2014 Pembangunan pesat industri maritim nasional yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini belum dibarengi dengan peningkatan kapasitas produksi yang mumpuni dari galangan kapal yang ada dan beroperasi saat ini. Gambaran yang terjadi adalah deficit jumlah kapal antara jumlah kebutuhan dengan kemampuan jumlah unit yang diproduksi untuk setiap jenis kapal. Pada tahun 2013 diestimasi dengan data per Maret 2014, terdapat setidaknya 457 unit kapal yang harus didatangkan dari luar negeri dengan total kapasitas sebesar 981.847 DWT. Dari tabel dibawah ini dapat dihitung bahwa kapasitas galangan nasional untuk kesepuluh jenis kapal hanya dapat memenuhi sekitar 17 dari jumlah kebutuhan domestik pada tahun 2013. Gambaran Rencana Produksi dan Impor Kapal Tahun 2013 No Jenis Kapal Nilai Konversi DWT Kebutuhan Kapal Domestik Produksi Kapal Domestik Impor Kapal ke Dalam Negeri Unit DWT Unit DWT Unit DWT 1 General Cargo 2500 DWT 2.500 92 230.000 31 77.500 61 152.500 2 Container 750 TEU 4.000 7 28.000 2 8.000 5 20.000 3 Ro ro Vessels 700 GRT 515 4 2.060 2 1.030 2 1.030 4 Ferry 700 GRT 519 3 1.557 1 519 2 1.038 5 Bulk Carrier 12500 DWT 12.500 5 62.500 2 25.000 3 37.500 6 Tanker 15000 DWT 15.000 23 345.000 5 75.000 18 270.000 7 Barge 300 FT 3.000 151 453.000 6 18.000 145 435.000 8 Passenger 700 GRT 519 19 9.861 3 1.557 16 8.304 9 Tug Boat 2200 HP 350 153 53.550 25 8.750 128 44.800 10 Landing Craft 200 DW 200 22 4.400 5 1.000 17 3.400 156 11 Fishing Vessels 150 GT 111 63 6.993 8 888 55 6.105 12 Dredger 600 DWT 600 4 2.400 1 600 3 1.800 13 Cruise Ships 250 GT 185 3 555 1 185 2 370 Jumlah 549 1.199.876 92 218.029 457 981.847 Sumber : Laporan Global Business Guide, Maret 2014

4. Proyeksi Permintaan Kapal Baru Dimasa yang Akan Datang