Pengaruh metode penugasan melalui kelas virtual edmodo terhadap hasil belajar siswa pada konsep jaringan tumbuhan

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

NOVIA BTARI KRISHNAMUTY NIM. 1110016100053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v

Jaringan Tumbuhan. Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajarkan menggunakan metode penugasan konvensional tatap muka dan penugasan melalui kelas virtual Edmodo pada konsep jaringan tumbuhan di kelas XI SMAN 32 Jakarta tahun pelajaran 2014/2015. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi experiment) dengan desain Twogroup, pretest posttest design. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik random sampling. Sampel penelitian berjumlah 36 siswa untuk kelas eksperimen dan 33 siswa untuk kelas kontrol. Pengambilan data menggunakan instrumen tes hasil belajar berbentuk pilihan ganda yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar biologi diperoleh siswa pada kelas kontrol dengan skor rata-rata posttest sebesar 70,06 dan skor rata-rata posttest pada kelas eksperimen sebesar 76.58. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dengan penugasan melalui kelas virtual Edmodo lebih tinggi dibandingkan dengan penugasan tanpa melalui kelas virtual Edmodo. Hasil perhitungan uji hipotesis data posttest dengan menggunakan uji-t pada taraf signifikansi 0,05 didapatkan hasil thitung > ttabel yaitu 3,972 > 1,996. Berdasarkan hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa uji hipotesis menolak hipotesis nol (H0) dan menerima hipotesis alternatif (Ha). Hasil perhitungan tersebut membuktikan bahwa terdapat suatu perbedaan yang signifikan antara hasil belajar biologi siswa menggunakan penugasan melalui kelas virtual Edmodo dan tanpa menggunakan Edmodo pada konsep jaringan tumbuhan di kelas XI SMAN 32 Jakarta, semester ganjil, tahun ajaran 2014/2015.


(6)

vi

Novia Btari Krishnamuty. 1110016100053. The Effect of Assignment Method through Virtual Classroom Edmodo towards Students Learning Results on The Concept of Plant Tissue. Undergraduate Thesis, The Study Program of Biology Education, Department of Natural Science Education, Faculty of Tarbiya and Teaching Science, Syarif Hidayatullah State Islamic University in Jakarta.

This research aims to know the difference of biology learning results among students taught using conventional assignment method by face to face with the assignment through a virtual classroom (Edmodo) on plant tissue concept that was conducted in grade XI SMAN 32 Jakarta. Quasi experiment with two group pretest-posttest design used in this research. The sample was taken by using random sampling. Research involved 36 students as the sample of Experiment (using Edmodo) class and 33 students as the sample of conventional assignment class. This research used achievement test instrument with multiple choice form to collect data that has been tested in its validity and reliability. Data result of this

research shows that student’s achievement which has taught by conventioal (face to face) assignment method is 70,06 and student’s achievement which has taught by using virtual classroom (Edmodo) assignment method is 76,58. Although those achievement was different, the calculation result of t’ test (α = 0,05) shows that tcount (3,972) < ttable (1,996). From these results it can be concluded that the t-test

rejecte the null hypothesis and accept the alternative hypothesis. The results of these calculations prove that there are significant effects in students achievement which has taught by using virtual classroom (Edmodo) assignment method and convenventional (face to face) assignment method in Plant Tissue concept.


(7)

vii

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah dan terlimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. sebagai suri tauladan bagi umat Islam. Semoga senantiasa mendapatkan

syafa‟atnya di yaumil akhir. Amin.

Penyelesaian tugas akhir skripsi jenjang Sarjana Strata-1 ini tidaklah mudah, penuh dengan berbagai kesulitan baik secara materil maupun moril. Dukungan materil maupun moril tentu sangat berperan dalam membantu penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penelitian maupun penyusunan Skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta selaku pembimbing I yang telah memberikan arahan, saran yang sangat membantu bagi penulis.

3. Ibu Dr. Zulfiani, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Biologi.

4. Bapak Dr. H. Ahmad Sofyan, M.Pd., Penasihat Akademik Pendidikan Biologi B agkatan 2010.

5. Ibu Dr. Yanti Herlanti, M.Pd., pembimbing II yang telah dengan sabar dan pengertian membimbing, mengarahkan, serta memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Kepala SMAN 32 Jakarta, Ibu Dra. Sri Rahmina Utami, Kons., yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di sekolah tersebut.


(8)

viii

penulis selama melakukan penelitian, dan seluruh siswa kelas XI MIA 2, XI MIA 4 yang sangat antusias dan kreatif dalam belajar.

9. Kedua Orang tua tercinta, Ayahanda Joko Santoso dan Ibunda Suci Murniati yang selalu sabar mendoakan dan memberikan semangat yang memotivasi kepada penulis sehingga penulis dalam menyelesaikan skripsi.

10. Kakak-kakak tercinta, Noval Adrianto dan Amelia Ayu Aryanthi, dan kemenakan tersayang Pramoda Nataya Barnasha yang membuat penulis semangat dan termotivasi.

11. Kawan-kawan angkatan 2010 Pendidikan Biologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu, terimakasih atas doa, persahabatan selama ini, semoga sukses dan kompak selalu.

12. Sahabat seperjuangan Risti Ayu Tirtasari, Lulu Fauziah, Anisa Lina Anggraeni, dan Reny Pujiati, S.Pd yang telah setia mendengarkan keluh kesah, serta memotivasi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

13. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Akhir kata Penulis berharap semoga tulisan ilmiah ini berguna dan mendatangkan banyak manfaat bagi semua.

Jakarta, Juni 2015 Penulis


(9)

ix

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI………..iii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI………..iv

ABSTRAK ...v

ABSTRACT ...vi

KATA PENGANTAR ...vii

DAFTAR ISI ...viii

DAFTAR TABEL ...xii

DAFTAR LAMPIRAN ...xiii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ...1

B.Identifikasi Masalah ...3

C.Pembatasan Masalah ...3

D.Perumusan Masalah...4

E. Tujuan Penelitian...4

F. Kegunaan Penaelitian ...4

BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoretis ...5

1. E-Learning ...5

2. Konsep Blended Learning ...9

a. Penerapan Blended Blended Learning....9

b. Interaksi Tatap Muka dan Virtual...11

3. Media Pembelajaran ...11

a. Pengertian Media Pembelajaran ...11

b. Jenis-Jenis Media Pembelajaran ...12

c. Fungsi Media Pembelajaran ...12


(10)

x

5. Hasil Belajar Siswa ...17

a. Pengertian Hasil Belajar... .17

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar... .17

c. Ranah Kognitif... 18

d. Minat Mempengaruhi Hasil Belajar... 19

6. Metode Penugasan/Resitasi... .20

a. Fase Pemberian Tugas... 21

b. Fase Pelaksanaan Tugas... 22

c. Fase Mempertanggungjawabkan Tugas... 22

d. Jenis Penugasan... 23

e. Teknik Pemberian Tugas... .24

f. Tujuan Dan Prinsip Pemberian Tugas... ..27

7. Pendampingan Belajar (Scaffolding)...28

8. Konsep Jaringan Tumbuhan... .29

B. Hasil Penelitian Relevan……… 31

C. Kerangka Berpikir……….. 33

D. Hipotesis penelitian……… 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ...36

B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian ...36

C. Populasi dan Sampel ...38

D. Teknik Pengumpulan Data ...38

E. Instrumen Penelitian ...39

F. Teknik Analisis Data ...44

G. Uji Hipotesis……… ..47

H. Hipotesis Statistik ...48 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


(11)

xi

C. Hasil Penelitian ...54

D. Analisis data Hasil Belajar ...60

E. Data Hasil Observasi...63

F. Pembahasan ...64

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...69

B. Saran ...69

DAFTAR PUSTAKA ...71


(12)

xii

Tabel 3.1 Instrumen penelitian ...38 Tabel 3.2 Kriteria Tingkat Gain ...41 Tabel 4.1 Pre Test dan Post Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Hasil

Belajar (Kognitif) ...55 Tabel 4.2 Hasil Ketercapaian Belajar (Kognitif) Indikator Pembelajaran Pre

Test dan Post Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ...56 Tabel 4.3 N-gain Kelompok Kontrol dan Eksperimen...57 Tabel 4.4 Nilai Rata-Rata Tugas Proyek Buku Saku Kelas Kontrol dan Kelas

Eksperimen (Observer 1) ...58 Tabel 4.5 Nilai Rata-Rata Tugas Proyek Buku Saku Kelas Kontrol dan Kelas

Eksperimen (Observer 2) ...58 Tabel 4.6 Nilai Rata-Rata Laporan Praktik Kelas Kontrol dan Kelas

Eksperimen…...60 Tabel 4.7 Uji Normalitas Kognitif Biologi Siswa Pre Test dan Post Test

Kelompok Eksperimen dan Kontrol...60 Tabel 4.8 Uji Homogenitas Kognitif Biologi Siswa Pre Test dan Post Test

Kelompok Eksperimen dan Kontrol...61 Tabel 4.9 Uji Hipotesis Kognitif Biologi Siswa Pre Test dan Post Test

Kelompok Eksperimen dan Kontrol……….62 Tabel 4.10 Data Hasil Observasi selama Pembelajaran (Guru) Kelas

Kontrol...63 Tabel 4.11 Data Hasil Observasi selama Pembelajaran (Guru) Kelas


(13)

xiii

Lampiran 3. LKS Praktikum ...132

Lampiran 4. Rubrik Penilaian Laporan Praktikum ...138

Lampiran 5. Rubrik Penilaian Buku Saku Kelas Kontrol ...140

Lampiran 6. Rubrik Penilaian Buku Saku Kelas Eksperimen ...142

Lampiran 7. Lembar Observasi Guru Kelas Kontrol ...146

Lampiran 8. Lembar Observasi Guru Kelas Eksperimen ...154

Lampiran 9. Hasil Validasi Instrumen ...162

Lampiran 10. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ...184

Lampiran 11. Instrumen Tes Hasil Belajar ...195

Lampiran 12. Nilai Pretest dan Posttest kelas kontrol dan eksperimen ...203

Lampiran 13. Uji Homogenitas, Normalitas, N-Gain, dan Hipotesis Data ...207

Lampiran 14. Lembar Jawaban ...230

Lampiran 15. Penilaian Buku Saku ...231

Lampiran 16. Lembar Uji Referensi ...236

Lampiran 17. Surat-surat ...241


(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.1 Perubahan tingkah laku menjadi suatu hasil belajar terlihat dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Howard L. Kinskey mengungkapkan, “Learning is the process by which behavior (in the broader sense) is originated or changed through practice or training.”2 Jika diartikan adalah, “Belajar merupakan proses

dimana tingkah laku berubah dari sebelumnya melalui latihan dan praktik.”

Latihan yang biasa diberikan guru adalah berupa resitasi (penugasan) atau pemberian PR (Pekerjaan Rumah) berupa soal-soal latihan yang ada di buku bahan ajar.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan peserta didik kelas XI MIA di SMAN 32 Jakarta, penugasan yang bersifat konvensional tersebut dirasa monoton dan kurang variatif, minat belajar peserta didik hanya sekedar untuk mendapat nilai yang baik, hal ini tidak sepenuhnya buruk, namun ada baiknya guru membangkitkan minat belajar peserta didik untuk tak hanya mengejar nilai tetapi memang bersemangat untuk mempelajari suatu konsep dan memuaskan rasa ingin tahunya. Idealnya guru memberikan penugasan atau PR yang dapat membangkitkan motivasi intrinsik peserta didik dengan cara menyediakan lingkungan belajar yang kreatif dan kondusif.3

Kemajuan teknologi saat ini memeiliki keuntungan dalam hal penyediaan lingkungan belajar yang kreatif dan kondusif. Resitasi atau penugasan maupun

1

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 13.

2 Ibid. 3


(15)

pengayaan berupa soal latihan, materi ajar yang menarik (video, gambar, dll) dapat disajikan secara virtual dalam kelas virtual. Kelas virtual atau kelas maya sendiri merupakan suatu bentuk pembelajaran berbasis web, di mana materi kegiatan pembelajaran dihantarkan melalui media internet dengan fungsi seperti kelas pada umumnya, baik dalam waktu yang bersamaan ataupun tidak dalam waktu yang bersamaan.4

Edmodo adalah sebuah situs yang diperuntukkan bagi pendidik untuk membuat kelas virtual. Situs tersebut gratis dan mudah dalam penggunaannya selama seorang guru dan murid terhubung dengan internet.5 Guru dapat mengunggah pertanyaan, foto, video, presentasi bahan ajar, yang kesemuanya bebas untuk diunduh oleh siswa dan dapat dikomentari. Pekerjaan Rumah (PR) atau bentuk resitasi lain dapat diberikan melalui Edmodo.

Selain itu berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru biologi yang mengajar kelas XI menyatakan bahwa beliau belum pernah sama sekali

memberikan tugas menggunakan media sosial, beliau mengaku “gaptek” atau

kurang mengenal teknologi terbaru untuk menunjang pembelajaran, terlebih kelas virtual atau kelas maya yang pada hal ini dikhususkan pada Edmodo. Alokasi waktu pembelajaran yang sudah direncanakan sering kali tak cukup untuk membahas materi konsep atau tidak sesuai dengan rencana sebelumnya.

Pemilihan konsep jaringan tumbuhan dalam penelitian ini dirasa sesuai dengan penggunaan media kelas virtual dikarenakan jaringan tumbuhan dalam mempelajarinya sangat baik bila dilakukan dengan bantuan media bersifat visual. Kelas virtual ini juga dapat menyediakan atau menyimpan media visual yang dapat membantu terlaksananya penugasan. Penugasan berupa pembuatan buku saku dirasa sesuai dengan konsep jaringan tumbuhan, dalam pembuatan buku saku ini peserta didik dapat berkreasi menggambar hasil pengamatan dan gambar yang disediakan dalam penyajian buku saku yang menarik yang tak hanya untuk memenuhi pencapaian nilai akademik mereka, namun juga sebagai buku

4

George M. Piskurich, Getting the Most from Online Learning, (San Fransisco: Pfeiffer, 2004), h. 8

5

Anonym 2013, Edmodo-Solusi untuk Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), diakses 14 Juni 2013, http://kopertis12.or.id/2013/04/27/edmodo-solusi -untuk-pembelajaran-jarak-jauh-pjj.html


(16)

pegangan mereka untuk menguasai konsep jaringan tumbuhan dengan lebih menyenangkan.

Penggunaan Edmodo sebagai suatu wadah resitasi (penugasan terstruktur maupun tak terstruktur) atau lingkungan belajar yang baru bagi kegiatan siswa di luar jam pelajaran diharapkan akan lebih memotivasi siswa untuk belajar, dan dari motivasi siswa tersebut dapat mempengaruhi hasil belajar biologi siswa. Guru diharapkan dapat menggunakan Edmodo sebagai solusi mengatasi masalah keterbatasan alokasi waktu dalam kegiatan pembelajaran. Dengan berbagai alasan

tersebut, peneliti mengambil judul “Pengaruh Metode Penugasan melalui Kelas Virtual „Edmodo‟ terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Jaringan Tumbuhan.”

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasikan permasalahan-permasalahan sebagai berikut :

1. Penggunaan media pembelajaran secara online masih jarang digunakan. 2. Pemberian tugas yang monoton.

3. Kurangnya waktu untuk mengajarkan materi yang banyak.

C. PEMBATASAN MASALAH

Karena luasnya pembatasan masalah yang muncul, maka diperlukan pembtasan masalah. Penelitian ini dibatasi pada :

1. Subjek penelitiannya adalah siswa SMA kelas XI MIA di SMAN 32 Jakarta, Tahun Ajaran 2014/2015

2. Strategi Penugasan yang digunakan adalah penugasan terstruktur berupa pembuatan Buku Saku

3. Media Pembelajran Online yang digunakan adalah Kelas Virtual “Edmodo”

4. Hasil belajar yang diukur berupa tingkat kognitif C1 sampai dengan C4 5. Konsep biologi dibatasi pada materi Jaringan Tumbuhan


(17)

D. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah yang akan di teliti dapat

dirumuskan sebagai berikut: “Apakah terdapat pengaruh metode penugasan melalui kelas virtual „Edmodo‟ terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep jaringan tumbuhan.”

E. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh metode penugasan melalui kelas virtual Edmodo terhadap hasil belajar siswa.

F. KEGUNAAN PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat diantaranya :

1. Bagi penulis, untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang pemanfaatan dan keefektifan dari penggunaan media pembelajaran Edmodo. 2. Dunia pendidikan, diharapkan sebagai indikator dalam menetukan dan


(18)

5

BAB II

KAJIAN TEORI

A. KAJIAN TEORITIS 1. E-Learning

E-learning merupakan proses dan kegiatan penerapan pembelajaran berbasis web (web-based learning), pembelajaran berbasis komputer, kelas virtual atau kelas digital.1 Materi-materi dalam kegiatan pembelajaran elektronik tersebut lebih banyak dihantarkan melalui media internet. E-learning tidaklah sama dengan pembelajaran konvensional. E-learning memiliki karakteristik sebagai berikut yaitu Interactivity tersedianya jalur komunikasi yang lebih banyak, baik secara langsung (synchronous), seperti chatting atau messenger atau tidak langsung (asynchronous), seperti forum, mailing list atau buku tamu.

Independency fleksibilitas dalam aspek penyediaan waktu, tempat, pengajar dan bahan ajar. Hal ini menyebabkan pembelajaran menjadi berpusat pada siswa.

Accessibility sumber-sumber belajar menjadi lebih mudah diakses melalui pendistribusian di jaringan internet dengan akses yang lebih luas daripada pendistribusian sumber belajar pada pembelajaran konvensional. Enrichment

kegiatan pembelajaran, presentasi materi sebagai pengayaan, memungkinkan penggunaan perangkat teknologi informasi seperti video streaming, simulasi dan animasi.2

George Piskurich dalam bukunya menyatakan bahwa E-Learning adalah

The term e-learning currently refers to learning that occurs as a result of information obtained via an electronic means and that the process may include diverse formats and procedures.” Artinya adalah e-learning lebih mengacu pada pembelajaran yang dimunculkan sebagai hasil dari informasi yang dibawa melalui

1

Rusman, dkk, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, (Jakarta: Rajawali Press,2013), h. 263

2


(19)

benda elektronik, yang prosesnya bisa saja termasuk bentuk dan prosedur yang sangat beragam.3

Rosenberg menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Hal ini senada dengan Campbell dan Kamarga yang intinya menekankan pada penggunaan internet dalam pendidikan sebagai hakikat dari e-learning.4

Daya tangkap siswa pada pembelajaran e-learning terhadap materi tidak lagi tergantung kepada kepada instruktur/guru, karena siswa mengkonstruk sendiri ilmu pengetahuannya melalui bahan-bahan ajar yang disampaikan melalui

interface situs web.

Karakteristik E-Learning terbagi menjadi empat macam5 Tabel. 2.1 Karakteristik E-Leraning

Karakteri stik Web/comput er-based training Web/electroni c performance support system Web/virtual asynchronous classroom Web/virtual synchronous classroom

Tujuan Menyediaka n pembelajar suatu pembelajara n dengan tujuan yang terukur dan objektif Menyediakan pengetahuan praktis bagi pembelajar dan

kemampuan memecahkan masalah dalam

format “just-in time

Menyediakan kelompok belajar dan komunikasi dalam lingkungan

asynchronous

Menyediakan belajar kolaboratif (bersama-sama) dalam lingkungan

real time”)

Tipe belajar Masalah highly structured yang membutuhka

Masalah ill-structured

yang

membutuhkan analisis dan

Masalah dengan struktur yang lebih sedikit yang membutuhkan aplikasi, analisis,

Masalah ill-structured yang membutuhkan sisntesis dan 3

George Piskurich, Getting the Most from Omline Learning, (San Fransisco : Pfeiffer, 2004), p. 8

4

Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta : Rajawali Press, 2012), h.346

5


(20)

n transfer pengetahuan membangun pemahaman, dan mengaplikas ikan keahlian praktis sintesis dari elemen, hubungan, dan prinsip organisasional sintesis, dan evaluasi evaluasi dari informasi dan pengalaman yang dibagikan Peranan fasilitator atau desainer pembelaja ran berbasis web Manajer pembelajara n, mengawasi, memprediks, menentukan, dan menilai hasil belajar; berkomunik asi dengan pembelajar Organizer of content ; menempatkan, menganalisis, mengabstraksi , mengindeks, dan mengklasifika sikan informasi ke dalam modul pembelajaran Fasilitator kelompok belajar. Membimbing pembelajaran, menyediakan sumber-sumber, mengevaluasi hasil, dan mengkomunikasik annya dengan pembelajar. Koordinator pengalaman belajar. Berpartisipasi sebagai co-learner, merekomenda sikan arah pembelajaran, tetapi tidak menentukan arah atau mengevaluasi hasil Peranan pembelaja r Mengambil peran aktif dalam mempraktik an perilaku baru, menerima umpan balik dan berkomunik asi dengan instruktur/gu ru Mengambil inisiatif untuk menentukan pembelajaran sendiri; menentukan tingkatan detail dan menilai keberhasilan pembelajaran Dibimbing fasilitator secara individual maupun sebagai anggota kelompok; berpartisipasi dalam aktivitas pembelajaran dan menerima umpan balik Berpartisipasi aktif dalam proses belajar kolaboratif dnegan fasilitator dan kelompoknya, berpartisipasi dalam dialog dan merefleksikan pengalaman

Metode Drill and practice, simulasi, membaca, dan tanya jawab Pemecahan masalah, metode ilmiah, metode penelitian, dan metode proyek Tugas percobaan, diskusi kelompok. Proyek kelompok, self directed learning, dan metode discovery

Dialog dan diskusi, pemecahan masalah, dan interaksi maksimum


(21)

Karakteristik Web/computer-based training Web/ electronic performance support system Web/virtual asynchronous classroom Web/virtual synchronous classroom

Interaksi Multimedia,

hypertext,

hypermedia, simulasi, aplikasi latihan,

e-mail, buletin board, dan berkomunikasi dengan instruktur Multimedia, hypertext, hypermedia, buletin board, catatan konferensi, modul pembelajaran berbasis web/computer, dan akses e-mail baik ke fasilitator maupun ke pembelajar lain Multimedia, hypertext, hypermedia, buletin board, catatan konferensi, modul pembelajaran berbasis web/computer, dan akses e-mail baik ke fasilitator maupun ke pembelajar lain Konferensi audio dan video synchronous, shared whiteboard, shared application

Penggunaan media internet sangat dimungkinkan untuk melakukan interaksi antara dosen dan siswa baik dalam bentuk real time (waktu nyata) atau tidak. Dalam bentuk real time dapat dilakukan chatroom, real audio atau real video, dan

online meeting. Interaksi yang tidak real time bisa dilakukan dengan mailing list,

discussion group, newsgroup, dan buletin board.6

Pembelajaran yang dibutuhkan adalah dengan memanfaatkan unsur teknologi informasi, dengan tidak meninggalkan pola bimbingan langsung dari pengajar dan pemanfaatan sumber belajar lebih luas. Konsep ini sering juga diistilahkan dengan pencampuran antara blended e-learning dengan konvensional sehingga disebut dengan blended learning.7

6

Ibid., h. 241

7


(22)

2. Konsep Blended Learning

Elena Mosa menyampaikan bahwa yang dicampurkan adalah dua unsur utama, yakni pembelajaran di kelas (classroom lesson) dengan pembelajaran

online (online learning). Terdapat persamaan antara blended learning dengan

blended e-learning yaitu penggabungan aspek blended e-learning yang termasuk

web-based instruction, streaming video, audio, synchronous dan asynchronous communication atau aspek terbaik pada aplikasi teknologi informasi blended e-learning, dengan kegiatan tatap muka. Penyampaian pesan yang dikombinasikan melalui dua cara online dengan mengajar tatap muka. Atau pembelajaran berbasis web, streaming video, komunikasi audio synchronous (langsung) dan

asynchronous (tidak langsung) dengan pembelajaran tradisional tatap muka.8

Blended Learning adalah salah satu tipe e-learning yang merupakan gabungan

asynchronous (waktu tidak bersamaan) dengan synchronous (waktu bersamaan).9 Blended blended e-learning adalah kombinasi atau penggabungan aspek

blended e-learning yang berupa web-based instruction, video streaming, audio, komunikasi synchronous dan asynchronous dalam jalur blended e-learning system

LSM dengan pembelajaran tradisional “tatap muka” termasuk juga metode mengajar, teori belajar, dan dimensi pedagogik.10

Seperti yang dikemukanan oleh Gagne belajar yang efektif yang dikutip dari Darmodiharjo (1998:39) mempunyai empat kriteria yakni: pertama, melibatkan pembelajar dalam proses pembelajaran, kedua, mendorong munculnya keterampilan untuk belajar mandiri, ketiga, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pembelajar, keempat, memberi motivasi untuk belajar lebih lanjut. Selain itu pada tutorial atau bimbingan dalam bentuk tatap muka dan tutorial online, dalam proses pembelajaran model blended e-learning, seorang tutor atau guru bertugas sebagai motivator. Tutor dalam pelaksanaan tugasnya memiliki peran sebagai motivator, sebagai fasilitator, sebagai pembimbingan, sebagai evaluator, pengembangan materi pelajaran, agen pembaruan. Sebagai motivator,

8

Ibid., h. 242

9

Dewi Salma, dkk.,Mozaik Teknologi Pendidikan e-learning, (Jakarta : Kencana, 2013), h. 112

10


(23)

seorang guru perlu membangkitkan semangat warga belajarnya agar tidak cukup hanya belajar di sekolah saja, tetapi perlu mengulanginya lagi di rumah atau mencari dari sumber lain seperti pada pendidikan formal.11 Sedangkan enam tingkatan belajar kognitif yaitu: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis.

a. Penerapan Blended Blended e-Learning

Pendapat Haughey tentang pengembangan blended e-learning

mengungkapkan bahwa terdapat tiga kemungkinan dalam pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet, yaitu: Web course adalah penggunaan internet untuk keperluan pendidikan, yang mana peserta didik dan pengajar sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan adanya tatap muka. Seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, ujian, dan kegiatan pembelajaran lainnya sepenuhnya disampaikan melalui internet. Dengan kata lain model ini menggunakan sistem jarak jauh. Web centric course

adalah penggunaan internet yang memadukan antara belajar jarak jauh dan tatap muka (konvensional). Sebagian materi disampaikan melalui internet, dan sebagian lagi melalui tatap muka. Fungsinya saling melengkapi. Dalam sesi tatap muka, pembelajar dan pengajar lebih banyak diskusi tentang temuan materi yang telah dipelajari melalui internet tersebut. Model Web enhance course adalah pemanfaatan internet untuk menunjang peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Fungsi internet adalah untuk memberikan pengayaan dan komunikasi antara peserta didik dengan pengajar, sesama peserta didik, anggota kelompok, atau peserta didik dengan narasumber lain.12

11

Ibid., h. 259

12


(24)

b. Interaksi Tatap Muka dan Virtual

Ada tiga alasan mengapa forum tatap muka masih dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran ini. Pertama, perlunya forum untuk menjelaskan maksud dan mekanisme belajar yang akan dilalui bersama secara langsung dengan semua peserta didik. Kedua, perlunya memberikan pemahaman sekaligus pengalaman belajar dengan mengerjakan tugas secara kelompok dan kolaboratif pada setiap peserta didik. Ketiga, perlunya pemberian pelatihan secukupnya dalam menggunakan komputer yang akan digunakan sebagai media komunikasi berbasis web kepada setiap peserta didik.13

3. Media pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Media berasal dari bahasa Latin yang mempunyai arti antara. Makna tersebut dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk membawa suatu informasi dari suatu sumber kepada penerima. Menurut

Association of Education and Communication Technology (AECT) Amerika, media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyalurkan pesan dan informasi. Jika dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran maka media dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk menyampaikan informasi dari pendidik ke peserta didik.14

Media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.15

13

Ibid., h.337

14

Hamzah B. Uno, dkk, Teknologi Komunikasi & Informasi Pembelajaran,(Jakarta:Bumi Aksara, 2011), h. 121

15

Yudhi Munadi, Media Pembejaran Sebuah Pendekatan Baru(Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), h.7


(25)

Maka dengan itu dapat disimpulkan bahwa media bermanfaat untuk mengefektifkan dan mengefisienkan proses pembelajaran itu sendiri, serta memberikan penguatan dan motivasi pada peserta didik.16

b. Jenis-Jenis Media Pembelajaran

Dilihat dari indera yang terlibat, media pembelajaran dapat dibagi menjadi empat17, yaitu, Media Audio adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassette recorder, piringan hitam. Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan, seperti foto, gambar, cetakan-grafis, film bisu. Media Audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena meliputi kedua jenis media, yang pertama dan yang kedua. Media ini dibagi lagi menjadi 2, yaitu : Audiovisual Diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam, seperti film rangkai kata, film bingkai suara. Audivisual Gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsure suara dan gambar yang bergerak, seperti film suara dan video cassette. Terakhir, multimedia yakni media yang melibatkan berbagai indera dalam sebuah proses pembelajaran. Contoh pengalaman langsung berupa komputer dan internet, pengalaman nyata terlibat seperti karya wisata, simulasi, dan permainan.

c. Fungsi Media Pembelajaran

Fungsi media pembelajaran sebagai sumber belajar adalah tersirat makna keaktifan, yakni sebagai penyalur, penyampai, penghubung dan lain-lain.18 Fungsi semantik yakni kemampuan media dalam menambah perbendaharaan kata (symbol verbal) yang makna atau maksudnya benar-benar dipahami anak didik. Fungsi manipulatif ini didasarkan pada ciri-ciri umum yang dimilikinya. Berdasarkan karakteristik umum ini media

16

Hamzah B. Uno, dkk, op cit., h. 122

17

Yudhi Munadi, dkk,op cit., h. 55 18


(26)

mempunyai dua kemampuan, yakni mengatasi batas-batas ruang dan waktu serta mengatasi keterbatasan inderawi.

Media pembelajaran juga memiliki fungsi psikologis, termasuk di dalamnya Atensi : media dapat meningkatkan perhatian siswa terhadap materi ajar. Fungsi afektif : yakni menggugah perasaan, emosi, dan tingkat penerimaan atau penolakan siswa terhadap sesuatu. Fungsi kognitif : memperoleh dan menggunakan bentuk-bentuk representasi yang mewakili objek-objek yang dihadapi, baik berupa benda, orang atau kejadian. Fungsi imajinatif : dapat meningkatkan dan mengembangkan imajinasi siswa. Fungsi motivasi : seni mendorong siswa untuk mendorong siswa melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Fungsi sosio cultural : yakni mengatasi hambatan sosio cultural antar peserta komunikasi pembelajaran.19

d. Peran Media Pembelajaran

Kehadiran media pembelajaran sangat membantu siswa untuk memahami suatu konsep tertentu yang sulit dijelaskan dengan bahasa verbal, dengan demikian pemanfaatan media sangat tergantung pada karakteristik media dan kemampuan pengajar maupun siswa memahami cara kerja media tersebut.20

Uraian terdahulu menunjukkan bahwa media merupakan alat bantu pengajaran yang diharapkan dapat membantu peserta didik untuk belajar lebih baik. Dengan demikian suatu media dikategorikan baik jika media tersebut dapat membantu siswa untuk mempelajari sesuatu dengan lebih baik.

19

Ibid., h. 39

20


(27)

4. Kelas Virtual “Edmodo”

a. Pengertian dan Keunggulan Kelas Virtual “Edmodo”

Kelas virtual atau kelas maya adalah proses pembelajaran, dalam sistem ini dilaksanakan melalui komunikasi elektronik dengan menggunakan intemet, maka sistem ini juga sering disebut e-learning.21 Menurut Beni Suranto dalam catatan harian peneliatiannya menyatakan

bahwa “Kelas virtual merupakan sebuah konsep yang sangat berbeda dibanding dengan proses pembelajaran secara konvensional, yaitu mengeliminasi keberadaan kelas secara fisik”.22 Kelas virtual dapat penulis simpulkan sebagai suatu wadah pembelajaran berfungsi layaknya kelas namun dilaksanakan melalui komunikasi elektronik internet, sehingga peserta didik dan guru tak harus bertemu secara fisik untuk melaksanakan pembelajaran.

Edmodo adalah sebuah platform (wadah) pembelajaran sosial untuk guru, siswa maupun untuk orang tua/wali yang dikembangkan pada akhir

2008 oleh Nic Borg dan Jeff O’Hara yang merasakan kebutuhan untuk

berkembang di lingkungan sekolah untuk mencerminkan bahwa dunia yang semakin global dan terhubung, maka keduanya menciptakan sebuah alat/aplikasi yang dapat menutup kesenjangan antara bagaimana siswa menjalani kehidupan mereka dan bagaimana mereka belajar di sekolah, untuk itulah maka Edmodo ada. Edmodo dibuat sebagai sebuah platform pembelajaran jejaring sosial untuk guru, siswa, dan orang tua/wali.

Edmodo dirancang untuk membuat siswa bersemangat belajar di lingkungan yang lebih akrab. Di dalam Edmodo, guru dapat melanjutkan diskusi kelas online, memberikan polling untuk memeriksa pemahaman siswa, dan lencana penghargaan kepada siswa secara individual berdasarkan kinerja atau perilaku sebagai suatu bentuk hadiah atau reward.

21

Anung Haryono, Virtual Learning/Virtual Classroom sebagai Model Pendidikan Jarak

Jauh: Konsep dan Penerapannya, (http://ipislam.edu.my/kplir/t-pdk/Jurnal%20Teknodik%20No

13.htm, 2012),h. 3 22

Beni Suranto, Virtual Classroom: Strategi Pembelajaran Bberbasis Synchronous


(28)

Edmodo memudahkan untuk melacak kemajuan siswa. Semua nilai dan rencana belajar ditugaskan atau diberikan melalui Edmodo disimpan dan mudah diakses. Guru bisa mendapatkan masukan dari ruang kelas melalui reaksi siswa untuk kuis, tugas, dan posting diskusi yang menangkap pemahaman, kebingungan, atau kefrustrasian siswa.

Edmodo menggunakan desain yang mirip dengan Facebook, dan menyediakan guru dan siswa tempat yang aman untuk menghubungkan, berkolaborasi dan berbagi konten. Guru juga dapat mengirim nilai, tugas dan kuis untuk siswa. Siswa dapat mengajukan pekerjaan rumah dan melihat nilai-nilai mereka dan komentar guru mungkin telah diposting tentang tugas mereka. Guru juga dapat membuat jajak pendapat dan topik posting untuk diskusi di kalangan siswa. Guru dapat membedakan dan menciptakan belajar mandiri melalui penciptaan sub-kelompok dalam kursus. Setelah setiap periode kursus selesai, guru menutup keluar jaringan dan menciptakan yang baru untuk kursus berikutnya.

Seiring dengan skenario pembelajaran yang tercantum di atas, pendidikan situs jejaring sosial, seperti Edmodo, menawarkan kesempatan unik untuk terhubung dengan siswa dan membantu mereka menciptakan norma-norma dan merefleksikan bagaimana tindakan online yang berbeda akan diinterpretasikan. Edmodo menawarkan pendidik mempunyai kesempatan untuk memulai dialog yang memenuhi siswa dengan pengalaman mereka untuk memeriksa secara kritis penggunaan jaringan sosial dan etis penggunaan media dan format online.

Edmodo menyediakan 4 pilihan fitur untuk mendaftar: I’m a Teacher : untuk guru. I’m a Student : untuk siswa. I’m a Parent : untuk orang tua.

School&District : untuk menghubungkan sekolah kita ke Edmodo

Bagi guru/dosen, akan disediakan beberapa fitur yang mendukung pembelajaran, diantaranya adalah Note, Alert, Assignment, Quiz, Poll.


(29)

Penggunaan masing-masing fitur ini bisa langsung diterbitkan dan bisa juga kita atur waktu kapan akan diterbitkannya.23

b. Kelemahan Kelas Virtual

Setelah mengetahui berbagai fitur dan keunggulan dari kelas virtual secara umum dan Edmodo secara khusus, kelas virtual juga memiliki beberapa kelemahan yang menurut Anung Haryono dalam catatan harian penelitiannya yang berjudul Virtual Learning : sebagai model pembelajaran Jarak Jauh membagi kelemahan tersebut menjadi tiga.24

Kelemahan pertama adalah penggunaan internet memerlukan infrastuktur yang memadai. Internet dapat dioperasikan kalau ada jaringan listrik dan ada jaringan telepon. Tempat-tempat yang belum mempunyai jaringan listrik dan telepon tidak dapat menggunakan internet. Karena itu banyak tempat di Indonesia yang belum dapat menggunakan internet.

Kedua, Penggunaan internet mahal, untuk dapat menggunakan internet orang harus mempunyai komputer yang dilengkapi dengan modem, tenaga listrik, fasilitas telepon, dan terhubung dengan internet provider yang dapat diperoleh melalui langganan. Harga komputer dan modemnya mahal tetapi membeli sekali dapat dipakai dalam waktu yang lama.

Ketiga, Komunikasi melalui internet sering kali lamban. Arus komunikasi melalui internet sering kaki berjalan lamban. Lebih-lebih kalau informasi itu mengandung gambar, chart, bagan, gambar bergerak, suara dan sebagainya. Lambatnya arus informasi ini dapat menyebabkan proses belajar menjadi membosankan.

Dari ketiga kelemahan tersebut, yang menjadi kendala terbesar adalah faktor ketiga, yakni akses yang lamban serta tidak stabilnya sinyal internet.

23

Anonym 2013, Edmodo – Solusi untuk Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), diakses Desember 2013, http://www.kopertis12.or.id/2013/04/27/edmodo-solusi-untuk-pembelajaran-jarak-jauh-pjj.html.

24


(30)

5. Hasil Belajar Siswa

a. Pengertian Hasil belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam inetraksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.25 James O. Whittaker, misalnya, merumuskan belajar sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.26

Hasil belajar yang dijadikan sebagai objek penilaian pada hakikatnya menilai penguasaan dan pemahaman siswa terhadap materi-materi yang disampaikan maupun yang berkenaan dengan tujuan-tujuan instruksional.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa sendiri) yang meliputi aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh melalui usaha. Termasuk aspek ini adalah tonus (tegangan otot), kondisi organ tubuh, panca indera, dan kelenjar hormonal tertentu yang membawa kelainan tingkah laku. Aspek psikologis (yang bersifat rohaniah), banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Adapun faktor psikologis yang akan mempengaruhi keberhasilan belajar siswa adalah faktor: minat, bakat, intelegensi, motivasi dan kemampuan-kemampuan kognitif seperti kemampuan-kemampuan persepsi, ingatan, dan berpikir. Faktor psikologis sebagai faktor dari dalam tentu saja merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar seorang anak. Meski faktor luar

25

Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., h. 13.

26


(31)

mendukung, tetapi faktor psikologis tidak mendukung, maka faktor luar akan kurang signifikan.27

Faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar diri siswa), meliputi faktor lingkungan sosial: lingkungan sekolah, keluarga, masyarkat, dan kelompok. Faktor lingkungan non-sosial seperti gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.

Klasifikasi Hasil Belajar, Horward Kingsley membagi 3 macam hasil belajar, yakni keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita. Sedangkan Gagne membagi 5 kategori hasil belajar, yakni informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motorik.

Dalam sistem pendidikan nasional, rumusan tujuan Pendidikan Nasional baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan hasil belajar dari Benyamin Bloom atau lebih dikenal dengan taksonomi Bloom yang secara garis besar dibedakan menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

c. Ranah Kognitif

Ranah kognitif mencakup hal-hal yang bertujuan untuk mengukur penguasaan dan pemilihan konsep dasar keilmuan (content objectives) berupa materi-materi esensial sebagai konsep kunci dan prinsip utama.

Kemampuan-kemampuan yang termasuk domain kognitif oleh Bloom dkk dikategorikan lebih terperinci secara hierarkis ke dalam enam jenjang kemampuan, yakni hafalan (ingatan) (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3). Analisia (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6).

Pada pembelajaran kognitif, objek-objek yang ditanggapi tidak hanya yang bersifat metariil, tetapi juga yang bersifat tidak materiil. Objek-objek yang berifat materiil diantaranya orang, binatang, bangunan, kendaraan,

27


(32)

perabot rumah tangga, dan tumbuh-tumbuhan. Sedangkan objek yang bersifat tidak materiil misalnya seperti ide kemajuan, keadilan, perbaikan, pembangunan, dan sebagainya.28 Berarti semakin banyak suatu gagasan atau ide yang didapat siswa maka semakin berkembanglah hasil belajar kognitifnya.

d. Minat Mempengaruhi Hasil Belajar

Minat merupakan salah satu faktor psikologis yang amat berpengaruh bagi kelangsungan proses belajar siswa maupun hasil belajar siswa. Menurut Slameto, minat merupakan suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubbungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.29

Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Anak didik yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut.

Menurut Dalyono jika minat belajar seseorang itu besar akan cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar yang kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah.30 Minat diartikan oleh Hagard sebagai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.31

Ada beberapa macam cara yang dapat guru lakukan untuk membangkitkan minat anak didik diantaranya dengan membandingkan adanya suatu kebutuhan pada diri anak didik, sehingga dia rela belajar tanpa

28

Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., h. 29.

29

Ibid., h. 166

30

Ibid., h. 191

31


(33)

paksaan. Menghubungkan bahan pelajaran yang diberikan dengan persoalan pengalaman yang dimiliki anak didik, sehingga anak didik mudah menerima bahan pelajaran. Memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mendapatkan hasil belajar yang baik dengan cara menyediakan lingkungan belajar yang kreatif dan kondusif. Menggunakan berbagai macam bentuk dan teknik mengajar dalam konteks perbedaan individual anak didik. Dalam kegiatan rutin di kelas sehari-hari guru harus berusaha menghindari hal-hal yang monoton dan membosankan. Membangkitkan rasa ingin tahu dengan menyediakan lingkungan belajar yang kreatif. Menyajikan gambaran yang jelas mengenai situasi kehidupan sebenarnya, dan melibatkan anak didik secara langsung dalam proses belajar.32

6. Metode Penugasan / Resitasi

Metode resitasi pada hakekatnya adalah menyuruh anak didik untuk melakukan kegiatan (pekerjaan) belajar, baik berguna bagi dirinya sendiri maupun dalam proses memperdalam dan memperluas pengetahuan dan pengertian bidang studi yang dipelajarinya. Ada suatu asumsi yang mengatakan bahwa segala sesuatu yang terjadi disekolah tergantung pada pendidik, bagaimana pendidik itu bisa menumbuhkan motivasi anak didiknya dan sebagainya. Banyak ditemui berbagai macam pola pikir anak berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar guru menerapkan salah satu metode yang sekiranya bisa membantu anak didik serta guru juga harus paham (kelebihan, kekurangan, serta cara penerapanya dan masih banyak lagi) mengenai metode yang akan digunakan dalam metode pengajaran.33 Tugas dan resitasi merangsang siswa untuk aktif belajar baik secara individu maupun kelompok.

Menurut Mulyani Sumantri mengemukakan bahwa, “Metode pemberian tugas atau penugasan diartikan sebagai suatu cara interaksi belajar mengajar yang ditandai dengan adanya tugas dari guru untuk dikerjakan peserta didik di sekolah ataupun di rumah secara perorangan atau berkelompok”. Imansyah Alipandie

32

Syaiful Bahri Djamarah, op. Cit., h. 167 33

Hilyah Alan Finandar, Efektifitas Metode Resitasi dalam Menumbuhkan Motivasi Belajar


(34)

mengemukakan bahwa, “Metode resitasi adalah cara untuk mengajar yang dilakukan dengan jalan memberi tugas khusus kepada siswa untuk mengerjakan sesuatu di luar jam pelajaran. Pelaksanaannya bisa di rumah, di perpustakaan, di laboratorium, dan hasilnya dipertanggungjawabkan.”34

Berdasarkan pengertian di atas maka penulis dapat mendefinisikan bahwa yang dimaksud dengan metode resitasi adalah penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas kepada siswa baik lisan atau tulisan, kemudian siswa harus mempertanggungjawabkan dari apa yang ditugaskan guru kepada siswa. Metode ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran terlalu banyak sementara waktu sedikit. Artinya banyaknya bahan yang tersedia dengan waktu kurang seimbang. Agar bahan pelajaran selesai dengan waktu yang ditentukan, maka metode inilah yang biasanya guru gunakan untuk mengatasinya. Tugas dari resitasi ini tidak sama dengan pekerjaan rumah (PR) tetapi jauh lebih luas daripada itu.

Nana Sudjana membagi metode resitasi dalam tiga fase atau tahapan, yakni fase pemberian tugas, fase pelaksanaan tugas, dan fase mempertanggungjawabkan tugas.35

a. Fase Pemberian Tugas

Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut. Tujuan yang akan dicapai dalam pemberian tugas dan resitasi pada bidang studi matematika yaitu untuk memacu siswa agar selalu siap belajar tetapi jangan sampai terjadi kebiasaan siswa baru akan melakukan belajar jika metode ini akan diterapkan dalam pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Tugas yang diberikan harus sesuai dengan kemampuan siswa. Ada petunjuk atau sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa seperti buku paket dari guru atau lembar kerja siswa (LKS). Diharapkan siswa menyediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas.

34

I Wayan Laba, Upaya Pembelajaran dengan Metode Resitasi Tugas dalam Mata Pelajaran Matematika, Jurnal Ilmiah, Vol. 22, No. 5, 2011, h. 5

35


(35)

b. Fase Pelaksanaan Tugas

Langkah pelaksanaan tugas meliputi hal-hal sebagai berikut. Diberi bimbingan berupa penjelasan materi pada pokok bahasan tertentu dalam bidang studi matematika atau diberi pengawasan dalam pelaksanaan tugas oleh guru. Sebelum melaksanakan tugas seharusnya siswa diberikan dorongan sehingga siswa mau bekerja. Diusahakan dikerjakan oleh siswa sendiri tidak menyuruh orang lain. Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang telah dikerjakan dengan baik dan sistematik.

c. Fase Mempertanggungjawabkan Tugas

Hal-hal yang harus dikerjakan dalam fase mempertanggungjawabkan tugas adalah laporan siswa baik lisan maupun tulisan dari apa yang telah dikerjakan pada soal-soal matematika yang diberikan oleh guru. Ada tanya jawab atau diskusi kelas tentang soal-soal yang diberikan sehingga guru mengetahui apakah siswa mengerjakan tugas tersebut sendiri atau menyuruh orang lain. Penilaian hasil pekerjaan siswa dengan tes maupun non tes atau cara lainnya.36

Agar metode ini dapat berhasil mencapai tujuan pengajaran sebaik-baiknya, maka ada beberapa faktor yang harus diingat, yaitu: Materi pelajaran yang akan dilatihkan dengan metode ini harus bermakna. Metode ini jangan sampai menimbulkan verbalisme (menyebutkan sesuatu yang benar tetapi tidak tahu artinya atau “membeo”). Latihan atau tugas diberikan secara sistematis dan teratur. Buatlah suasana kelas gembira atau santai. Buatlah pertanyaan yang tidak saja menggali fakta (jawaban yang reproduktif) tetapi juga yang meminta penalaran atau logika dan pemikiran

36 Siti Masruroh,”

Pengaruh Penggunaan Tugas dan Resitasi terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 2 Semester 2 Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel

SMP Islam Sultan Agung I Semarang Tahun Pelajaran 2005/2006”, Skripsi pada Universitas


(36)

d. Jenis Penugasan

Terdapat dua macam penugasan, yakni penugasan terstruktur dan penugasan tak terstruktur. Penugasan terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang didesain oleh pendidik untuk menunjang pencapaian tingkat kompetensi dan atau kemampuan lainnya pada kegiatan TM. Waktu penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh pendidik. Penugasan terstruktur termasuk kegiatan perbaikan, pengayaan, dan percepatan. Bagi sekolah yang menerapkan sistem paket, kegiatan tugas terstruktur tidak dicantumkan dalam jadwal pelajaran namun dirancang oleh guru dalam silabus maupun RPP (Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran). Oleh karena itu pembelajaran dilakukan dengan strategi diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti penugasan, observasi lingkungan, atau proyek.

Sekolah yang menerapkan sistem SKS, kegiatan tugas terstruktur dirancang dan dicantumkan dalam jadwal pelajaran meskipun alokasi waktunya lebih sedikit dibandingkan dengan kegiatan tatap muka. Kegiatan tugas terstruktur merupakan kegiatan pembelajaran yang mengembangkan kemandirian belajar peserta didik, peran guru sebagai fasilitator, tutor, teman belajar. Strategi yang disarankan adalah diskoveri inkuiri dan tidak disarankan dengan strategi ekspositori. Metode yang digunakan seperti diskusi kelompok, pembelajaran kolaboratif dan kooperatif, demonstrasi, eksperimen, observasi di sekolah, ekplorasi dan kajian pustaka atau internet, atau simulasi.

Penugasan tak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang didesain oleh pendidik untuk menunjang pencapaian tingkat kompetensi mata pelajaran atau lintas mata pelajaran atau kemampuan lainnya yang waktu penyelesaiannya diatur sendiri oleh peserta didik.37

37

Anonim,Juknis Pengembangan Pembelajaran TM, PT, dan KMTT di SMA., (Direktorat Pmebinaan SMA, 2010), h. 52


(37)

Sudirman N. membagi berbagai jenis tugas yang dapat diberikan kepada siswa antara lain: Tugas membuat rangkuman (report) beberapa halaman, topik, bab,atau buku seperti; merangkum beberapa halaman atau suatu topik merangkum satu bab (chapter report); Merangkum suatu buku atau beberapa buku; tugas membuat makalah; tugas menjawab pertanyaan atau menyelesaikan soal-soal tertentu; tugas mengadakan observasi atau wawancara; tugas mengadakan latihan; tugas mendemontrasikan sesuatu; tugas menyelesaikan proyek.38

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa tugas yang diberikan kepada siswa itu banyak ragamnya, dan tentunya di dalamnya bukan hanya metode resitasi saja, akan tetapi ada metode-metode lainnya.

Jenis-jenis tugas pada dasarnya dapat dibagi pada jenis tugas dalam bentuk lisan, tugas dalam bentuk tulisan dan dalam bentuk motorik, namun jenis-jenis tugas yang diberikan kepada siswa tersebut tentunya harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai, materi kemampuan siswa, kematangan siswa dan waktu yang tersedia. Karena hal ini akan menunjang pada pencapaian tujuan yang diharapkan.

e. Teknik Pemberian Tugas

Teknik pemberian tugas atau resitasinya biasanya digunakan dengan tujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan dalam melaksanakan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi. Hal ini terjadi disebabkan siswa mengalami situasi atau pengalaman yang berbeda, waktu menghadapi masalah-masalah baru. Adanya kegiatan melaksanakan tugas siswa aktif belajar dan merasa terangsang untuk meningkatkan belajar yang lebih baik, memupuk inisiatif dan berani bertanggungjawab sendiri.

38


(38)

Setelah siswa memahami tujuan dan makna tugas, maka mereka akan melaksanakan tugas dengan belajar sendiri, atau mencari nara sumber sesuai dengan tujuan yang telah digariskan dan penjelasan dari guru. Pada proses ini guru perlu mengontrol pelaksanaan tugas itu, apakah dikerjakan dengan baik, apakah dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak dikerjakan oleh orang lain, maka perlu diawasi dan diteliti.

Siswa bila telah selesai melaksanakan atau mempelajari tugas, maka mereka harus membuat laporan (fase resitasi) yang bentuknya juga telah ditentukan sesuai dengan tujuan tugas. Guru harus sudah menyiapkan alat evaluasi, agar dapat menilai hasil kerja siswa dan dapat memberi gambaran yang objektif mengenai usaha siswa melaksanakan tugas itu. Evaluasi ini penting untuk siswa karena dapat menumbuhkan semangat kerja yang lebih baik, dan meningkatkan hasrat belajar.

Ralph Tyler mengatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Definisi yang lebih luas dikemukakan oleh Cronbach dan Stufflebeam yang menyatakan bahwa evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh mana tercapainya suatu tujuan, tetapi digunakan untuk membuat keputusan.39

Berdasarkan pengertian evaluasi tersebut di atas, maka evaluasi dalam metode resitasi diperlukan dan perlu dilaksanakan, karena dengan dilaksanakannya evaluasi, kita dapat mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai.

Penggunaan teknik resitasi ini siswa mempunyai kesempatan untuk saling membandingkan dengan hasil pekerjaan orang lain, dapat mempelajari dan mendalami hasil uraian orang lain, dengan demikian akan memperluas, memperkaya, dan memperdalam, serta menambah pengalaman siswa. Tugas yang dilaksanakan oleh siswa dapat dilakukan di dalam kelas,

39

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, 2011), h. 3


(39)

halaman, perpustakaan, bengkel, di rumah siswa itu sendiri, atau dimana saja asal tugasitu dapat dilaksanakan.

Hal-hal tertentu yang harus diperhatikan oleh guru sebelum memberikan tugas kepada anak didik, supaya siswa tidak merasa jenuh dan siswa termotivasi untuk mengerjakannya. Adapun hal-hal yang harus dipertimbangkan itu di antaranya tugas itu bermanfaat atau tidak bagi siswa, tugas itu wajar diberikan tanpa membebankan siswa, selama siswa melaksanakan tugas dapat berjalan biasa, serta dapat dilaksanakan pengawasan yang baik, dipikirkan kemungkinan-kemungkinan yang dapat mengganggu siswa.

Metode tugas dan resitasi mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan sebagai berikut. Kelebihan metode tugas dan resitasi, yaitu: Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual ataupun kelompok. Dapat mengembangkan kemandirian siswa diluar pengawasan guru. Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa. Siswa bersungguh-sungguh mempelajari materi pelajaran karena mereka akan ditanyai tentang materi tersebut. Dengan pertanyaan-pertanyaan dari guru akan memperkuat asosiasi. Dapat mengembangkan kreatifitas siswa. Memperkuat kepercayaan diri akan kemampuan bila siswa mampu menjawab pertanyaan dari guru. Memupuk kesiapan pengetahuan yang dimiliki siswa.

Kekurangan tugas dan resitasi, yaitu: Pekerjaan siswa sulit dikontrol (apakah benar ia yang mengerjakan tugas atau orang lain). Khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikannya adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota lainnya tidak berpartisipasi. Tidak mudah memberikan tugas dengan perbedaan individu siswa. Sering memberikan tugas yang monoton dapat menimbulkan kebosanan siswa. Siswa hanya akan belajar jika ada perintah dari guru. Ada suasana takut dari


(40)

siswa bila akan menghadapi metode ini, khususnya bagi siswa yang tidak siap.40

f. Tujuan dan Prinsip-prinsip Pemberian Tugas

Agar pemberian tugas memberikan efek yang baik, maka guru dalam memberikan tugas perlu memperhatikan, mengarahkan dan membimbing siswa sehingga maksud dan tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan efisien. Adapun maksud dan tujuan pemberian tugas antara lain: Untuk memelihara dan memantapkan tingkah laku yang telah dipelajari. Untuk melatih keterampilan, konsep, dan prinsip yang baru saja dikembangkan untuk memperoleh pengertian yang lebih dalam tentang konsep itu. Untuk mengingatkan kembali dan memelihara topik-topik yang telah dipelajari sebelumnya.

Menurut Hartono Kasmadi pemberian tugas mempunyai maksud dan tujuan sebagai berikut. Latihan dan keterampilan, serta untuk menambah kecepatan belajar dan keakuratan belajar. Membaca, meresapkan, dan meringkas apa yang dipelajari. Mendorong siswa untuk bertanggung jawab terhadap pelajaran. Mengembangkan belajar mandiri.41

Menurut I wayan Laba dalam catatan harian penelitiannya menyatakan maksud dan tujuan dari pemberian tugas antara lain untuk memelihara dan memantapkan tingkah laku yang dipelajari, melatih keterampilan, konsep, dan prinsip yang baru saja dikembangkan untuk memperoleh pengertian yang lebih dalam tentang konsep itu, dan terakhir adalah mengingatkan kembali serta memelihara topik-topik yang sudah dipelajari.42

Dari uraian diatas, maka dapat penulis katakan bahwa tujuan dari pemberian tugas ini diharapkan mematangkan konsep yang dipelajari siswa serta memeliharanya dan mengingatkannya.

40

Siti Masruroh, op cit., h. 13

41

Ibid., h. 17

42


(41)

7. Pendampingan Belajar (Scaffolding)

Kata Scaffolding berasal dari kerja WOOD, Bruner dan Ross (1976). Kata

Scaffolding dikembangkan sebagai metafora untuk menggambarkan tipe pendampingan yang dilakukan guru untuk membantu siswa dalam belajar. Dalam proses Scaffolding, guru membantu siswa menguasai tugas atau konsep yang tidak dapat dikuasai siswa jika dipelajari sendiri. Guru menawarkan pendampingan hanya untuk hal yang membutuhkan kemampuan lebih dari kemampuan siswa. Untuk lebih pentingnya lagi adalah membiarkan siswa untuk menyelesaikan tugas sebanyak yang mereka bisa, tanpa didampingi. Guru hanya bertindak untuk membantu siswa dengan tugas yang melebihi kemampuan siswa pada umumnya. Kesalahan pada siswa akan dimaklumi, tetapi, guru harus memberikan umpan balik dan mengarahkan tindakan yang tepat, siswa mampu mencapai tujuan dari tugasnya. Saat siswa mengambil tanggung jawab untuk menguasai tugas, guru memulai proses fading atau pengurangan scaffolding secara berangsur-angsur, yang membuat siswa mampu bekerja sendiri. Scaffolding sebenarnya adalah suatu jembatan yang digunakan untuk sesuatu yang sudah dimengerti siswa ke hal yang belum diketahui siswa.

Orang dewasa membimbing anak-anak dalam penggunaan dukungan yang dikalibrasi dengan benar pada sebuah instruksi, memimpin anak-anak dalam tugas yag diselesaikan dengan baik. Dalam latihan tersebut memliki 6 fitur yakni: rekrutmen, dengan memasukkan hal yang menarik bagi anak-anak dalam suatu tugas; mengurangi derajat kebebasan, untuk menghindari kelebihan anak dengan menggunakan kenaikan langkah dalam proses pemecahan masalah; menjaga arahan, selama menjaga anak untuk mencapai tujuan; penandaan fitur penting, untuk menggambarkan perhatian anak pada hal yang signifikan; pengontrolan frustrasi, untuk menjamin bahwa anak tersebut akan mendapatkan gangguan yang minimal saat menyelsaikan tugas; dan mencontohkan, atau mendemonstrasikan solusi pada langkah tugas, yang anak-anak dapat tiru pada bentuk yang seharusnya.43

43

Nancy Boblett, Scaffolding: Defining the Metaphor, (Columbia :Columbia University, 2012), h. 2


(42)

Irina menyatakan dalam catatan harian penelitiannya, “Some other texts focus on the techniques of scaffolding as various forms of adult support: demonstration; dividing a task into simpler steps; providing guidelines; keeping attention focused (McDevitt & Ormrod, 2002) as well as providing examples and questioning (Eggen & Kauchak, 1999). Breaking content into manageable pieces also seems to be a common feature of scaffolding that has been emphasised in the texts (Berk, 2002; Eggen & Kauchak, 1999; McDevitt & Ormrod, 2002; Krause et

al., 2003).” yang berarti bahwa beberapa teks lain terfokus pada teknik

Scaffolding dengan berbagai bentuk bimbingan dari orang dewasa, seperti : demonstrasi, pembagian tugas menjadi langkah sederhana, menjaga fokus perhatian sekaligus memberikan contoh dan pertanyaan. Membagi konten menjadi bagian yang teratur sepertinya terlihat fitur umum dari Scaffolding.44

Berbagai uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa Scaffolding adalah suatu bentuk pendampingan pengajar terhadap siswa dalam mengerjakan tugasnya, menjelaskan atau menginstruksikan tugas menjadi lebih sederhana untuk dimengerti siswa.

8. Konsep Jaringan Tumbuhan

Pada kurikulum 2013 yang terbaru jaringan tumbuhan dialokasikan pada

kelas xi semester ganjil. Pada kompetensi dasar disebutkan “mengidentifikasi

struktur jaringan tumbuhan dan mengaitkannya dengan fungsinya, menjelaskan

sifat totipotensi sebagai dasar kultur jaringan.”45

Pada kompetendi dasar ke-3 siswa dituntut untuk menguasai suatu konsep jaringan tumbuhan dalam ranah kognitif, yang dapat dipahami lewat bahan ajar materi yang disampaikan guru melalui ceramah, media audio, visual maupun audio-visual, sehingga akhirnya siswa akan dapat membangun sendiri dan mendeskripikan sendiri pengetahuan yang didapatnya.

44

Irina Verenikina.,Understanding Scaffolding and the ZPD in Educational Research, (Australia : University of Wollongong), h. 12

45

Anonym, Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA), (Jakarta:Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013), h. 118


(43)

Guru dapat menggunakan media pendukung dalam menunjang konstruksi pengetahuan siswa, misalnya dengan menggunakan media pembelajaran yang interaktif, karena pada konsep jaringan tumbuhan ini sangat cocok untuk dipresentasikan dalam media audio-visual, konsepnya yang cukup abstrak untuk dibayangkan atau dipikirkan oleh siswa akan sangat membosankan jika dibawakan hanya melalui metode ceramah atau membaca bahan ajar berupa

textbook atau mengerjakan tugas berupa soal saja.

Kompetensi inti ke-4 disebutkan “mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta

mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.”46

Siswa dituntut untuk dapat mengetahui dan memahami keterkaitan suatu konsep dalam kehidupan nyata dengan mampu bertindak sesuai dengan kaidah keilmuan, dalam hal ini guru dituntut untuk membawa siswa menggali potensi afektif siswa, tidak hanya ranah kognitif saja, karena siswa juga harus mengetahui manfaat dan keterkaitan suatu konsep dengan kehidupannya, hal tersebut dapat diwujudkan dengan membuat suatu kegiatan praktik maupun observasi bersama sehingga tujuan dari kompetensi inti tersebut dapat dapat tercapai.

Secara umum jaringan tumbuhan ini membahas tentang struktur jaringan pada tumbuhan monokotil dan dikotil, letak dan fungsi jaringan, pengenalan bioteknologi pada jaringan tumbuhan kepada siswa. Hal nyata yang dapat dikaitkan dengan konsep ini adalah siswa dapat memahami struktur jaringan tumbuhan yang dapat dilihat di kesehariannya dengan mendetail, mengetahui fungsi dan letak jaringan, serta sedikit banyak mengetahui kaitan antara jaringan tumbuhan dengan bioteknologi kultur jaringan. Karena konsep ini tak hanya dilihat langsung oleh siswa secara kasat mata, struktur jaringan yang bersifat mikroskopis dan cara kerja atau fungsinya masih terlalu abstrak jika hanya dilihat secara kasat mata, maka guru akan terbantu dengan penggunaan media pembelajaran yang bersifat audio, visual, maupun audio-visual agar segala rasa ingin tahu siswa dapat terjawab.

46


(44)

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan dua penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Amy Julia Alela Rachmah (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Pemanfaatan Situs Jejaring Sosial Facebook sebagai Media Pembelajaran pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) bagi Siswa Kelas XI SMAN 1 Depok Sleman Yogyakarta”,47 penelitian

James Johnstone (2005) yang berjudul “Student Satisfaction in the Virtual Classroom”48 dan Pramod K. Shahabadkar (2011) dalam penelitiaannya yang

berjudul ”Virtual Class Room Experimentation for Teaching Manufacturing and Operation Management Course”.49 Persamaan tersebut terdapat pada penggunaan kelas virtual yang termasuk pada e-learning, jenis penelitian kuantitatif, dalam teknik analisis datanya menggunakan analisis deskriptif korelasional. Sedangkan perbedaannya terletak pada hal yang ditelit yakni tidak hanya meneliti cara belajar tetapi juga minat dan kebiasaan belajar, selain itu lokasi penelitian, bidang studi, subyek serta hasil penelitian yang disesuaikan dengan judul yang dibahas. Untuk lebih jelasnya persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan dua penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.2 Perbandingan dengan Penelitian Terdahulu Persamaan

dan

Perbedaan

Amy Julia James Johnstone

Pramod Penelitian ini

Topik penelitian

Media Pembelajara n jejaring sosial

Media Pembelajara n Kelas Virtual

Media pembelajara

n kelas

virtual

Media

pembelajaran kelas virtual

Jenis Kuantitatif Kuntitatif kuantitatif kuantitatif

47Amy Julia, “Pemanfaatan Situs Jejaring Sosial

Facebook sebagai Media Pembelajaran

pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) bagi Siswa Kelas XI SMAN 1

Depok Sleman Yogyakarta”, Skripsi pada Universitas Negeri Yogyakarta, 2012

48James Johnstone,”

Student Satisfaction in the Virtual Classroom”, Jurnal pada Midwestern University, 2005

49

Pramod K. Shahabadkar, “Virtual Class Room Experimentation for Teaching

Manufacturing and Operation Management Course”, Jurnal pada Ibra College of Technology,


(45)

penelitian Instrumen penelitian

Soal Pilihan Ganda 30 soal

Questionair, polling

Soal quiz, questionair, post test multiple choice

Soal Post Test Pilihan Ganda 20 soal

Teknis analisis data

Deskriptif korelasional

korelasional Deskriptif korelasional Deskriptif komparasion al Lokasi penelitian

SMAN 1

Depok Sleman Yogyakarta Midwestern State University

Ibra College of

Technology, Ibra,

Sultanate of Oman

SMAN 32

Jakarta Bidang Studi/Konsep Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

keperawatan sections of a Manufacturin

g and

Operation Management course Biologi/ Jaringan Tumbuhan Tujuan Penelitian Mengungka p pengaruh penggunaan kelas virtual pada hasil belajar siswa yang meningkat

Mengungka p tingkat kepuasan mahasiswa dalam belajar menggunaka n kelas virtual

Mengetahui apakah penggunaan kelas virtual dapat

meningkatka

n hasil

belajar

Mengungkap pengaruh penggunaan kelas virtual pada hasil belajar siswa Hasil Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian Mayoritas mahasiswa merasa puas dengan kelas virtual

Meningkatka

n hasil

belajar jika dibarengi dengan kelas tatap muka Adanya suatu pengaruh berupa peningkatan hasil belajar Subjek/Samp el Siswa/siswi

SMAN 1

Depok Sleman Yogyakarta kelas XI IPA dan IPS

Mahasiswa semester pertama

Mahasiswa

di Ibra

College of Technology, Ibra,

Sultanat.

sections of a Manufacturin

g and

Operation

Siswa/siswi

SMAN 32

Jakarta kelas

XI IPA

semester ganjil


(46)

Management course, pada musim gugur

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran di sekolah terdapat banyak metode media yang dapat digunakan dalam mencapai kompetensi siswa. Jika dilihat dari cara mengajar guru yang masih kurang dalam memanfaatkan metode dan media pembelajaran. Selain itu metode penugasan yang konvensional yang selama ini digunakan dianggap kurang efektif dalam kelancaran belajar mengajar disekolah sehingga hal ini mengakibatkan pasifnya siswa, hanya sekedar mendengarkan tanpa melihat dan mengaplikasikannya, hanya sekedar mengerjakan tugas dari guru hanya untuk memenuhi nilai. Hal ini seharusnya dapat diminimalisir dalam kegiatan pembelajaran dimana penugasan akan menjadi suatu kegiatan di luar jam pelajaran yang menyenangkan dan menarik minat siswa, selain itu siswa harus distimulus dengan tipe penugasan yang membuat mereka menjadi pribadi yang kritis serta berani mengemukakan pendapat yang beralasan logis. Seiring perkembangan dan perubahan kurikulum dalam pendidikan, maka guru memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kompetensinya berupa media-media

yang dapat digunakan. Salah satunya adalah media kelas virtual “Edmodo”.

Media pembelajaran berupa media kelas virtual “Edmodo” ini tidak hanya bersifat menghibur tetapi juga mendidik siswa untuk lebih memahami pelajaran yang diberikan dan dapat menyajikan suatu penugasan serta pengayaan yang lebih menarik minat siswa, sehingga siswa akan lebih termotivasi untuk belajar. Oleh

karena itu dengan penggunaan media jejaring sosial “Edmodo” dalam penyajian

penugasan diharapkan mampu memberi pengaruh posistif terhadap hasil belajar siswa sehingga hasil belajarnya pun akan lebih baik dibandingkan dengan penugasan yang disajikan secara konvensional lewat buku teks atau mendikte soal dari guru.

Blended learning berbasis komunitas melalui pemanfaatan kelas virtual yaitu Edmodo merupakan suatu upaya untuk menggabungkan kegiatan belajar


(47)

konvensional (tatap muka) dengan belajar menggunakan komputer atau perlengkapan elektronik. Pembelajaran berbasis komunitas ini difasilitasi oleh guru dengan memberikan petunjuk berupa materi tertulis, penugasa, kuis, isu pengetahuan terbaru atau dapat juga berbentuk media digital yang digunakan untuk membantu proses belajar mengajar dan penugasan konvensional. Melalui

Blended Learning berbasis komunitas ini diharapkan dapat menambah pengalaman belajar siswa, mempermudah siswa dalam memahami materi pembelajaran, dan melatih kemampuan siswa dalam pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komuniasi (TIK) terhadap proses pembelajaran.

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Konsep Jaringan Tumbuhan

Kurangnya waktu dalam mengajarkan materi konsep jaringan tumbuhan, penugasan yang diberikan monoton

Hasil belajar belum optimal

Penugasan konvensional (tanpa Edmodo)

Evaluasi dilakukan selama proses hingga dikumpulkan Penugasan dengan Kelas Virtual

Edmodo

Evaluasi dilakukan dnegan tenggat waktu saat tugas dikumpulkan


(48)

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka serta kerangka pikir yang terlebih dahulu dikemukakan, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Metode penugasan melalui kelas virtual Edmodo berpengaruh pada peningkatan hasil belajar (kognitif) secara signifikan dibandingkan dengan pembelajaran kooperatif dengan penugasan yang tidak melalui kelas virtual Edmodo.”


(49)

36

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 32 Jakarta, yang bertempat di Jlan Panjang Komplek Setneg Baru Cidodol Grogol Selatan Kebayoran Lama Jakarta Selatan. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan 9 - 29 Oktober 2014 pada siswa kelas XI MIA Semester Ganjil tahun ajaran 2014-2015

B. Metode dan Desain Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dirumuskan pada bab 1 maka penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dimana sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara random dari populasi tertentu.

Dalam metode ini terdapat kelompok eksperiemen dan kontrol. Pada kedua kelas tersebut menggabungkan pembelajaran konseptual yang berkaitan dengan penyajian konsep dan sangat bersifat kognitif, dan pembelajaran kotekstual yang berkaitan dengan dunia nyata dengan pendekatan proses. Perbedaannya adalah pada kelompok eksperimen menggunakan media jejaring sosial “Edmodo” dipadu dengan pembelajaran tatap muka, terutama dalam penugasan dan pengayaan disajikan dalam kelas virtual tersebut yang nantinya berupa, kuis, maupun tautan materi berupa video, atau gambar, penugasan khusus dengan pendekatan proses

yang akan dilakukan yakni pembuatan “Buku Saku Biologi Jaringan Tumbuhan”

yang akan dievaluasi tiap tahap dalam proses pembuatannya sesuai dengan kriteria yang dituangkan dalam rubrik penilaian dan ditindaklanjuti secepatnya setelah tugas diserahkan atau diunggah, sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan dengan menggunakan media jejaring sosial “Edmodo, butir dan jenis penugasan akan sama persis dengan kelas eksperimen hanya saja


(50)

feedback atau tindak lanjut evaluasi tidak dilakukan pada setiap tahapan, evaluasi akan dilakukan saat keseluruhan proyek selesai dibuat, keduannya dibandingkan hasilnya dengan eksperimen.

Desain penelitian yang digunakan yaitu pre test-post test-only control design. Dimana dalam rancangan ini terdapat 2 kelompok yang masing-masing dipilih secara random (acak). Kelompok pertama diberi perlakuan (x) dan kelompok yang lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol.1

Kelas kontrol maupun kelas eksperimen akan diberikan soal yang sama berupa soal pilihan ganda sebanyak 20 soal. Sebelumnya beberapa materi, diskusi, tugas berupa soal dan pengayaan diberikan di edmodo/kelas virtual yang digunakan, lalu sesi tatap muka digunakan untuk penjelasan lebih lanjut dari materi, diskusi dan tanya jawab di kelas virtual untuk lebih menekankan pemahaman pada siswa. Materi/bahan ajar yang diunggah dalam kelas virtual edmodo berupa slide powerpoint, link download materi yang serupa, isu-isu mengenai konsep, dan video yang relevan dan membantu siswa dalam memahami konsep jaringan tumbuhan. Sedangkan pengayaan akan berupa tes-tes rutin atau berbentuk teka-teki silang yang dapat dengan mudah siswa kerjakan melalui Edmodo.

Pre test akan diberlakukan sebelum materi konsep diberikan dan post test akan diberikan seusai materi konsep dipenuhi, dalam bentuk tes objektif pilihan ganda.

Metode tersebut merupakan blended e-learning yang menggabungkan kegiatan tatap muka yang konvensional dengan kegiatan virtual dengan menggunakan media e-learning (slide, link materi, video) dan bersifat

asynchronous yang tidak selalu dilakukan pada saat yang sama semua sedang

online.

1

Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung : Alfabeta, 2012), cet. 4 h.118


(51)

C. Populasi dan Sampel

Adapun populasi dan sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Populasi target

Seluruh siswa SMA Negeri 32 Jakarta yang terdaftar pada tahun ajaran 2014/2015

2. Populasi terjangkau

Seluruh siswa kelas XI MIA SMA Negeri 32 Jakarta tahun ajaran 2014/2015

3. Sampel

Sampel diambil dari populasi terjangkau sebanyak 2 kelas, kelas pertama adalah kelas eksperimen dan kelas ke 2 sebagai kelas kontrol, sampel yang diambil dari setiap kelas minimal 30 siswa, total sebanyak 60 siswa.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk menghasilkan data yang valid penelitian ini menggunakan beberapa teknik pretest (tes sebelum diberi perlakuan tertentu) dan posttest (tes setelah pembelajaran), konsep jaringan tumbuhan yang terbentuk pilihan ganda sebanyak 20 soal, Observasi, angket, wawancara, dan dokumentasi.

Tabel 3.1 Instrumen Penelitian

No. Teknik Instrumen Jenis Data Sumber Data

1. Observasi Daftar check-list pelaksanaan kelas virtual Edmodo

Catatan mengenai keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran melalui kelas virtual

Edmodo

maupun pada kelas kontrol


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

KEilIENTERIA}'I

AGAiiA

UIN

JAKARTA

FITK

Jt. tr. H. Jua,tu tb Cixrt6il 1il12 &,dE,E b

FORM (FR)

No. Dokumen

:

FITK-FR-AKD-081 Tgl.

Terbit :

1

Maret 2010

No.

Revisi: :

01

Hal 1t1

SURAT BIMBINGAN SKRIPSI

Nomor Lamp. Hal

: un.o

lff

.

l/I(M

.0r.3 I

N35

12014

: Bimbingan Skripsi KepadaYth.

Baiq Hana Susanti, M. Sc

Pembimbing Slaipsi

Fakultas IImu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

As s alamu' alaihtm wr.wb.

Dengan

ini

diharapkan kesediaan Saudara

(materilteknis) penulisan skripsi mahasiswa:

Jakarta 2lludarct?Ol4

untuk menjadi pembimbing UII

Novia Btari Krishnamuty

I I 10016100053 Pendidikan Biologi

VItr

(Delapan)

Pengaruh Metode Penugasan melalui Kelas Virtual Edmodo

terhadap

Hasil

Belajar Siswa pada Konsep

Jaringan Tumbuhan

Judul tersebut telah disefujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada

tanggal

13 Maret

2014, abstaksloutline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada

judul

tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohon pernbimbing

menghubungi Jurusan terlebih dahulu.

Bimbingan skripsi

ini

diharapkan selesai dalam waktu

6

(enam) bulan, dan dapat diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan.

Atas perhatian dan kerja sama Saudar4 kami ucapkan terima kasih.

Was s al amu' alaihnn wr.w b.

Nama

NIM

Jurusan

Semester

Judul Slripsi

Tembusan:

l.

DekanFITK

2.

Mahasiswa ybs.


(6)

KEMENTERIAN

AGAIIA

UIN JAICARTA FITK

J!. lr. H. JMn& lto 95 Cixnat 15112 &,dotEr*,

FORi'

(FR)

No. Dokumen

:

FITK-FR-AKD-081 Tgl.

Terbit :

1 Maret 20'10

No.

Revisi: :

01

Hal 1

SURAT BINiBINGAN SKRIPSI

Jakarta

2l

I"daxet 2014

Lamp.

:

-Hal

: Bimbingan Skripsi KepadaYth.

'

Dr. Yanti Herlanti, M.Pd Pembimbing Skripsi

Fakultas Ihnu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

As s alamu' alaikum wr.w b.

Dengan

ini

diharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pembimbing (materi/teknis) penulisan skripsi mahasiswa:

Novia Btari Kristtnamuty

1 I 10016100053

Pendidikan Biologi

VItr

(Delapan)

Pengaruh Metode Penugasan melalui Kelas Virtual Edmodo

terhadap

Hasil

Belajar Siswa pada Konsep

Jaringan

Tumbuhan

Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada

tanggal

13 Maret

2014, abstraksiloutline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada

judul

tersebut. Apabila perubahaa substansial dianggap

perlq

mohon pembimbing

meughubungi Jurusan terlebih dahulu.

Bimbingan skripsi

ini

diharapkan selesai dalam waktu

6

(enam) bulan, dan dapat diperpaqiang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpaqiangan.

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Was s alamu' alaihtm wr.w b.

Nama

NIM

Jurusan Semester Judul Skripsi Tembusan:

1.

DekanFITK