2 Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi. Media yang berbeda, misalnya film dan
grafik memerlukan simbol dan kode yang berbeda, dan oleh karena itu memerlukan proses dan keterampilan mental yang berbeda untuk
memahaminya. 3 Praktis, luwes, dan bertahan. Jika tidak tersedia waktu, dana, atau
sumber daya lainnya untuk memproduksi, tidak perlu dipaksakan. Media
yang mahal
dan memakan
waktu lama
untuk memproduksinya bukanlah jaminan sebagai media yang terbaik.
4 Guru terampil menggunakannya. Ini merupakan salah satu kriteria utama. Apa pun media itu, guru harus mampu menggunakannya
dalam proses pembelajaran. 5 Pengelompokkan sasaran. Media yang efektif untuk kelompok besar
belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan.
6 Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambar maupun fotograf harus memenuhi persyaratan teknis tertentu. Misalnya, visual slide
harus jelas dan informasi atau pesan yang ditonjolkan dan ingin disampaikan tidak boleh terganggu oleh elemen lain yang berupa
latar belakang
8
.
b. Pengertian E-Learning
Pembelajaran berbasis web yang populer dengan sebutan Web- Based-Education WBE atau kadang disebut e-learning electronic
learning dapat didefinisikan sebagai aplikasi teknologi web dalam dunia pembelajaran untuk sebuah proses pendidikan
9
.
8
Ibid., h. 75-76.
9
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011, h. 335.
Menurut Jaya Kumar C. Koran, “E-Learning adalah pembelajaran
yang menggunakan rangkaian elektronik LAN, WAN, atau internet untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan
10
.
E-learning menurut Soekarwati, “E-learning atau pembelajaran
melalui online adalah pembelajaran yang pelaksanaannya didukung oleh jasa teknologi seperti telepon, audio, videotape, telekonferense, transmisi
satelit, bahkan web, yang semuanya menggunakan media komputer online
”
11
.
E-learning pada
hakikatnya adalah
bentuk pembelajaran
konvensional yang dituangkan dalam format digital dan disajikan melalui Teknologi Informasi. Secara ringkas, Anwas menyatakan e-
learning perlu diciptakan seolah peserta didik belajar secara konvensional, hanya saja dipindahkan ke dalam sistem digital melalui
Internet
12
.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan e- learning adalah pembelajaran melalui internet secara online yang
didukung oleh adanya kemajuan dalam bidang teknologi informasi.
Karakteristik e-learning, antara lain: Pertama, memanfaatkan jasa teknologi elektronik; di mana guru dan siswa, siswa dan sesama siswa
atau guru sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif mudah dengan tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler. Kedua, memanfaatkan
keunggulan komputer digital media dan komputer networks. Ketiga, menggunakan bahan ajar bersifat mandiri self learning materials
disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan di mana saja bila yang bersangkutan memerlukannya. Keempat,
memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar,
10
Ibid., h. 346.
11
Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo, Teknologi Komunikasi dan Informasi Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2010, h. 109.
12
Deni Darmawan, Teknologi Pembelajaran, h. 12.
dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer
13
.
Pendapat Haughey tentang pengembangan e-learning adalah ada tiga kemungkinan dalam pengembangan sistem pembelajaran berbasis
internet, yaitu: Web course adalah penggunaan internet untuk keperluan pendidikan, yang mana mahasiswa dan dosen sepenuhnya terpisah dan
tidak diperlukan adanya tatap muka. Web centric course adalah penggunaan internet yang memadukan antara belajar jarak jauh dan tatap
muka konvensional. Sebagian materi disampaikan melalui internet, dan sebagian lagi melalui tatap muka. Dan Web enhanced course adalah
pemanfaatan internet
untuk menunjang
peningkatan kualitas
pembelajaran yang dilakukan di kelas
14
.
Pembelajaran berbasis internet yang dilakukan penulis ialah merujuk pada web centric course, dimana penggunaan internet bukan hanya
sebagai pusat sebagai media pembelajaran namun dipadukan dengan adanya tatap muka yang dilakukan penulis dengan siswa. Pada
pertemuan pertama, penulis dan siswa melakukan tatap muka melaksanakan tes awal pretest, selanjutnya materi yang akan dijadikan
sebagai e-learning diunggah melalui media sosial tanpa diperlukan adanya tatap muka dengan siswa. Pada pertemuan berikutnya diperlukan
tatap muka untuk melaksanakan e-learning yang diakhiri dengan tes
akhir posttest.
E-learning memiliki kelebihan dan kekurangan khususnya dalam
pendidikan terbuka dan pembelajaran jarak jauh, antara lain:
1 Tersedianya fasilitas e-moderating di mana pendidik dan peserta didik dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet
secara reguler atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu.
13
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, h. 348.
14
Ibid., h. 350.
2 Pendidik dan peserta didik dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstuktur dan terjadwal melalui internet,
sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.
3 Peserta didik dapat belajar atau me-review bahan pelajaran setiap saat dan di mana saja kalau diperlukan, mengingat bahan ajar
tersimpan di komputer. 4 Bila peserta didik memerlukan tambahan informasi yang berkaitan
dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses internet secara lebih mudah.
5 Baik pendidik maupun peserta didik dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang
banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
6 Berubahnya peran peserta didik dari yang biasanya pasif menjadi aktif dan lebih mandiri.
7 Relatif lebih efisien. Misalnya, bagi mereka yang tinggal jauh dari perguruan tinggi atau sekolah konvensional
15
. Walaupun demikan, pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau
e-learning juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan, antara lain: 1 Kurangnya interaksi antara pendidik dan peserta didik atau bahkan
antarsesama peserta didik itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses pembelajaran.
2 Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisniskomersial.
3 Proses pembelajarannya cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan.
15
Ibid., 351-352.