Efektivitas penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) terhadap motivasi, tanggapan, dan hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur St. Vincentius Giriwoyo pada pokok bahasan statistika tahun ajaran 2

(1)

i

TERHADAP MOTIVASI, TANGGAPAN DAN HASIL BELAJAR

SISWA KELAS XI IPS 1 SMA PANGUDI LUHUR St. VINCENTIUS GIRIWOYO PADA POKOK BAHASAN STATISTIKA

TAHUN AJARAN 2012/2013

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

Meline Kusuma Mahardika NIM : 081414002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

iv MOTTO

J anganlah hendaknya kamu kuat ir t ent ang apapun j uga, t et api nyat akanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan

per mohonan dengan ucapan syukur .

Filipi 4 : 6

Tuhan mu t ak akan member i ular ber acun pada yang mint a r ot i. Cobaan yang engkau alami t ak melebihi kekuat anmu.

“Pelangi Kasih”


(5)

v

Halaman Persembahan

Skr ipsi ini ku per sembahkan kepada :

Tuhan Yesus Kr ist us yang t idak per nah t idur dan melimpahkan ber kat -Nya unt ukku.

Ayah dan I bu ku t er cint a yang selalu member ikan segala sesuat u unt ukku. Per hat ian, kasih sayang, dan doa yang selalu mengalir kepada ku.

Kakakku List iana Kusuma Handar u S.S yang selalu member ikan semangat dan nasihat unt uk ku.

Lukas Fit r ia Adi Set iawan yang selalu mendampingi dalam suka maupun duka, dan selalu member ikan dukungan yang t ak per nah hent i.


(6)

(7)

vii

ABSTRAK

Meline Kusuma Mahardika. 2012. Efektivitas Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division ( STAD ) Terhadap Motivasi, Tanggapan dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur St. Vincentius Giriwoyo pada Pokok Bahasan Statistika

Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi. Yogyakarta : PENDIDIKAN

MATEMATIKA, JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU

PENGETAHUAN ALAM, FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

PENDIDIKAN, UNIVERSITAS SANATA DHARMA.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran bagaimana efektivitas metode pembelajaran kooperatif tipe STAD pada proses pembelajaran terhadap motivasi siswa, bagaimana tanggapan siswa terhadap pemakaian metode pembelajaran kooperatif tipe STAD pada proses pembelajaran, dan bagaimana efektivitas metode pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi statistika terhadap hasil belajar siswa.

Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur St. Vincentius Giriwoyo, tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 22 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket, soal tes hasil belajar siswa, daftar pertanyaan wawancara siswa. Analisis data angket dilakukan dengan cara menghitung skor untuk motivasi siswa dalam belajar matematika menggunakan metode pembelajaran kooperatif STAD. Analisis tes hasil belajar siswa dengan cara menghitung rata-rata untuk melihat efektivitas penggunaan metode pembelajaran kooperatif STAD. Sedangkan analisis tanggapan siswa dengan cara menarik kesimpulan berdasarkan hasil wawancara dengan enam sampel siswa untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penggunaan metode pembelajaran kooperatif STAD.

Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) Motivasi siswa dalam belajar matematika menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah tinggi, yaitu dengan dengan perolehan skor motivasi sebesar 2,87 dari skala 4. (2) tanggapan siswa terhadap penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam belajar matematika adalah senang dan antusias, hal ini terlihat dari hasil wawancara dengan keenam sampel siswa yang berpendapat menyukai metode pembelajaran STAD dalam belajar matematika. Siswa merasa senang berdiskusi karena dapat berpendapat dan menyelesaikan masalah secara bersama-sama. Siswa merasa kesulitan saat mencoba menjelaskan materi pada teman yang belum paham materi. (3) Hasil belajar siswa menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD secara rata-rata adalah baik yaitu, 75 % untuk materi data tunggal dan 70 % untuk materi data kelompok.


(8)

viii

ABSTRACT

Meline Kusuma Mahardika. 2012. The Effectiveness of Applying Cooperative Learning Method of Student Teams Achievement Division (STAD) Type toward Motivation, Response and Result of XI IPS 1 Students in SMA Pangudi Luhur St. Vincentius Giriwoyo on the Statistic Topic,

2012/2013 academic year. Thesis. Yogyakarta: MATHEMATIC

EDUCATION STUDY PROGRAM, SCIENCE AND MATHEMATIC

EDUCATION DEPARTMENT, TEACHERS TRAINING AND

EDUCATION FACULTY, SANATA DHARMA UNIVERSITY.

The research aims to investigate the representation how the effectiveness of STAD cooperative learning method in the learning process toward the students’ motivation, response and result on statistic learning topic.

The subject taken was grade of XI IPS 1 in SMA Pangudi Luhur St. Vincentius Giriwoyo of 2012-2013 academic year as many as 22 students. The instruments used were questionnaire, students’ result data and list of questions for interviewing the students. Then, the questionnaire result was analyzed by calculating the score for the students’ motivation in learning math which applied STAD method. The result test was analyzed by calculating the average to investigate the effectiveness of STAD method. The students’ response was analyzed by drawing conclusion based on interview with six students as the sample toward the use of STAD cooperative learning method.

The result of the research showed that (1) the students’ motivation in learning math which applied STAD learning method was considered high, the score gained was 2,87 from 4 scale. (2) The students’ response toward the method was satisfied and enthusiastic. It is proved from the interview result with six students as the sample stating that they like STAD as the method in learning math. Students felt comfortable in discussion because they can share their opinion and solve their problem together. However, students still felt difficult when try to explain the material to the others who have not understood yet. (3) The students’ result using STAD cooperative learning method was averagely good which resulted 75% for single data material and 70% group data material.


(9)

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan Pengasih atas berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis diberi waktu dan kemampuan untuk dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) terhadap Motivasi, Tanggapan, dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur St. Vincentius Giriwoyo pada Pokok Bahasan Statistika Tahun Ajaran 2012/2013”. Pembuatan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Program Studi Pendidikan Matematika. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa bangtuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik yang terlibat langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan FKIP

2. Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd. selaku ketua Program Studi Pendidikan Matematika yang telah memberikan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Drs. Th. Sugiarto, M.T. sebagai dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran telah membimbing dan memberikan masukan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Br. Damasus Agung M, FIC., M.Pd. dan Br. Yosep Anton Utmiyadi, FIC., S.S. sebagai kepala sekolah SMA Pangudi Luhur St. Vincentius Giriwoyo yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di sekolah tersebut.

5. Ibu Th. Ari Dwi Utami, M.Pd. sebagai guru pengampu matematika SMA Pangudi Luhur St. Vincentius Giriwoyo yang telah memberikan kesempatan dan membantu penulis dalam melakukan penelitian di kelas. 6. Seluruh siswa kelas XI IPS 1 dan XI IPS 2 yang telah bekerja sama


(11)

xi

7. Orang tua tersayang, Ayah Yohanes Maharyanto dan Ibu Sri Handayani. Terimakasih atas doa dan dukungan yang diberikan untuk penulis.

8. Kakak terkasih Listiana Kusuma Handaru, S.S. yang selalu memeberikan dukungan.

9. Teman-teman terbaikku Maria, Linda, Ayu, Paulina, Fania, dan seluruh mahasiswa angkatan 2008 Program Studi Pendidikan Matematika.

10. Lukas Fitria Adi Setiawan, terimakasih atas dukungan dan bantuan moril yang selalu diberikan selama ini.

11. Seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah turut serta membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Semoga Tuhan selalu menyertai semua pihak yang telah membantu penulis karena hanya melalui tangan-Nya kebaikan kalian terbalaskan.

Banyak terdapat kekurangan dalam skripsi ini karena keterbatasan penulis, oleh karena itu, saran yang bersifat membangun akan diterima oleh penulis dengan senang hati. Akhir kata, semoga karya ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, Oktober 2012 Penulis,


(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMANPERNYATAAN ] KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT... viii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PUBLIKASI ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xx

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Batasan Istilah ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 10


(13)

xiii

B. Metode Pembelajaran Student Team Achievement Division

( STAD ) ... 17

C. Efektivitas Pembelajaran... 21

D. Motivasi Siswa ... 22

E. Tanggapan Siswa ... 25

F. Hasil Belajar ... 26

G. Statistika ... 29

H. Kerangka Berpikir ... 59

BAB III METODE PENELITIAN ... 61

A. Jenis Penelitian ... 61

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 62

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 62

D. Variabel Penelitian ... 62

E. Bentuk Data ... 63

F. Metode Pengumpulan Data ... 64

G. Instrumen Penelitian ... 67

H. Teknik Analisis Data ... 76

BAB IV. PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN, TABULASI DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian dan Ujicoba Instrumen Hasil Belajar Siswa ... 84

B. Pelaksanaan Penelitian ... 92

C. Tabulasi Data ... 109

D. Analisis Data Penelitian ... 131

E. Pembahasan Hasil Analisis... 154


(14)

xiv

BAB V. PENUTUP... 170

A. Kesimpulan ... 170

B. Saran ... 173

DAFTAR PUSTAKA ... 175


(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Nilai kemajuan Individu ... 20

Tabel 2.2 Sifat Jenis Data ... 32

Tabel 2.3 Rumus Median untuk Data Tunggal ... 35

Tabel 2.4 Contoh Data untuk Mencari Mean Data Kelompok

pada Contoh 1 ... 48

Tabel 2.5 Contoh Data untuk Mencari Mean Data Tunggal

Pada Contoh 2 ... 48

Tabel 2.6 Contoh Data untuk Menentukan Modus Data Kelompok ... 50

Tabel 2.7 Contoh Data untuk Menentukan Median Data Kelompok .... 51

Tabel 2.8 Contoh Data untuk Menentukan Kuartil pada

Data Kelompok ... 53

Tabel 2.9 Contoh Data untuk Menentukan Simpangan Rata-Rata

Data kelompok ... 56

Tabel 2.10 Contoh Tabel Distribusi Frekuensi untuk Menentukan

Simpangan Rata-Rata pada Tabel 2.9 ... 56

Tabel 2.11 Contoh Tabel untuk Menentukan Simpangan Baku

Data Kelompok ... 58

Tabel 2.12 Contoh Tabel Distribusi Frekuensi untuk Menentukan


(16)

xvi

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Angket Motivasi Belajar Siswa ... 65

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Wawancara Tanggapan Siswa ... 66

Tabel 3.3 Rancangan Kegiatan Pembelajaran ... 70

Tabel 3.4 Skor Pilihan Jawaban Angket menurut Skala Likert... 71

Tabel 3.5 Rancangan Sebaran Item Angket Motivasi Belajar Siswa ... 72

Tabel 3.6. Ranah Kognitif Berdasar Taksonomi Bloom ... 74

Tabel 3.7. Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar pada Materi Data Tungal ... 75

Tabel 3.8 Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar pada Materi Data Kelompok ... 76

Tabel 3.9 Interpretasi Koefisien Korelasi ... 78

Tabel 3.10 Persiapan Tabulasi Hasil Belajar ... 79

Tabel 3.11 Persiapan Tabulasi Pengisian Angket ... 80

Tabel 3.12 Skor Kuisoner Angket Motivasi Siswa ... 80

Tabel 3.13 Persiapan Analisis Motivasi Siswa ... 81

Tabel 3.14 Persiapan Hasil Kesimpulan Hasil Analisis Angket ... 81

Tabel 3.15 Persiapan Ringkasan Hasil Wawancara Siswa ... 82

Tabel 3.16 Persiapan Analisis Hasil Wawancara Siswa ... 83

Tabel 4.1 Rangkuman Hasil Validitas Soal Materi Data Tunggal ... 85

Tabel 4.2 Rangkuman Hasil Validitas Soal Materi Data Kelompok ... 86


(17)

xvii

Data Tunggal ... 93

Tabel 4.4 Data Kegiatan Pembelajaran Matematika Materi Data Kelompok ... 101

Tabel 4.5 Skor Ujicoba Tes Hasil Belajar Materi Data Tunggal... 109

Tabel 4.6 Skor Ujicoba Tes Hasil Belajar Materi Data Kelompok ... 110

Tabel 4.7 Skor Tes Hasil Belajar Siswa Materi Data Tunggal ... 111

Tabel 4.8 Skor Tes Hasil Belajar Siswa Materi Data Kelompok ... 112

Tabel 4.9 Hasil Jawaban Angket Motivasi Siswa dalam Pembelajaran Matematika ... 113

Tabel 4.10 Analisis Nilai Tes Hasil Belajar Siswa Materi Data Tunggal ... 131

Tabel 4.11 Analisis Nilai Tes Hasil Belajar Siswa Materi Data Kelompok... 132

Tabel 4.12 Analisis Motivasi Siswa Aspek Ulet dalam Menghadapi Kesulitan Belajar Matematika dan Berusaha Menyelesaikannya ... 134

Tabel 4.13 Analisis Motivasi Siswa Aspek Mempunyai Keinginan yang Kuat untuk Berprestasi dalam Belajar Matematika ... 134

Tabel 4.14 Analisis Motivasi Siswa Aspek Berusaha Memahami Dan Menguasai Materi Pelajaran Matematika ... 136

Tabel 4.15 Analisis Motivasi Siswa Aspek Tekun dalam Menghadapi Dan Mengerjakan Tugas-Tugas yang Diberikan ... 138


(18)

xviii

Tabel 4.16 Analisis Motivasi Siswa Aspek Mempunyai Minat yang

Besar terhadap Masalah Belajar serta Mencoba Mencari dan

Memecahkan Masalah/Soal-Soal ... 139

Tabel 4.17 Analisis Motivasi Siswa Aspek Mempunyai Keinginan

Besar untuk Berhasil dalam Belajar serta Berusaha

Bekerja dan Belajar Mandiri Tanpa Bantuan Orang Lain ... 141

Tabel 4.18 Analisis Angket Motivasi Siswa Aspek Ulet dalam

Menghadapi Kesulitan Belajar Matematika dan

Berusaha Menyelesaikannya ... 143

Tabel 4.19 Analisis Angket Motivasi Siswa Aspek Mempunyai

Keinginan yang Kuat untuk Berpartisipasi dalam

Belajar Matematika ... 143

Tabel 4.20 Analisis Angket Motivasi Siswa Aspek Berusaha

Memahami dan Menguasai Materi Pelajaran

Matematika ... 144

Tabel 4.21 Analisis Angket Motivasi Siswa Aspek Tekun dalam

Menghadapai dan Mengerjakan Tugas-Tugas yang

Diberikan ... 144

Tabel 4.22 Analisis Angket Motivasi Siswa Aspek Mempunyai Minat


(19)

xix

Mencari dan Memecahkan Masalah/Soal-Soal ... 145

Tabel 4.23 Analisis Angket Motivasi Siswa Aspek Mempunyai

Keinginan Besar untuk Berhasil dalam Belajar serta

Berusaha Bekerja dan Belajar Sendiri Tanpa Bantuan

Orang Lain ... 146

Tabel 4.24 Ringkasan Data Hasil Wawancara dengan SiSwa ... 146

Tabel 4.25 Kesimpulan Data Hasil Wawancara SiSwa ... 152

Tabel 4.26 Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur

St. Vincentius Giriwoyo pada Materi Data Tunggal ... 156

Tabel 4.27 Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur

St. Vincentius Giriwoyo pada Materi Data Kelompok ... 157

Tabel 4.28 Kesimpulan Rata-Rata dan Presentase Motivasi Siswa

Dalam Pembelajaran Matematika ... 162

Tabel 5.1 Rata-Rata dan Kriteria Motivasi Siswa ... 171


(20)

xx

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Ilustrasi Menentukan Median Data Tunggal Nilai

Ganjil ... 36

Gambar 2.2 Ilustrasi Menentukan Median Data Tunggal Nilai

Genap ... 37

Gambar 2.3 Letak Kuartil dari Data Tunggal ... 38


(21)

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Penelitian Angket... 177

Lampiran 2 Daftar Pertanyaan Wawawancara ... 184

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 186

Lampiran 4 Kisi-Kisi Penulisan Soal Tes Hasil Belajar ... 202

Lampiran 5 Soal Intrumen ... 204

Lampiran 6 Kunci Jawaban Instrumen ... 219

Lampiran 7 Kriteria Penilaian... 240

Lampiran 8 Jawaban Siswa ... 247

Lampiran 9 Foto Kegiatan Siswa ... 261

Lampiran 10 Daftar Nama Siswa Kelas XI IPS 1... 262

Lampiran 11 Surat Izin Pelaksanaan Penelitian ... 263

Lampiran 12 Surat Bukti Pelaksanaan Penelitian ... 264


(22)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses belajar tidak hanya terjadi di dalam kelas atau lingkungan

sekolah saja, melainkan dapat dimana saja dan kapan saja tidak hanya

bergantung pada jam sekolah. Dalam dunia pendidikan, mata pelajaran

matematika harus diberikan kepada siswa mulai jenjang usia sekolah

dasar. Sehingga siswa mempunyai bekal kemampuan untuk berpikir logis,

analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama

dengan lingkungan. Kegiatan belajar akan terjadi dalam interaksi dengan

lingkungan, saat bergaul dengan orang maupun saat menghadapi suatu

peristiwa. Akan tetapi tidak semua interaksi dengan lingkungan dapat

disebut dengan proses belajar. Proses belajar akan terjadi bila setiap orang

bisa berinteraksi aktif dan melibatkan diri dengan segala pemikiran,

kemauan dan perasaannya. “Belajar” pada manusia boleh dirumuskan

sebagai berikut: “Suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam

interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap.

Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas. (W.S. Winkel,

1987 : 36).

Di sekolah, belajar membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif


(23)

siswa. Salah satu mata pelajaran yang menjadi sorotan dari berbagai pihak

adalah mata pelajaran matematika. Hal ini disebabkan karena banyak

siswa yang beranggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang

membosankan dan sulit, seperti pengakuan beberapa siswa kelas XI SMA

Pangudi Luhur St. Vincentius Giriwoyo. Siswa tersebut merasa bosan dan

tidak menyukai matematika, itu mengakibatkan siswa tidak mau berusaha

mempelajari mata pelajaran tersebut, dan menganggap matematika adalah

mata pelajaran yang sulit.

Dalam pembelajaran matematika di SMA Pangudi Luhur St.

Vincentius Giriwoyo, guru biasa menggunakan metode lama, dalam arti

komunikasi pembelajaran biasanya berlangsung satu arah yaitu ceramah

dari guru ke siswa. Guru lebih mendominasi proses pembelajaran.Metode

ceramah ini biasanya disebut dengan metode konvensional. Istilah metode

konvensional sama artinya dengan metode tradisional. Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia, konvensional adalah tradisional (1989 : 459)

sedangkan “tradisional” berarti sikap dan cara berpikir serta bertindak

yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada

secara turun temurun (1989 : 959). Guru cenderung aktif menerangkan

dan mentransfer pengetahuannya kepada siswa. Dengan situasi seperti ini,

ada kecenderungan akhirnya siswa hanya menjadi pasif dan mendengarkan

guru saja. Keadaan seperti ini mengakibatkan siswa menjadi tidak kreatif

dan bosan dengan kegiatan mendengarkan guru di kelas. Kebosanan yang


(24)

siswa tidak berkonsentrasi dengan baik, maka akan berpengaruh juga

terhadap hasil belajar siswa.

Dari hasil observasi pembelajaran matematika di kelas XI IPS 1

SMA Pangudi Luhur St. Vincentius Giriwoyo pada tanggal 31 Maret 2012

peneliti melihat siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Siswa

cenderung belum berani dan malu-malu untuk mengajukan pertanyaan bila

belum jelas, bahkan terkadang siswa hanya diam mendengarkan saja.

Demikian adalah garis besar situasi di dalam kelas saat proses

pembelajaran. Akan tetapi memang ada beberapa siswa yang cenderung

lebih aktif daripada siswa yang lain. Ada beberapa siswa tertentu yang

berani bertanya dan aktif dalam proses pembelajaran. Dari hasil

wawancara dengan guru mata pelajaran matematika pada tanggal 31 Maret

2012, beliau menyebutkan bahwa semangat belajar siswa belum muncul.

Kesadaran untuk semangat belajar dari dini belum tumbuh dari pribadi

siswa masing-masing. Saat akan diadakan test/ujian barulah siswa belajar

untuk mengejar materi pelajaran.

Menanggapi masalah di atas, maka metode kooperatif menjadi

saran yang tepat untuk mengoptimalkan tujuan belajar. Karena saat ini

metode yang gemar dikembangkan adalah metode kooperatif, metode

yang tidak hanya sekedar mengandalkan transfer pengetahuan guru

melainkan membangkitkan anak untuk berperan aktif dalam proses

pembelajaran. Salah satu metode kooperatif adalah tipe Student Team


(25)

metode ini, anak diajak lebih aktif dan dapat menumbuhkan rasa

keingintahuan siswa. Sehingga diharapkan dapat mengoptimalkan hasil

belajar siswa. Pada metode STAD ini siswa masuk ke dalam kelompok

yang terdiri dari empat sampai lima siswa. Anggota kelompok adalah

siswa yang mempunyai kemampuan berbeda-beda. Selanjutnya guru

memberikan kuis atau test untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa,

dari hasil kuis tersebut diberikan pula penghargaan kelompok. Alasan

penerapan metode kooperatif adalah untuk meningkatkan keaktifan atau

partisipasi siswa sehingga diharapkan hasil belajar siswa dapat meningkat.

Berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran matematika, beliau

juga berpendapat bahwa tingkat ketelitian siswa pada materi statistika

masih kurang, sehingga mengakibatkan kesalahan perhitungan dalam

menyelesaikan soal.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai efektivitas penerapan metode

pembelajaran koopereatif tipe Student Team Achievement Devision (

STAD) terhadap motivasi, tanggapan, dan hasil belajar siswa kelas XI IPS

1 SMA Pangudi Luhur St. Vincentius Giriwoyo pada pokok bahasan

statistika tahun ajaran 2012/2013.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan


(26)

1. Bagaimana efektivitas metode pembelajaran kooperatif tipe Student

Team Achievement Devision ( STAD) pada proses pembelajaran

ditinjau dari motivasi siswa ?

2. Bagaimana tanggapan siswa terhadap pemakaian metode pembelajaran

kooperatif tipe Student Team Achievement Devision ( STAD) pada

proses pembelajaran?

3. Bagaimana efektivitas metode pembelajaran kooperatif tipe Student

Team Achievement Devision(STAD) pada materi statistika ditinjau dari

hasil belajar siswa ?

C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini tujuan yang hendak dicapai adalah :

1. Mengetahui bagaimana keefektifan metode pembelajaran kooperatif

tipe Student Team Achievement Devision ( STAD) pada proses

pembelajaran matematika ditinjau dari motivasi belajar siswa.

2. Mengetahui bagaimana tanggapan siswa terhadap pemakaian metode

pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Devision (

STAD) pada proses pembelajaran matematika.

3. Mengetahui bagaimana keefektifan metode pembelajaran kooperatif

tipe Student Team Achievement Devision ( STAD ) pada proses


(27)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak,

antara lain adalah sebagai berikut :

1. Bagi Siswa

a. Meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam

memecahkan masalah matematika.

b. Menumbuhkan kemampuan kerja sama, berkomunikasi, dan

mengembangkan keterampilan berpikir siswa.

2. Bagi Guru

a. Sebagai masukan untuk meningkatkan keterampilan memilih

metode pembelajaran yang tepat dan bervariasi.

b. Metode dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam memberikan pembelajaran yang menarik bagi

siswa dan menumbuhkan keefektifan siswa dalam pembelajaran.

3. Bagi Sekolah

Meningkatkan mutu pendidik khususnya pada mata pelajaran

matematika.

4. Bagi Peneliti

Peneliti mendapat pengalaman langsung dalam menerapkan

metode kooperaktif tipe STAD pada proses pembelajaran


(28)

E. Batasan Istilah

1. Pembelajaran Kooperatif ( cooperative learning )

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang

menggunakan kelompok-kelompok kecil dimana siswa dalam satu

kelompok saling bekerja sama memecahkan masalah untuk mencapai

tujuan pembelajaran.

2. Metode Pembelajaran Tipe Student Team Achievement Devision (

STAD)

Metode pembelajaran tipe Student Team Achievement Devision

(STAD) adalah salah satu metode pembelajaran kooperatif, dimana

guru menyampaikan materi dan selanjutnya siswa bergabung dengan

kelompoknya untuk menyelesaikan soal-soal. Dalam kelompok

tersebut siswa berdiskusi, kemudian diadakan kuis untuk mengetahui

tingkat pemahaman siswa. Juga diberikan penghargaan untuk

kelompok yang mempunyai skor tertinggi.

3. Efektivitas

Efektivitas adalah pengukuran keberhasilan dalam mencapai

tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini tujuan-tujuan yang

dimaksud adalah tercapainya metode pembelajaran tipe STAD dengan

cara yang sudah ditentukan dan terbukti benar / efektif.

4. Motivasi belajar

Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak yang ada di


(29)

berlangsungnya proses belajar dan memberikan arah pada proses

belajar tersebut sehingga tujuan belajar tercapai.

5. Tanggapan

Tanggapan adalah respon seseorang pada suatu hal, yang

memungkinkan respon baik ataupun kurang baik. Dalam penelitian ini

tanggapan yang diberikan siswa setelah mengalami proses

pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif

tipe STAD. Tanggapan yang dimaksud adalah pendapat siswa terhadap

pembelajaran STAD.

6. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar siswa adalah perubahan tingkah laku yang diperoleh

siswa setelah mengalami aktifitas dan proses belajar dengan

menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dalam

penelitian ini hasil belajar yang digunakan hanya pada ranah kognitif

saja.

7. Statistika

Materi yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah materi

matematika tentang pokok bahasan statistika. Sub bab materi yang

lebih khusus adalah ukuran pemusatan data, ukuran letak data, dan

ukuran penyebaran data untuk data tunggal dan data kelompok.

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Pangudi Luhur St. Vincentius


(30)

pemusatan data, ukuran letak data, dan ukuran penyebaran data pada data

tunggal dan data kelompok. Upaya dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui efektivitas dalam suatu proses pembelajaran, dan juga

kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengalami aktivitas belajar.

Efektivitas pembelajaran tersebut dapat dilihat dari motivasi siswa dan

hasil belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Dari proses

pembelajaran tersebut juga dapat dilihat tanggapan siswa setelah


(31)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (Slavin, 2005:73) merupakan strategi

pembelajaran yang mendorong siswa bekerja sebagai sebuah tim untuk

menyelesaikan suatu masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau

mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya.

Yang diperkenalkan dalam metode pembelajaran cooperative

learning bukan sekedar kerja kelompoknya, melainkan pada

penstrukturannya. Sistem pengajaran cooperative learning bisa

dedefinisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur .

(Anita Lie, 2002:18). Anita Lie berpendapat bahwa pengelompokan

heterogenitas (kemacamragaman) merupakan ciri-ciri yang menonjol

dalam metode pembelajaran cooperative learning (2002:41).

Slavin (2005:103 ) mengatakan pembelajaran kooperatif adalah

solusi ideal terhadap masalah, menyediakan kesempatan interaksi secara

kooperatif dan tidak dangkal kepada para siswa dari latar belakang etnik

yang berbeda. Metode – metode pembelajaran kooperatif secara khusus

menggunakan kekuatan sekolah yang menghapuskan perbedaan untuk

meningkatkan hubungan antarkelompok. Dalam pembelajaran kooperatif


(32)

tugas-tugas di dalam kelas dan juga penghargaan oleh guru, yang mencoba

mengomunikasikan sikap “semua untuk satu, satu untuk semua”.

Roger dan David Johnson dalam (Anita, 2010) mengatakan bahwa

tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk

mencapai hasil yang maksimal, lima unsur metode pembelajaran gotong

royong harus diterapkan, yaitu :

1. Saling Ketergantungan Positif

Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap

anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar

perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota

kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa

mencapai tujuan mereka. Dalam metode STAD setiap kelompok

dibatasi empat sampai lima siswa, dan dalam kelompok tersebut

mereka harus saling berdiskusi, setiap anggota kelompok bertanggung

jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar berhasil.

Setiap siswa mendapat nilainya sendiri dan nilai kelompok. Nilai

kelompok dibentuk dari sumbangan setiap anggota. Beberapa siswa

yang kurang mampu tidak akan merasa minder terhadap

teman-temannya, karena mereka juga memberikan sumbangan. Justru mereka

akan merasa terpacu untuk meningkatkan usaha mereka dan dengan

demikian menaikkan nilai mereka. Di sisi lain, siswa yang lebih pandai

akan berusaha juga untuk membantu teman yang kurang pandai agar


(33)

2. Tanggung Jawab Perseorangan

Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur metode

pembelajaran cooperative learning, setiap siswa akan merasa

bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan

metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam menyusun

tugasnya. Pengajar yang efektif dalam metode pembelajaran

cooperative learning membuat persiapan dan menyusun tugas

sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus

melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam

kelompok bisa dilaksanakan.

3. Tatap Muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan

berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar

untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil

pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran

satu kepala saja. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan,

memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.

4. Komunikasi Antaranggota

Keberhasilan setiap kelompok juga bergantung pada kesediaan para

anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk

mengutarakan pendapat mereka. Namun diharapkan cara

berkomunikasinya efektif, misalnya cara menyanggah pendapat tanpa


(34)

dalam kelompok ini juga merupakan proses yang panjang. Proses ini

merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk

memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan

mental dan emosional para siswa.

5. Evaluasi Proses Kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk

mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar

selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini

tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa

diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali siswa terlibat

dalam kegiatan pembelajaran cooperative learning.

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah metode pembelajaran terstruktur sehingga setiap siswa

memiliki kesempatan untuk memberikan kontribusi yang substansial

kepada timnya, posisi anggota tim adalah setara.

Terdapat beberapa jenis kegiatan pembelajaran kooperatif,

diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Circle of Learning

Belajar bersama ini dikemukakan Johnson & Johnson pada tahun

1987, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Beberapa orang (5-6) dengan kemampuan akademik yang


(35)

b. Mereka saling berbagi pendapat dan saling membantu dengan

kewajiban setiap anggota harus benar-benar memahami jawaban

atau penyelesaian tugas yang diberikan pada kelompok tersebut.

c. Pertanyaan atau permintaan bantuan pada guru hanya jika mereka

benar-benar sudah kehabisan akal.

Hal yang dianggap penting dalam tipe ini adalah adanya saling

ketergantungan dalam arti positif, adanya interaksi tatap muka di

antara anggota, keterlibatan anggota sangatlah diperhitungkan, dan

selain menggunakan keterampilan pribadi juga mengembangkan

keterampilan kelompok.

2. Group Investigation ( GI )

Tipe ini digagas oleh Lazarowitz dkk,1988. Tipe ini menyiapkan siswa

dengan lingkup studi yang luas dan berbagai pengalaman belajar untuk

memberikan tekanan pada aktivitas positif siswa. Karakteristik pada

tipe ini adalah :

a. Kelas dibagi dalam sejumlah kelompok.

b. Kelompok siswa dihadapkan pada masalah dengan berbagai

aspeknya yang dapat meningkatkan daya keingintahuan dan daya

saling ketergantungan positif di antara mereka.

c. Di dalam kelompok siswa terlibat dalam komunikasi aktif untuk


(36)

d. Guru bertindak selaku sumber belajar dan pimpinan tak langsung,

memberikan arah dan klarifikasi jika diperlukan, dan menciptakan

lingkungan belajar yang kondusif.

3. Co-op co-op

Tipe ini dikemukakan oleh Kagan, 1985. Tipe ini berorientasi pada

tugas pembelajaran yang kompleks. Para siswa mengendalikan diri

mereka sendiri tentang apa dan bagaimana mempelajari bahan yang

ditugaskan. Siswa dalam suatu tim menyusun proyek yang dapat

membantu tim lain. Setiap siswa mempunyai topik mini yang harus

diselesaikan dan setiap tim memberikan kontribusi yang menunjang

tercapainya tujuan kelas. Struktur ini memerlukan cara dan

keterampilan bernalar yang tinggi, termasuk menganalisis dan

melakukan sintesis bahan yang dipelajari.

4. Jigsaw

Dikembangkan oleh Aronson, 1978. Langkah-langkah pada tipe ini

adalah sebagai berikut :

a. Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri

dari 4-6 siswa. Pelajaran dibagi dalam beberapa bagian sehingga


(37)

b. Semua siswa dengan bagian pelajaran yang sama belajar bersama

dalam sebuah kelompok dan dikenal sebagai “counterpart group”

atau Kelompok Ahli (KA).

c. Dalam setiap KA siswa berdiskusi dan mengklarifikasi bahan

pelajaran dan menyusun sebuah rencana bagaimana cara mereka

mengajarkannya kepada teman mereka sendiri.

d. Jika sudah siap, siswa kembali ke kelompok mereka, dan

mengajarkan bagian yang dipelajari masing-masing kepada

temannya dalam kelompok jigsaw. Hal ini memberikan

kemungkinan siswa terlibat aktif dalam diskusi dan saling

komunikasi baik di dalam grup jigsaw maupun KA. Keterampilan

bekerja dan belajar secara kooperatif dipelajari langsung di dalam

kegiatan pada kedua jenis pengelompokan. Siswa juga diberikan

motivasi untuk selalu mengevaluasi proses pembelajaran mereka.

5. Numbered Heads Together (NHT)

Digagas oleh Kagan 1985, dengan tahap kegiatan berikut :

a. Siswa dikelompokan, masing-masing kelompok 4 orang. Setiap

anggota diberi satu nomer 1, 2, 3, dan 4.

b. Guru menyampaikan pertanyaan atau tugas.

c. Guru memberitahu siswa untuk berembug sehingga setiap anggota

tim memahami jawaban tim. Guru menyebut salah satu nomer, dan


(38)

d. Tanggapan dari teman lainnya.

e. Kesimpulan

Setiap kelompok terdiri dari siswa yang mempunyai kemampuan

bervariasi. Di sini ketergantungan positif juga dikembangkan. Yang

berkemampuan tinggi bersedia membantu meskipun mereka tidak

dipanggil untuk menjawab. Bantuan yang diberikan dengan motivasi

tanggung jawab atau nama baik kelompok. Yang paling lemah

diharapkan sangat antusias dalam memahami permasalahan dan

jawabannya karena mereka merasa merekalah yang akan ditunjuk oleh

guru untuk menjawab.

6. Team Assited Instruction (TAI)

Slavin (1985) menyatakan telah mengembangkan tipe ini dengan

beberapa alasan. Pertama, tipe ini mengkombinasikan keampuhan

kooperatif dan program pengajaran individual. Kedua, tipe ini

memberikan tekanan pada efek sosial pada belajar kooperatif. Ketiga,

TAI disusun untuk memecahkan masalah dalam program pengajaran.

Model ini juga merupakan model kelompok berkemampuan heterogen.

B. Metode Pembelajaran Student Team Achievement Division ( STAD ) Tipe pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD)

merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling


(39)

para guru yang baru memulai menggunakan pendekatan/pembelajaran

kooperatif.

Pembelajaran tipe STAD ini dikembangkan oleh Slavin. Metode

STAD ini merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling banyak

diaplikasikan dalam praktik pembelajaran.

Secara umum ada 5 komponen dalam pembelajaran kooperatif tipe

STAD, yaitu (2005:143)

1. Presentasi Kelas

Presentasi kelas adalah pengajaran langsung yang dipimpin oleh guru

seperti biasanya, akan tetapi presentasi tersebut haruslah benar-benar

berfokus pada unit STAD. Dengan cara ini para siswa akan menyadari

bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama

presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu

mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor

tim mereka.

2. Tim

Tim terdiri empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari

kelas dalam hal akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas. Fungsi

utama dari tim adalah memastikan bahwa semua anggota tim

benar-benar belajar dan lebih khususnya lagi adalah mempersiapkan

anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru

menyampaikan materi, tim berkumpul untuk mempelajari lembar


(40)

melibatkan permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan

mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang

membuat kesalahan.

Tim adalah fitur yang paling penting dalam STAD. Pada setiap

poinnya, yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan

yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik

untuk tiap anggotanya. Tim ini memberikan dukungan kelompok bagi

kinerja akademik penting dalam pembelajaran, dan itu adalah untuk

memberikan perhatian dan respek mutual yang penting untuk akibat

yang dihasilkan seperti hubungan antarkelompok, rasa harga diri,

penerimaan terhadap siswa-siswa mainstream.

3. Kuis

Setelah satu atau dua periode guru memberikan presentasi dan sekitar

satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis

individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu

dalam mengerjakan kuis. Sehingga, tiap siswa bertanggung jawab

secara individual untuk memahami materinya.

4. Skor Kemajuan Individual

Skor kemajuan induvidual adalah untuk memberikan kepada setiap

siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja

lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada

sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang


(41)

yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang

terbaik. Setiap siswa diberikan skor “awal” yang diperoleh dari

rata-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang

sama. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka

dibandingkan dengan skor awal mereka.

Menurut Slavin (2008 : 159) nilai kemajuan individual dapat dilihat

dengan menggunakan tabel di bawah ini :

Tabel 2.1Nilai Kemajuan Individu

Skor Kuis Poin Kemajuan

Nilai tes terkini turun lebih dari 10 poin di bawah nilai awal 5 Nilai tes terkini turun 1 – 10 poin di bawah nilai awal 10 Nilai tes terkini sama dengan nilai awal sampai dengan 10 di

atas nilai awal 20

Nilai tes terkini lebih dari 10 di atas nilai awal 30 Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal) 30

5. Rekognisi Tim

Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain

apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu.

Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan rata-rata nilai

peningkatan yang diperoleh masing-masing kelompok dengan

memberikan predikat cukup, baik, sangat baik, dan sempurna. Kriteria

untuk status kelompok (muslimin, dkk, 2000) :

1. Cukup, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok kurang dari 15

(rata-rata nilai peningkatan kelompok < 15 )

2. Baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 15 dan 20 (


(42)

3. Sangat baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 20

dan 25 ( 20 ≤ rata-rata nilai peningkatan kelompok < 25 )

4. Sempurna, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok lebih atau

sama dengan 25 (rata-rata nilai peningkatan kelompok ≥ 25 )

C. Efektivitas Pembelajaran

Keefektifan pembelajaran berkenaan dengan jalan, upaya, teknik,

strategi yang digunakan dalam mencapai tujuan secara optimal, cepat dan

tepat (Nana Sudjana, 2010:59). Efektivitas dari proses pembelajaran

diukur dari tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan

pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran guru berperan sebagai

fasilitator untuk berusaha menciptakan kondisi belajar yang efektif.

Efektivitas dapat mengaju pada proses pembelajaran maupun pada

hasil pembelajaran. Efektivitas pembelajaran memiliki dua karekteristik.

Karakteristik pertama adalah memudahkan murid belajar sesuatu yang

bermanfaat, seperti keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup

serasi dengan sesama atau sesuatu hasil belajar yang diinginkan.

Karakteristik kedua adalah bahwa keterampilan diakui oleh mereka yang

berkompeten menilai, seperti guru-guru, pelatih guru-guru, pengawas,


(43)

D. Motivasi Siswa

Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai

kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu

tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung,

tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan,

dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu,

menurut Isbandi Rukminto Adi dalam (Hamzah B. Uno, 2008 : 3).

Sedangkan menurut Winkel (1996 : 51) motif adalah daya

penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi

mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian, motivasi merupakan

dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan

perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.

Dari definisi di atas, dapat diketahui bahwa motivasi terjadi apabila

seseorang mempunyai keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu

kegiatan atau tindakan dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Sehingga

motivasi belajar adalah dorongan yang timbul dalam diri siswa untuk

melakukan berbagai usaha dalam proses belajarnya, sehingga siswa dapat

mencapai hasil/tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Hamzah B. Uno (2008 : 23) menjelaskan bahwa motivasi dan

belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah

perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi

sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice) yang


(44)

Motivasi belajar dapat timbul karena adanya faktor intrinsik dan

faktor ekstrinsik. Kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan

tertentu, sehingga siswa berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar

yang lebih giat dan bersemangat. Faktor intrinsik berupa hasrat dan

keinginan berhasil, dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan

cita-cita. Motivasi intrinsik adalah bentuk motivasi yang berasal dari dalam diri

subyek yang belajar (Winkel,1987:95). Sedangkan faktor ekstrinsik adalah

adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan

belajar yang menarik. Motivasi ekstrinsik menurut Winkel (1987:94)

aktivitas belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan kebutuhan dan

dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar

sendiri.

Motivasi juga berfungsi sebagai pendorong usaha untuk mencapai

prestasi dalam belajar matematika. Seorang siswa melakukan usaha untuk

belajar matematika karena adanya motivasi. Jika motivasi belajar

matematika baik, maka akan menunjukan hasil yang baik pula. Adanya

usaha yang tekun untuk belajar matematika dan didasari motivasi maka

siswa akan mendapatkan prestasi yang baik dalam matematika.

Menurut Winkel (1987:97-98) ciri-ciri siswa yang mempunyai

motivasi belajar adalah:

a. Kecenderungan mengerjakan tugas-tugas belajar yang menantang,


(45)

b. Keinginan untuk bekerja dan berusaha sendiri, serta menemukan

penyelesaian masalah sendiri, tanpa disuapi terus menerus oleh

guru.

c. Keingian kuat untuk maju dan mencari taraf keberhasilan yang

sedikit di atas taraf yang telah tercapai sebelumnya.

d. Orientasi pada masa depan. Kegiatan belajar dipandang sebagai

jalan menuju ke realisasi cita-cita.

e. Pemilihan teman kerja atas dasar kemampuan teman itu untuk

menyelesaikan tugas belajar bersama, bukan atas dasar rasa simpati

atau perasaan senang terhadap teman itu.

f. Keuletan dalam belajar biarpun menghadapi rintangan

Ciri-ciri siswa yang mempunyai motivasi belajar menurut

Sardiman (1987:83) adalah sebagai berikut :

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam

waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak

memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin

(tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).

c. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat

mekanisme, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).

d. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan

sesuatu).


(46)

Dari berbagai uraian yang dipaparkan, kisi-kisi penyusunan

instrumen untuk pengukuran motivasi belajar dalam penelitian ini

berpedoman pada ciri-ciri siswa yang memiliki motivasi belajar yang

tinggi menurut Sardiman dan Winkel, antara lain :

a. Ulet dalam menghadapi kesulitan belajar matematika dan berusaha

menyelesaikannya.

b. Mempunyai keinginan yang kuat untuk berprestasi dalam belajar

matematika.

c. Berusaha memahami dan mengusai materi pelajaran matematika.

d. Tekun dalam menghadapi dan mengerjakan tugas-tugas yang

diberikan.

e. Mempunyai minat yang besar terhadap masalah belajar serta

mencoba mencari dan memecahkan masalah/soal-soal.

f. Mempunyai keinginan besar untuk berhasil dalam belajar serta

berusaha bekerja dan belajar sendiri tanpa bantuan orang lain.

E. Tanggapan

Grasha-Riechmann dalam Nasution (2005 : 104) menemukan

beberapa macam gaya respon atau tanggapan siswa, yaitu :

1. Siswa berdikari, siswa dapat berpikir sendiri dan bekerja sendiri tanpa


(47)

2. Siswa yang tidak dapat berdiri sendiri, siswa ini mempunyai rasa ingin

tahu intelektual yang rendah, belajar hanya apa yang ditugaskan dan

diharuskan serta bergantung pada atasan untuk melakukan sesuatu.

3. Siswa yang kooperatif, siswa ini suka belajar bersama dalam

kelompok.

4. Siswa yang suka bersaing, yang kompetatif, siswa ini cenderung

berusaha melebihi orang lain.

5. Siswa yang suka berpartisipasi, siswa ini suka belajar bila ditugaskan

atau diharuskan.

6. Siswa yang mengelakkan pelajaran, siswa ini tidak berminat untuk

belajar.

Berdasarkan pengelompokan di atas dapat dilihat bahwa siswa

tidak semua belajar dan berpikir dengan cara yang sama. Memberi

perlakuan dengan cara yang sama, tentu akan merugikan siswa, sehingga

tidak dapat mencapai target belajar yang tinggi. Oleh karena itu

tercapainya target pembelajaran dengan suatu metode dapat dilihat dari

tanggapan siswa dengan penggunaan metode tersebut.

F. Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Winkel ( 2004 : 57 ) adalah perubahan yang

dialami siswa setelah terjadinya kegiatan belajar. Menurut Winkel

perubahan tersebut meliputi hal-hal internal dan eksternal. Hal-hal yang


(48)

Sedangkan hal-hal yang bersifat eksternal meliputi perubahan pada

psikomotorik.

Terjadinya proses perubahan dari belum mampu ke arah sudah

mampu, dan proses perubahan itu terjadi selama jangka waktu tertentu.

Adanya perubahan dalam pola perilaku inilah yang menandakan telah

terjadi belajar. Makin banyak kemampuan yang diperoleh sampai menjadi

milik pribadi, makin banyak pula perubahan yang telah dialami (Winkel,

1987:34 ). Selanjutnya, kemampuan-kemampuan itu digolongkan menjadi

kemampuan kognitif yang meliputi pengetahuan, dan pemahaman;

kemampuan sensorik-psikomotorik yang meliputi keterampilan melakukan

rangkaian gerak-gerik dalam urutan tertentu; kemampuan dinamik-afektif

yang meliputi sikap dan nilai, yang meresapi perilaku dan tindakan.

Penggolongan ini sepadan dengan penggolongan atas bidang belajar

kognitif, belajar sensorik-psikomotorik, dan belajar dinamik-afektif.

Semua perubahan di bidang itu merupakan suatu hasil belajar dan

mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan,

baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan

klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar

membaginya menjadi tiga ranah, yaitu :

1. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam


(49)

sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat

rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

2. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni

penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan

internalisasi.

3. Ranah Psikomotorik

Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan

bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni gerakan refleks,

keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan

atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif

dan interpretatif.

Ketiga aspek tersebut menjadi obyek penilaian hasil belajar. Di

antara ketiga ranah tersebut, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai

oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa

dalam menguasai isi bahan pengajaran.

Dalam penelitian ini, rumusan masalah mengenai hasil belajar yang

peneliti teliti adalah lebih pada perubahan kognitif saja. Hasil belajar

tersebut dapat terlihat dari hasil latihan-latihan soal yang dikerjakan oleh

siswa baik individu maupun kelompok dan tes hasil belajar siswa. Hasil

belajar yang akan dipaparkan dalam penelitian ini adalah berdasarkan


(50)

dalam sub pokok bahasan data tunggal dan data kelompok adalah sebagai

berikut :

a. Siswa dapat menentukan ukuran pemusatan data pada data tunggal

b. Siswa dapat menentukan ukuran letak data pada data tunggal

c. Siswa dapat menentukan ukuran penyebaran data pada data tunggal

d. Siswa dapat menentukan ukuran pemusatan data pada data

kelompok

e. Siswa dapat menentukan ukuran letak data pada data kelompok

f. Siswa dapat menentukan ukuran penyebaran data pada data

kelompok

G. Statistika

Statistika merupakan salah satu cabang matematika terapan yang

mempelajari tentang cara-cara dan aturan tentang pegumpulan data,

pengolahan data, analisis data, penyajian, dan penarikan kesimpulan.

Data adalah bahan mentah yang perlu diolah sehingga

menghasilkan informasi atau keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif

yang menunjukkan fakta ( Riduwan : 2008 ). Data juga merupakan hasil

pengukuran dari suatu variabel. Untuk mengukur data tersebut digunakan

skala pengukuran, maksud dari skala pengukuran ini untuk

mengklarifikasikan variabel yang akan diukur supaya tidak terjadi


(51)

selanjutnya ( Riduwan : 2008 ). Menurut Riduwan (2007:32) jenis skala

pengukuran adalah sebagai berikut :

a. Skala Nominal

Skala nominal yaitu skala yang paling sederhana disusun menurut

jenis (katagorinya) atau fungsi bilangan hanya sebagai simbol

untuk membedakan sebuah karakteristik dengan karakteristik

lainnya. Adapun ciri-ciri skala nominal antara lain : hasil

perhitungan dan tidak dijumpai bilangan pecahan, angka yang

tertera hanya label saja, tidak mempunyai urutan (rangking), tidak

mempunyai ukuran baru, dan tidak mempunyai nol mutlak.

Contoh data nominal adalah sebagai berikut :

Seorang peneliti menghadapi data yang berkaitan dengan jenis

kelamin (perempuan dan laki-laki). Agar peneliti dapat

menggunakan statistika dalam analisisnya, dituntut untuk

melakukan perubahan data tersebut menjadi bentuk angka. Jika

peneliti menggunakan angka 1 sebagai simbol jenis kelamin

perempuan dan angka 2 sebagai simbol jenis kelamin laki-laki,

maka angka 1 dan 2 merupakan intial dari jenis kalamin perempuan

dan laki-laki. Untuk selanjutnya peneliti akan selalu berhadapan

dengan angka 1 dan 2. Dalam hal ini angka 2 bukan berarti lebih

besar daripada angka 1, karena angka-angka tersebut hanya sebagai


(52)

b. Skala Ordinal

Skala ordinal ialah skala yang didasarkan pada ranking, diurutkan

dari jenjang yang lebih tinggi sampai jenjang terendah atau

sebaliknya. Sudah mempunyai daya pembeda, tetapi perbedaan

angka yang satu dengan yang lainnya tidak konstan.

Contoh skala ordinal adalah sebagai berikut :

Hasil ujian akhir suatu SMA menyatakan bahwa :

(1) Siswa A sebagai juara 1, (2) Siswa B sebagai juara 2, (3) Siswa

C sebagai juara 3, (4) Siswa C sebagai juara 4, dst, (Agus Irianto,

2010 : 18)

c. Skala Interval

Skala interval adalah skala yang menunjukkan jarak antara satu

data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama, tetapi

tidak mempunyai angka 0 mutlak.

Contoh skala interval adalah sebagai berikut :

Nilai siswa mempunyai rentang 0 sampai dengan 10.

Temperatur mempunyai rentang dari 0 sampai dengan 100 celcius

(Agus Irianto, 2010 : 19).

d. Skala Ratio

Skala ratio adalah skala pengukuran yang mempunyai nilai nol


(53)

Contoh skala ratio adalah sebagai berikut :

Ukuran berat badan, tinggi badan, umur, dan lain-lain. Seseorang

yang mempunyai berat badan 100 kg adalah dua kali beratnya dari

orang yang mempunyai berat badan 50 kg. Jika berat suatu benda

adalah 0, maka benda tersebut benar-benar tidak mempunyai berat

(Agus Irianto, 2010 : 20).

Sifat-sifat data berdasarkan jenis data dapat dilihat dalam tabel

sebagai berikut (Husaini, 2008:22) :

Tabel 2.2 Sifat Jenis Data Eksklusif dan beda Urutan Ukuran baru dan jarak Nol Mutlak Ukuran Pusat Ukuran Dispersi Uji Signifikansi

Nominal √ - - - Mode -

Ordinal √ √ - - Median Kuartil Korelasi Rank

Interval √ √ √ - Mean

Aritmetik

SD

Varians ,

Rasio √ √ √ √ Mean

Geometrik

Coefisien

Varians ,

Dalam penelitian ini materi statistika yang akan dipelajari adalah

ukuran pemusatan data, ukuran letak data, dan ukuran penyebaran data

pada data tunggal dan data kelompok. Berikut adalah penjelasan dari

materi data tunggal dan materi data kelompok :

1. Materi Data Tunggal

Materi data tunggal yang akan dipelajari pada penelitian ini adalah

sebagai berikut ( Sartono, 2007 dan Murniati, 2007 ):

a. Ukuran pemusatan Data

Pemusatan data merupakan nilai tunggal yang mewakili semua data


(54)

data. Pemusatan data terdiri dari rata-rata, data yang paling sering

muncul, dan nilai tengah suatu data. Selanjutnya rata-rata sering

disebut dengan istilah mean, data paling sering muncul disebut

dengan istilah modus, sedangkan nilai tengah dari suatu data disebut

dengan istilah median.

1. Rataan ( Mean )

Rataan dari suatu data tunggal adalah perbandingan jumlah semua

nilai dengan banyak datum. Dengan demikian,

= ℎ

Jika suatu data terdiri atas nilai-nilai , , , , …, , maka

rataan dari data tersebut ditentukan dengan rumus berikut :

̅ = …

Dengan: ̅ (dibaca : x bar ) = rataan dari suatu data

n = banyak datum yang diamati, disebut ukuran data

Contoh :

Hitunglah rataan dari data 4, 5, 6, 7, 8, 10, 10, 10

Jawab :

Banyak datum dari data yang diamati adalah 8, maka n = 8

Maka nilai rataan dari data yang diamati adalah

= ̅ = 4 + 5 + 6 + 7 + 8 + 10 + 10 + 10

8 =

60


(55)

2. Modus

Modus dari suatu data tunggal yang terdiri atas nilai-nilai

, , , … , ditentukan sebagai nilai datum yang paling

sering muncul atau nilai datum yang mempunyai frekuensi

terbesar.

Suatu data dapat saja memiliki lebih dari satu modus atau

kadang-kadang tidak memiliki modus sama sekali. Hal ini terlihat pada

contoh berikut :

a. Data 3, 4, 4, 5, 5, 6, 6, 6, 7, 7 mempunyai modus 6.

Sebab nilai datum 6 paling sering muncul, yaitu sebanyak 3

kali.

b. Data 4, 5, 6, 7, 7, 8, 8, 9, 10 mempunyai modus 7 dan 8.

Sebab nilai datum 7 dan 8 secara bersamaan paling sering

muncul, yaitu sebanyak 2 kali.

c. Data 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 13 tidak mempunyai modus.

Sebab dari data ini tidak mempunyai nilai datum yang paling

sering muncul.

Dari contoh di atas tampak bahwa :

 Ada data yang hanya mempunyai satu modus, maka disebut unimodus, jika ada data yang mempunyai dua modus, disebut maka bimodus, dan ada pula data yang mempunyai lebih dari dua modus maka disebut


(56)

 Ada data yang sama sekali tidak mempunyai modus.

3. Median

Median untuk data tunggal adalah suatu nilai yang membagi

data menjadi dua bagian yang sama banyaknya setelah data

tersebut diurutkan dari yang terkecil hingga yang terbesar.

Misalnya terdapat data , , , …, dengan < <

, … < .

Tabel 2.3 Rumus Median untuk Data Tunggal

Ukuran Data ( n ) Keterangan Notasi

Ganjil Median adalah nilai data ke- = Genap Median adalah setengah dari

jumlah nilai data ke- dan nilai data ke- + 1 atau median adalah rataan dari nilai data ke- dan nilai data ke- + 1

= 1

2 +

Contoh:

Tentukan median dari setiap data berikut :

a) 9, 5, 10, 4, 7

b) 12, 11, 7, 8, 6, 13, 9, 10

Jawab :

a) Nilai data setelah diurutkan dari yang terkecil :

4 5 7 9 10

Nilai-nilai dalam data yang telah diurutkan dengan ukuran

data n = 5 sehingga data tersebut berukuran ganjil. Maka


(57)

= = = 7

Dalam bentuk bagan, median dari data di atas dapat

digambarkan sebagai berikut

Gambar 2.1 Ilustrasi Menentukan Median Data Tunggal Nilai Ganjil

4 5 7 9 10

Jadi, median dari data tersebut adalah = 7

b) Nilai data setelah diurutkan dari yang terkecil :

6 7 8 9 10 11 12 13

Nilai-nilai dalam data yang telah diurutkan dengan ukuran

data n = 8 sehingga data tersebut berukuran genap. Maka

median dapat dicari :

= 1

2 +

= 1

2( + )

= 1

2( 9 + 10)

= 9,5

Dalam bentuk bagan, median dari data di atas dapat

digambarkan sebagai berikut


(58)

Gambar 2.2 Ilustrasi Menentukan Median Data Tunggal Nilai Genap

6 7 8 9 ● 10 11 12 13

b. Ukuran Letak Data

Ukuran letak data yang biasanya akan dipelajari di tingkat SMA

adalah kuartil dan desil.

1. Kuartil

Kuartil adalah nilai yang membagi data menjadi empat bagian

yang sama banyak, setelah data tersebut diurutkan dari data yang

terkecil hingga data yang terbesar. Terdapat tiga buah kuartil, yaitu

:

 Kuartil pertama atau kuartil bawah dilambangkan ( )

membagi data menjadi bagian dan bagian.

 Kuartil kedua atau kuartil tengah atau median dilambangkan

( ) membagi data menjadi bagian dan bagian

 Kuartil ketiga atau kuartil bawah dilambangkan ( )

membagi data menjadi bagian dan bagian.

Misalkan suatu data dengan ukuran n disajikan dalam bentuk

statistik jajaran , , , …, , , letak atau lokasi kuartil

= 1

2( 4+ 5) =

1

2(9 + 10) = 9,5

= 1

2( 4+ 5) =

1

2(9 + 10) = 9,5

= 1

2( 4+ 5) =

1


(59)

pertama , kuartil kedua, dan kuartil ketiga dari data tersebut dapat

ditunjukan dengan menggunakan bagan sebagai berikut :

Gambar 2.3 Letak Kuartil dari Data Tunggal

Cara menentukan kuartil-kuartil dari data tunggal adalah sebagai

berikut :

a) Mengurutkan data dari nilai yang terkecil hingga yang

terbesar.

b) Menentukan median atau kuartil kedua ( )

c) Menentukan nilai kuartil pertama ( ). Nilai ini ditentukan

sebagai median semua nilai data yang kurang dari ( )

d) Menentukan nilai kuartil pertama ( ). Nilai ini ditentukan

sebagai median semua nilai data yang lebih dari ( )

Contoh :

Tentukan kuartil pertama ( ) , kuartil kedua ( ) , dan kuartil

ketiga ( ) dari data berikut

1) 18, 9, 1, 21, 1, 6, 14

2) 4, 4, 7, 8, 7, 4, 8, 4, 9, 10, 8, 3, 5, 12

● ● ● ●

1 4

3 4 2


(60)

Jawab :

1) Nilai data setelah diurutkan dari yang terkecil :

1 1 6 9 14 18 21

= 1 + 6

2 = 3,5

= 9

= 14 + 18

2 = 16

2) Nilai data setelah diurutkan dari yang terkecil :

3 4 4 4 4 5 7 7 8 8 8 9 10 12

= 4

= 7 + 7

2 = 7

= 8

2. Desil

Desil adalah nilai yang membagi data menjadi sepuluh bagian

yang sama banyak setelah data tersebut diurutkan dari yang

terkecil hingga yang terbesar. Untuk statistik jajaran dengan

ukuran data n > 10, dapat ditentukan sembilan buah nilai yang

membagi statistik jajaran itu menjadi 10 bagian yang sama.

Kesembilan buah nilai itu disebut desil, yaitu :

 Desil pertama ( ), mempartisi data menjadi bagian dan bagian


(61)

 Desil pertama ( ), mempartisi data menjadi bagian dan bagian

 . . . ,

 Desil pertama ( ), mempartisi data menjadi bagian dan bagian

 Dan seterusnya ..

c. Ukuran Penyebaran Data

Ukuran penyebaran data atau ukuran dispersi menunjukan seberapa

besar nilai-nilai dalam suatu data memiliki nilai yang berbeda.

Beberapa ukuran penyebaran data yang akan dibahas adalah

jangkauan atau rentang, jangkauan antar kuartil, simpangan kuartil,

langkah, pagar dalam, pagar luar, serta ragam dan simpangan baku.

1. Jangkauan

Jangkauan adalah ukuran penyebaran data yang sederhana.

Selisih antara nilai terbesar ( statistik maksimum ) dengan nilai

terkecil (statistik minimum ). Jangkauan juga dapat disebut

dengan rentang, atau range. Jangkauan dapat dinotasikan

sebagai berikut :

= = −

2. Hamparan

Hamparan adalah selisih antara kuartil ketiga dengan kuartil


(62)

rentang antar kuartil, jangkauan antar kuartil. Hamparan dapat

dinotasikan sebagai berikut :

= −

3. Simpangan kuartil

Simpangan kuartil adalah setengah kali panjang hamparan.

Simpangan kuartil juga dapat disebut dengan rentang semi

antar kuartil. Simpangan kuartil dapat dinotasikan sebagai

berikut :

= 1

2 =

1

2( − )

4. Langkah

Langkah adalah satu setengah kali panjang satu hamparan.

Langkah dapat dinotasikan sebagai berikut :

= 11

2 = 1

1

2( − )

5. Pagar Dalam dan Pagar Luar

Pagar dalam adalah sebuah nilai yang letaknya satu langkah di

bawah kuartil pertama ( ). Pagar dalam dapat dinotasikan

sebagai berikut :

= −

Pagar luar adalah sebuah nilai yang letaknya satu langkah di

atas kuartil ketiga ( ). Pagar luar dapat dinotasikan sebagai

berikut :


(63)

Pagar dalam dan pagar luar digunakan sebagai batas penentu

normal atau tidaknya nilai data. Suatu nilai data dapat

dinyatakan normal atau tidak normal jika memenuhi syarat

sebagai berikut :

a) Untuk tiap nilai data yang terletak di antara batas-batas

pagar-dalam dan pagar-luar − ≤ ≤ + disebut data normal. Data disebut normal jika nilai data yang satu

dengan nilai data yang lain tidak jauh berbeda.

b) Untuk tiap nilai data yang kurang dari pagar dalam

> + merupakan data tak normal. Data yang tak

normal ini disebut juga pencilan. Jadi, jelas bahwa data

pencilan adalah data yang tidak konsisten dalam

kelompoknya.

Keberadaan data yang tak normal atau pencilan pada suatu

kumpulan data akan menimbulkan kecurigaan. Sehingga

pencilan itu perlu dikaji secara seksama, apa yang menjadi

penyebabnya.

Ada beberapa kemungkinan penyebab munculnya data pencilan

dalam suatu kumpulan data, di antaranya sebagai berikut :

a) Terjadinya kesalahan ketika mencatat nilai data

b) Terjadinya kesalahan ketika melakukan pengukuran,

kesalahan ketika membaca alat ukur, atau kesalahan ketika


(64)

c) Bukan salah catat dan bukan salah ukur, tetapi data itu

memang diperoleh dari objek yang aneh (anomali) atau

menyimpang. Data tersebut dinamakan sebagai data yang

berbeda asal.

6. Statistik Lima Serangkai

Statistik lima serangkai adalah lima buah nilai statistik setelah

data diurutkan dari data terkecil hingga data terbesar, yaitu

statistik ekstrim (yaitu statistik minimum dan statistik

maksimum ) dan kuartil-kuartil (kuartil pertama ,

kuartil kedua , dan kuartil ketiga ) yang merupakan lima

buah nilai statistik yang dapat menentukan statistik jajaran

suatu data.

Statistik lima serangkai dapat ditampilkan dalam bentuk bagan

seperti berikut :

Gambar 2.4 Posisi Statistika Lima Serangkai

● ● ● ● ●

Contoh :

Hasil pengukuran berat badan (dalam kg) dari 14 bola logam

dengan diameter sama adalah :

7,0 5,6 6,1 7,2 6,9 6,7 5,4 6,0 6,5 5,7 6,2 6,3 5,9 6,6

Tentukan statistik lima serangkainya


(65)

5,4 5,6 5,7 5,9 6,0 6,1 6,2 6,3 6,5 6,6 6,7 6,9 7,0 7,2

Statistik minimum = = = 5,4

Statistik maksimum = = = 7,2

5,4 5,6 5,7 5,9 6,0 6,1 6,2 ● 6,3 6,5 6,6 6,7 6,9 7,0 7,2

= 5,9

= 6,2 + 6,3

2 = 6,25

= 6,7

Jadi, statistik lima serangkainya adalah = 5,4 =

7,2 = 5,9 = 6,25 = 6,7.

7. Simpangan Rata-rata

Simpangan rata-rata juga dapat disebut dengan istilah deviasi

rata-rata. Simpangan rata-rata merupakan ukuran penyebaran

data terhadap rataan hitungnya. Simpangan rata-rata dapat

disimbolkan dengan SR. SR untuk data tunggal dapat

ditentukan dengan rumus seperti berikut :

= 1 | − ̅|

Keterangan :

= banyaknya data

= nilai data ke- i

̅ = rataan hitung Contoh :


(66)

Jawab :

= 8

̅ = 1 + 3 + 4 + 5 + 8 + 10 + 12 + 13

8 =

56

8 = 7

= 1

8( |1−7| + |3−7| + |4−7| + |5−7| + |8−7| + |10−7| + |12−7| + |13−7|)

= ( 6 + 4 + 3 + 2 + 1 + 3 + 5 + 6)

= 3,75

Jadi, simpangan rata-rata dari data di atas adalah 3,75

8. Ragam dan Simpangan Baku

Ukuran penyebaran data yang mempunyai hubungan dengan

nilai rata-rata dari suatu data adalah ragam dan simpangan

baku.

Misalkan ̅ adalah rataan dari data tunggal , , , …, , maka :

Ragam atau variansi data itu adalah :

= 1 ( − ̅)

Simpangan baku atau standar deviasi data itu adalah :

= = 1 ( − ̅)

Keterangan :

= ukuran data

= nilai dat ke- i


(67)

46 Contoh :

Tentukan ragam dan simpangan baku dari data : 1, 3, 4, 5, 10,

12, 13

Jawab :

= 8

̅ = 1 + 3 + 4 + 5 + 10 + 12 + 13

8 =

48

8 = 6

= ∑( − ̅)

= ( 1−6) + ( 3−6) + ( 4−6) + ( 5−6) + ( 10−6) + ( 12−6) + ( 13−6) 8

= (−5) + (−3) + (−2) + (−1) + 4 + ( 6) + ( 7)

8

= 25 + 9 + 4 + 1 + 16 + 49

8

= 104

8 = 13

= = √13 = 3,61

Jadi, data tersebut mempunyao ragam 13 dan simpangan baku

3,61

2. Materi Data kelompok

Materi data kelompok yang akan dipelajari pada penelitian ini adalah


(68)

a. Ukuran pemusatan Data

Pemusatan data merupakan nilai tunggal yang mewakili semua data

atau kumpulan pengamatan dimana nilai tersebut menunjukan pusat

data. Pemusatan data terdiri dari rata-rata, data yang paling sering

muncul, dan nilai tengah suatu data. Selanjutnya rata-rata sering

disebut dengan istilah mean, data paling sering muncul disebut

dengan istilah modus, sedangkan nilai tengah dari suatu data disebut

dengan istilah median.

1. Rata-rata ( mean )

Rataan dari suatu data yang disajikan dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi untuk data tunggal maupun berkelompok

dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

̅ = ∑

Dengan : menyatakan frekuensi untuk nilai data ke- i

∑ = menyatakan ukuran data

Untuk data yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi berkelompok, maka menyatakan nilai titik tengah

dan r menyatakan banyak kelas. Maka dalam data berkelompok

dapat dinotasikan sebagi berikut :

̅ = ∑

∑ Keterangan :


(69)

= =

Contoh 1

Tentukan rataan dari data yang disajikan dengan tebel distribusi

frekuensi tunggal berikut ini.

Tabel 2.4 Contoh Data untuk Mencari Mean Data Kelompok pada Contoh 1

Nilai ulangan ( ) Frekuensi ( )

2 2 4

3 4 12

4 5 20

5 8 40

6 11 66

7 6 42

8 4 32

= 40 = 216

Jawab :

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh :

∑ = = 40dan ∑ = 216

Maka ̅ = ∑

∑ = = 5,4

Contoh 2

Tentukan rataan dari data yang disajikan dengan tebel distribusi

frekuensi berkelompok berikut ini.

Tabel 2.5 Contoh Data untuk Mencari Mean Data kelompok pada Contoh 2

Hasil pengukuran (dalam mm)

Titik tengah ( ) Frekuensi ( )

119 – 127 123 3 369

128 – 136 132 6 792

137 – 145 141 10 1.410


(1)

Siswa X Y XY

11 15 80 225 6400 1200 12 2 61 4 3721 122 13 15 76 225 5776 1140 14 3 59 9 3481 177 15 15 76 225 5776 1140 16 2 27 4 729 54 17 2 54 4 2916 108 18 0 58 0 3364 0 19 14 73 196 5329 1022 20 15 75 225 5625 1125

175 1269 2155 84313 12218

Sehingga koefisien relasi untuk soal nomer 4 adalah

= 244360−222075

{43100−( 175) }{1686260−( 1269) }= 0,72

Persiapan Perhitungan Validitas Item Soal Tes Hasil Belajar Materi Data Tunggal Nomer 5

Siswa X Y XY

1 10 76 100 5776 760 2 19 75 361 5625 1425 3 10 71 100 5041 710 4 3 67 9 4489 201 5 3 39 9 1521 117 6 0 47 0 2209 0 7 3 62 9 3844 186 8 10 73 100 5329 730 9 6 69 36 4761 414 10 3 51 9 2601 153 11 10 80 100 6400 800 12 10 61 100 3721 610 13 9 76 81 5776 684 14 10 59 100 3481 590 15 9 76 81 5776 684 16 0 27 0 729 0 17 10 54 100 2916 540 18 10 58 100 3364 580 19 10 73 100 5329 730 20 9 75 81 5625 675

154 1269 1576 84313 10589

Sehingga koefisien relasi untuk soal nomer 5 adalah

= 211780−195426

{31520−( 154) }{1686260−( 1269) }= 0,67

Persiapan Perhitungan Validitas Item Soal Tes Hasil Belajar Materi Data Tunggal Nomer 6

Siswa X Y XY

1 9 76 81 5776 684 2 9 75 81 5625 675 3 9 71 81 5041 639


(2)

7 11 62 121 3844 682 8 13 73 169 5329 949 9 11 69 121 4761 759 10 0 51 0 2601 0 11 13 80 169 6400 1040 12 9 61 81 3721 549 13 9 76 81 5776 684 14 9 59 81 3481 531 15 9 76 81 5776 684 16 1 27 1 729 27 17 9 54 81 2916 486 18 9 58 81 3364 522 19 9 73 81 5329 657 20 9 75 81 5625 675

189 1269 2043 84313 12382

Sehingga koefisien relasi untuk soal nomer 6 adalah

= 247640−239841

{40860−( 189) }{1686260−( 1269) }= 0,39

Persiapan Perhitungan Validitas Item Soal Tes Hasil Belajar Materi Data Tunggal Nomer 7

Siswa X Y XY

1 8 76 64 5776 608 2 7 75 49 5625 525 3 7 71 49 5041 497 4 7 67 49 4489 469 5 7 39 49 1521 273 6 8 47 64 2209 376 7 7 62 49 3844 434 8 7 73 49 5329 511 9 7 69 49 4761 483 10 6 51 36 2601 306 11 6 80 36 6400 480 12 8 61 64 3721 488 13 7 76 49 5776 532 14 7 59 49 3481 413 15 8 76 64 5776 608 16 0 27 0 729 0 17 6 54 36 2916 324 18 7 58 49 3364 406 19 8 73 64 5329 584 20 7 75 49 5625 525

135 1269 967 84313 8842

Sehingga koefisien relasi untuk soal nomer 7 adalah

= 176840−171315


(3)

Analisis Realibilitas Tes Hasil Belajar Materi Data Tunggal

No. nama soal (total skor) Y

1 2 3 4 5 6 7

1. 1 8 8 20 13 10 9 8 76 5776 3. 2 8 8 20 4 19 9 7 75 5625 4. 3 8 7 17 13 10 9 7 71 5041 5. 4 3 8 19 12 3 15 7 67 4489

6. 5 4 7 5 2 3 11 7 39 1521

7. 6 4 8 10 2 0 15 8 47 2209 8. 7 8 7 15 11 3 11 7 62 3844 9. 8 8 7 17 11 10 13 7 73 5329 10. 9 8 8 16 13 6 11 7 69 4761 12. 10 4 8 19 11 3 0 6 51 2601 13. 11 8 8 20 15 10 13 6 80 6400 14. 12 4 8 20 2 10 9 8 61 3721 15. 13 8 8 20 15 9 9 7 76 5776 16. 14 8 7 15 3 10 9 7 59 3481 17. 15 8 7 20 15 9 9 8 76 5776 18. 16 4 8 12 2 0 1 0 27 729 19. 17 7 8 12 2 10 9 6 54 2916 20. 18 8 7 17 0 10 9 7 58 3364 21. 19 8 8 16 14 10 9 8 73 5329 22. 20 7 8 20 15 9 9 7 75 5625


(4)

∑x² 955 1175 5764 2155 1576 2043 967 varian per soal 3,5275 0,2275 15,95 31,1875 19,51 12,8475 2,7875 86,0375

var total 189,7475


(5)

vii ABSTRAK

Meline Kusuma Mahardika. 2012. Efektivitas Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division ( STAD ) Terhadap Motivasi, Tanggapan dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur St. Vincentius Giriwoyo pada Pokok Bahasan Statistika Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi. Yogyakarta : PENDIDIKAN MATEMATIKA, JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM, FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN, UNIVERSITAS SANATA DHARMA.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran bagaimana efektivitas metode pembelajaran kooperatif tipe STAD pada proses pembelajaran terhadap motivasi siswa, bagaimana tanggapan siswa terhadap pemakaian metode pembelajaran kooperatif tipe STAD pada proses pembelajaran, dan bagaimana efektivitas metode pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi statistika terhadap hasil belajar siswa.

Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur St. Vincentius Giriwoyo, tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 22 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket, soal tes hasil belajar siswa, daftar pertanyaan wawancara siswa. Analisis data angket dilakukan dengan cara menghitung skor untuk motivasi siswa dalam belajar matematika menggunakan metode pembelajaran kooperatif STAD. Analisis tes hasil belajar siswa dengan cara menghitung rata-rata untuk melihat efektivitas penggunaan metode pembelajaran kooperatif STAD. Sedangkan analisis tanggapan siswa dengan cara menarik kesimpulan berdasarkan hasil wawancara dengan enam sampel siswa untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penggunaan metode pembelajaran kooperatif STAD.

Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) Motivasi siswa dalam belajar matematika menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah tinggi, yaitu dengan dengan perolehan skor motivasi sebesar 2,87 dari skala 4. (2) tanggapan siswa terhadap penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam belajar matematika adalah senang dan antusias, hal ini terlihat dari hasil wawancara dengan keenam sampel siswa yang berpendapat menyukai metode pembelajaran STAD dalam belajar matematika. Siswa merasa senang berdiskusi karena dapat berpendapat dan menyelesaikan masalah secara bersama-sama. Siswa merasa kesulitan saat mencoba menjelaskan materi pada teman yang belum paham materi. (3) Hasil belajar siswa menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD secara rata-rata adalah baik yaitu, 75 % untuk materi data tunggal dan 70 % untuk materi data kelompok.


(6)

viii ABSTRACT

Meline Kusuma Mahardika. 2012. The Effectiveness of Applying Cooperative Learning Method of Student Teams Achievement Division (STAD) Type toward Motivation, Response and Result of XI IPS 1 Students in SMA Pangudi Luhur St. Vincentius Giriwoyo on the Statistic Topic, 2012/2013 academic year. Thesis. Yogyakarta: MATHEMATIC EDUCATION STUDY PROGRAM, SCIENCE AND MATHEMATIC EDUCATION DEPARTMENT, TEACHERS TRAINING AND EDUCATION FACULTY, SANATA DHARMA UNIVERSITY.

The research aims to investigate the representation how the effectiveness of STAD cooperative learning method in the learning process toward the students’ motivation, response and result on statistic learning topic.

The subject taken was grade of XI IPS 1 in SMA Pangudi Luhur St. Vincentius Giriwoyo of 2012-2013 academic year as many as 22 students. The instruments used were questionnaire, students’ result data and list of questions for interviewing the students. Then, the questionnaire result was analyzed by calculating the score for the students’ motivation in learning math which applied STAD method. The result test was analyzed by calculating the average to investigate the effectiveness of STAD method. The students’ response was analyzed by drawing conclusion based on interview with six students as the sample toward the use of STAD cooperative learning method.

The result of the research showed that (1) the students’ motivation in learning math which applied STAD learning method was considered high, the score gained was 2,87 from 4 scale. (2) The students’ response toward the method was satisfied and enthusiastic. It is proved from the interview result with six students as the sample stating that they like STAD as the method in learning math. Students felt comfortable in discussion because they can share their opinion and solve their problem together. However, students still felt difficult when try to explain the material to the others who have not understood yet. (3) The students’ result using STAD cooperative learning method was averagely good which resulted 75% for single data material and 70% group data material.


Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi siswa antara pembelajaran kooperatif tipe stad dengan metode ekspositori pada konsep ekosistem terintegrasi nilai: penelitian quasi eksperimen di SMA at-Taqwa Tangerang

0 10 192

Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Konsep Jaringan Tumbuhan (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPA MA Jamiyyah Islamiyah Pondok Aren Tangerang Tahun Ajaran 2012-2013)

1 6 287

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Penerapan model pembelajaran kooperatif student teams achievement division dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih: penelitian tindakan kelas VIII-3 di MTs Jami'yyatul Khair Ciputat Timur

0 5 176

Komparasi hasil belajar metode teams games tournament (TGT) dengan Student Teams Achievement Division (STAD) pada sub konsep perpindahan kalor

0 6 174

Applying Student Teams Achievement Division (STAD) Technique to Improve Students’ Reading Comprehension in Discussion Text. (A Classroom Action Research in the Third Grade of SMA Fatahillah Jakarta)

5 42 142

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih (Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di Mts. Jam'yyatul Khair Ciputat Timur)

0 5 176

EFEKTIVITAS METODE KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI POKOK BAHASAN LINGKUNGAN

0 9 124

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dan model pembelajaran konvensional pada pokok bahasan persamaan garis lurus untuk meningkatkan sikap dan hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Pangudi Luhur Giriwoyo -

0 0 207

Efektivitas penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) terhadap motivasi, tanggapan, dan hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur St. Vincentius Giriwoyo pada pokok bahasan statistika tahun ajaran 2

0 7 297