Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan lima hal, yaitu latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan pengertian dan manfaat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Kelima hal tersebut akan dijelaskan dalam subbab-subbab berikut ini.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah sarana untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan seseorang agar dapat menggunakan semua potensi yang ada di dalam dirinya sendiri maupun dari luar. Peningkatan pendidikan telah diwujudkan dengan berbagai upaya khususnya untuk pendidikan matematika telah dilakukan di sekolah namun hasil yang dicapai masih kurang optimal. Menurut Wijaya 2011: 7 salah satu tujuan pendidikan matematika yaitu untuk menyelesaikan masalah yang terkait dengan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran matematika seharusnya mampu melatih siswa untuk berpikir kritis dan logis dalam memecahkan permasalahan sehari-hari. Kenyataannya dari observasi, peneliti menemukan bahwa pembelajaran matematika saat ini lebih menekankan pada penghafalan konsep, sifat, prosedur dan bagaimana menggunakannya di dalam menyelesaikan soal-soal matematika. Hal tersebut sangat berbanding terbalik dengan pernyataan Freudental dalam Suryanto 2010: 14 yang menyatakan bahwa pembelajaran matematika sebaiknya dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari dan pengalaman siswa. Berdasarkan hasil observasi proses pembelajaran yang dilakukan peneliti di kelas IV tanggal 8 Januari 2013 diketahui bahwa pembelajaran matematika masih diajarkan secara tradisional. Guru masih sebagai subyek pembelajaran dimana siswa hanya menerima materi yang disampaikan oleh guru. Selama proses pembelajaran matematika guru kurang memanfaatkan sumber belajar yang ada di sekitar siswa. Siswa kurang diberi kesempatan untuk menemukan sendiri konsep dari materi yang dipelajari. Pada saat peneliti menanyakan pelajaran matematika yang sulit siswa mengatakan bahwa materi pelajaran matematika yang dianggap sulit adalah materi tentang pecahan. Guru kelas IV mengatakan bahwa materi pecahan tergolong sulit untuk diajarkan ke siswa. Siswa seringkali merasa kesulitan untuk memahami beberapa konsep operasi hitung pecahan. Hal tersebut menjadikan siswa kurang tertarik untuk mempelajari materi pecahan sehingga nilai yang diperoleh siswa pada materi pecahan banyak yang belum memenuhi KKM. Beberapa hal di atas menjadi alasan mengapa peneliti memilih menggunakan materi pecahan dalam penelitian. Pembelajaran matematika, khususnya materi pecahan sebaiknya diarahkan ke pembelajaran yang memfasilitasi siswa aktif. Selain itu harus mampu mengarahkan siswa untuk menemukan kembali dan membangun konsep dari materi yang dipelajari. Oleh sebab itu, peneliti mengembangkan perangkat pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia PMRI. Pembelajaran menggunakan pendekatan PMRI merupakan salah satu pembelajaran matematika yang berorientasi pada matematisasi pengalaman sehari-hari dan menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran dengan menggunakan PMRI tidak dimulai dengan konsep, sifat, maupun prosedur yang harus dihafalkan oleh siswa. Dalam PMRI pembelajaran dimulai dengan mengangkat permasalahan yang dekat dengan kehidupan siswa. Selama proses pembelajaran dengan menggunakan PMRI siswa dituntut aktif untuk mengembangkan strategi pemecahan masalah kontekstual. Dengan demikian siswa mampu menemukan kembali dan membangun konsep melalui masalah dari kehidupan siswa. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian pengembangan sebelumnya. Dimana pada penelitian ini, peneliti menggunakan perangkat pembelajaran penelitian tahun lalu yang telah direvisi dan disesuaikan dengan keadaan sekolah sebelum diimplementasikan di SD N Daratan. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Implementasi Perangkat Pembelajaran Penjumlahan Pecahan Menggunakan Pendekatan PMRI Di Kelas IV SD N Daratan Minggir Sleman”.

B. Rumusan Masalah