Tuturan E5:
“Yo ben, yo ben.” Biarin, biarin.
Konteks: Tuturan terjadi di lapangan bola yang berada di dekat rumah penutur, saat mahgrib penutur sedang bermain dengan teman-temannya di
lapangan. Mitra tutur menyuruh penutur untuk pulang ke rumah karena sudah maghib. Penutur tidak mau pulang ke rumah.
Tuturan E6:
“Ah mengko Karo mas Ardha wae.” Ah nanti Dengan mas Ardha saja.
Konteks: Tuturan terjadi di ruang tamu, saat sore hari. Mitra tutur menyuruh penutur untuk mandi karena sudah sore.
Tuturan E9:
“Wegah Mas wae kae lho.” Tidak mau Mas saja itu lho.
Konteks: Tuturan terjadi di ruang keluarga, saat pagi hari. Mitra tutur 1 menyuruh penutur untuk membeli sabun di warung. Mitra tutur 2 sedang
mengerjakan PR. Penutur sedang menonton televisi. Penutur tidak mau membelikan sabun karena malas.
Penutur E5 menolak perintah mitra tutur, neneknya, yang menyuruh untuk berhenti bermain dan pulang ke rumah. Penutur yang belum ingin pulang
justru menanggapi mitra tutur dengan tuturan yang mengejek, sehingga mitra tutur menjadi marah. Penolakan penutur E6 dilakukan dengan menunda aktivitas
mandinya. Penutur
menolak perintah
ayahnya, mitra
tutur, yang
memerintahkannya segera mandi karena sudah sore. Penutur yang menyatakan ketidakinginannya untuk mandi, memberikan alasan bahwa ia ingin mandi
bersama kakaknya. Seperti halnya penutur E6, penutur E9 juga melakukan penolakan terhadap perintah ayahnya yang memerintahkan untuk membeli teh di
warung dan melimpahkan tugas tersebut kepada kakaknya.
4.3.3.2 Maksud Memprotes
Maksud memprotes yang diutarakan oleh penutur pada kategori melanggar norma terdapat dalam tuturan A4.
Tuturan A4:
“Ya ampun, Bu. Lagi jam sanga masak wis malem ta?” Ya ampun, Bu. Baru jam sembilan masak sudah malam?
Konteks: Tuturan terjadi di luar rumah, saat malam hari. Penutur baru pulang ke rumah. Penutur melihat mitra tutur yang baru saja pulang. Mitra
tutur mengingatkan penutur bahwa ia pulang sudah terlalu malam. Mitra tutur memperbolehkan penutur pergi sampai jam delapan malam.
Dengan tuturan tersebut, penutur bermaksud memberikan protes kepada ibunya yang menganggap penutur terlambat pulang ke rumah. Sebaliknya,
penutur masih merasa wajar jika ia pulang sampai di rumah pada pukul 21.00. Penutur merasa ibunya terlalu ketat memberikan jam malam kepada penutur.
Meskipun penutur dan mitra tutur, ibunya, sudah mempunyai kesepakatan bahwa penutur sudah harus berada di rumah pukul 20.00, seharusnya ibunya memberikan
kelonggaran waktu yang dirasa wajar. Namun, sang ibu tetap menganggap bahwa penutur telah melanggar kesepakatan. Sekalipun tuturan ini memiliki maksud
memprotes, tuturan ini masuk ke dalam subkategori kesal karena mengungkapkan rasa kesal penutur kepada mitra tutur.
4.3.3.3 Maksud Bercanda
Maksud bercanda yang terdapat dalam kategori ketidaksantunan, yaitu melecehkan muka pada tuturan C11, dan menghilangkan muka pada tuturan
D4 dan D13.
Tuturan C11:
”Tenane? Awas nek salah, kowe lho” Beneran? Awas kalau salah, kamu lho
Konteks: Tuturan terjadi di ruang keluarga, saat malam hari. Penutur sedang belajar. Mitra tutur menenami penutur belajar. Penutur bertanya
kepada mitra tutur tentang suatu soal. Penutur merasa jawaban mitra tutur tidak meyakinkan.
Tuturan D4:
“Itu Mbak bapaknya gajinya kurang.”
Konteks: Tuturan terjadi di luar rumah, saat sore hari. Penutur sedang berbincang-bincang dengan tetangga di depan rumah dalam keadaan santai.
Mitra tutur 1 menghampiri penutur untuk menanyakan nama pemilik rumah yang berada di samping rumah penutur. Penutur menjawab pertanyaan mitra
tutur 1. Penutur melihat sang pemilik rumah, mitra tutur 2, berada di luar rumah.
Tuturan D13:
“Hpne ibu ki wis jadul.” Hpnya ibu itu sudah jadul.
Konteks: Tuturan terjadi di ruang keluarga, saat sore hari. Penutur meminta handphone baru kepada mitra tutur. Mitra tutur menganjurkan
penutur untuk memakai handphone penutur dulu. Penutur tidak mau memakai handphone penutur.
Dalam tuturan C11, penutur sebenarnya hanya ingin bercanda dengan mitra tutur yang sedang membantunya mengerjakan tugas. Namun, sekali lagi
mitra tutur merasa diremehkan karena penutur tidak percaya padanya. Maksud becanda juga ditunjukan oleh penutur pada tuturan D4 dan
D13. Namun, maksud becanda penutur tersebut tidak dapat diterima mitra tutur karena keempat tuturan tersebut membuat mitra tutur menjadi malu dan
tersinggung. Penutur D4 membuat mitra tutur, tetangganya, tersingung dan malu karena ia mengungkapkan hal yang bersifat pribadi yaitu tentang kurangnya
pendapatan yang diterima oleh suami mitra tutur. Selanjutnya, mitra tutur merasa dipermalukan dan disinggung oleh tuturan D13 karena penutur, anak mitra tutur,
yang hanya bermaksud becanda itu mengejek mitra tutur yang masih memakai handphone keluaran lama yang tidak secanggih handphone jaman sekarang.
4.3.3.4 Maksud Memberikan Pengertian