ialah komisif. Tuturan tersebut menyebabkan tindak perlokusi mitra tutur adalah menggapi penutur dengan kesal.
5 Maksud ketidaksantunan penutur
Tuturan A1: Penutur bermaksud menolak untuk mematikan game-nya. Tuturan A3: Penutur bermaksud menolak untuk mematikan laptop.
4.2.1.2 Subkategori Menolak
Subkategori menolak terjadi karena tuturan penutur menyatakan suatu penolakan terhadap sesuatu. Pada kategori melanggar norma, subkategori
menolak lebih berhubungan dengan suatu penolakan terhadap suautu kesepakatan yang telah disetujui oleh anggota keluarga. Berikut ini contoh tuturan yang
termasuk dalam subkategori menolak.
Cuplikan Tuturan 2 P : “Bu, sekalian cuciin piringku ya”
MT : “Wegah. Wong wis peraturane, cuci piring sendiri-sendiri.” Tidak mau. Sudah peraturannya, cuci piring sendiri-sendiri.
P :
“Ah males. Pisan-pisan ora ya ra papa ta, Bu.” A2 Ah malas. Sekali-sekali tidak ya tidak apa-apa, Bu.
Konteks tuturan: Penutur laki-laki berumur 14 tahun, kelas IX SMP. Mitra tutur perempuan 37 tahun. Penutur adalah anak mitra tutur. Penutur dan mitra tutur
berada di dalam rumah. Tuturan terjadi di ruang makan, saat sore hari. Penutur dan mitra tutur sedang makan malam. Di dalam keluarga penutur, ada peraturan
bahwa setelah makan, setiap orang harus mencuci piring sendiri-sendiri. Setelah selesai makan, penutur meminta mitra tutur untuk mencucikan piring miliknya.
Mitra tutur menolak untuk mencucikan piring pernutur.
Dari tuturan tersebut, analisis wujud ketidaksantunan linguistik dan pragmatik, penanda ketidaksantunan linguistik dan pragmatik, serta maksud
ketidaksantunan penutur dapat diperinci sebagai berikut.
1 Wujud ketidaksantunan linguistik
Tuturan A2:
“Ah males. Pisan-pisan ora ya ra papa ta, Bu.” Ah malas. Sekali-sekali tidak kan tidak apa-apa, Bu
2 Wujud ketidaksantunan pragmatik
Tuturan A2: Penutur dengan sengaja melanggar peraturan yang ada.
Penutur tidak merasa bersalah. Penutur berusaha membujuk mitra tutur untuk menyetujui tindakannya. Penutur berbicara dengan orang tua.
3 Penanda ketidaksantunan linguistik
Tuturan A2: Diksi yang digunakan termasuk dalam bahasa nonstandar.
Bahasa nonstandar ditandai dengan penggunaan bahasa Jawa. Kata fatis yang terdapat dalam tuturan A2 ialah “ah” dan “ta”. Penutur berbicara dengan
nada naik tinggi. Tekanan digunakan kata “males”. Intonasi yang digunakan penutur ialah intonasi berita.
4 Penanda ketidaksantunan pragmatik
Konteks tuturan A2: Penutur laki-laki berumur 14 tahun, kelas IX SMP.
Mitra tutur perempuan 37 tahun. Penutur adalah anak mitra tutur. Tuturan terjadi di ruang makan, saat sore hari. Penutur dan mitra tutur sedang makan
malam. Di keluarga penutur, ada peraturan bahwa setelah makan, setiap orang harus mencuci piring sendiri-sendiri. Setelah selesai makan, penutur
meminta mitra tutur untuk mencucikan piring miliknya. Mitra tutur menolak untuk mencucikan piring pernutur. Tujuan penutur dari tuturannya ialah
penutur malas untuk mencuci piring. Tindak verbal dari tuturan penutur ialah komisif. Tuturan tersebut menyebabkan tindak perlokusi mitra tutur adalah
meninggalkan penutur.
5 Maksud ketidaksantunan penutur
Tuturan A2:
Penutur bermaksud
menolak untuk
mengerjakan kewajibannya mencuci piring setelah makan.
4.2.1.3 Subkategori Kesal