menjawab pertanyaan mitra tutur sesuai dengan kenyataan. Tindak verbal dari tuturan penutur ialah ekspresif. Tuturan tersebut menyebabkan tindak
perlokusi mitra tutur memberikan pembelaan diri.
Konteks tuturan B8: Penutur laki-laki berumur 23 tahun. Mitra tutur laki-
laki berumur 55 tahun tahun. Penutur adalah anak mitra tutur. Tuturan terjadi ruang keluarga, saat sore hari. Mitra tutur meminta bantuan penutur untuk
mengajarinya memakai komputer. Penutur sudah berkali-kali mengajari mitra tutur. Mitra tutur tidak bisa mengingat ajaran penutur. Tujuan penutur dari
tuturannya ialah penutur mengungkapkan kelelahannya kepada mitra tutur yang selalu menanyakan hal yang sama. Tindak verbal dari tuturan penutur
ialah ekspresif. Tuturan tersebut menyebabkan tindak perlokusi mitra tutur tidak jadi meminta bantuan penutur.
5 Maksud ketidaksantunan penutur
Tuturan B7: Penutur bermaksud mengejek mitra tutur yang dianggap
selalu tidak patuh.
Tuturan B8: Penutur bermaksud mengungkapkan rasa kesalnya kepada
mitra tutur yang selalu meminta diajari.
4.2.2.2 Subkategori Memerintah
Subkategori memerintah terjadi dalam kategori mengancam muka sepihak ketika tuturan penutur seolah-olah atau memang bermaksud memberikan perintah
kepada mitra tutur, tetapi penutur secara tidak sengaja telah membuat mitra tutur
tersinggung akibat tuturan penutur yang tidak berkenan oleh mitra tutur. Berikut
ini contoh tuturan yang termasuk dalam subkategori memerintah.
Cuplikan tuturan 6 MT : “Pa, ayo temenin main”
P : “Sebentar, Dik.” MT : “Ayo Ayo”
P :
“Udah-udah sana, karo mama kana” B2 Sudah-sudah sana, sama mama sana
Konteks tuturan: Penutur laki-laki berumur 56 tahun. Mitra tutur laki-laki berumur 4 tahun. Penutur adalah ayah mitra tutur. Tuturan terjadi di ruang
keluarga, saat siang hari. Penutur sedang mengerjakan tugas. Mitra tutur mengajak penutur bermain sehingga mengganggu pekerjaan penutur. Penutur
yang merasa terganggu meminta mitra tutur untuk bermain dengan ibunya. Cuplikan tuturan 9
P : “Mbah masak apa?” MT : “Sego goreng.”
Nasi goreng. P :
“Mbah ngelih Mbah, cepet ta Mbah selak laper je Mbah” B5 Mbah lapar Mbah, cepat Mbah sudah lapar Mbah
MT : “Mbok ya ngewangi kene” Ya bantuin sini
Konteks tuturan: Penutur perempuan berumur 7 tahun, kelas 2 SD. Mitra tutur perempuan berumur 56 tahun. Penutur adalah cucu mitra tutur.Tuturan terjadi di
ruang tamu, saat siang hari. Penutur melihat mitra tutur memasak. Penutur tidak membantu mitra tutur yang memasak.Mitra tutur tidak tahu kalau penutur juga
berada di dapur.
Dari kedua tuturan tersebut, analisis wujud ketidaksantunan linguistik dan pragmatik, penanda ketidaksantunan linguistik dan pragmatik, serta maksud
ketidaksantunan penutur dapat diperinci sebagai berikut.
1 Wujud ketidaksantunan linguistik
Tuturan B2:
“Udah-udah sana, karo mama kana” Sudah-sudah sana, sama mama sana.
Tuturan B5:
“Mbah, ngelih Mbah. Cepet ta Mbah, selak laper je Mbah” Mbah lapar Mbah, cepat Mbah sudah lapar Mbah.
2 Wujud ketidaksantunan pragmatik
Tuturan B2: Penutur berbicara dengan tidak memandang mitra tutur.
Penutur berbicara sambil mendorong pelan mitra tutur supaya menjauh. Penutur tidak merasa kalau tuturannya telah membuat mitra tutur merasa
tidak diinginkan keberadaannya di dekat penutur.
Tuturan B5: Penutur berbicara dengan volume yang keras. Penutur
berbicara kepada orang yang lebih tua. Penutur hanya memberikan perintah tanpa membantu mitra tutur.Penutur tidak merasa kalau tuturannya telah
membuat mitra tutur kesal.
3 Penanda ketidaksantunan linguistik
Tuturan B2: Diksi yang digunakan termasuk dalam bahasa nonstandar.
Bahasa nonstandar ditand ai dengan penyisipan kata “karo” dan “kana” dalam
bahasa Jawa. Penutur berbicara dengan nada naik tinggi. Tekanan digunakan pada kata “kana”. Intonasi yang digunakan penutur ialah intonasi perintah.
Tuturan B5: Diksi yang digunakan termasuk dalam bahasa nonstandar.
Bahasa nonstandar ditandai dengan penggunaan bahasa Jawa dan penyisipan kata “laper” yang merupakan kata tidak baku dalam bahasa Indonesia. Kata
fatis yang terdapat dalam tuturan B6 ialah “ta” dan “je”. Penutur berbicara dengan nada naik ting
gi. Tekanan digunakan pada klausa “cepet ta Mbah”. Intonasi yang digunakan penutur ialah intonasi perintah.
4 Penanda ketidaksantunan pragmatik
Konteks tuturan B2: Penutur laki-laki berumur 56 tahun. Mitra tutur laki-
laki berumur 4 tahun. Penutur adalah ayah mitra tutur. Tuturan terjadi di
ruang keluarga, saat siang hari. Penutur sedang mengerjakan tugas. Mitra tutur mengajak penutur bermain sehingga mengganggu pekerjaan penutur.
Penutur yang merasa terganggu meminta mitra tutur untuk bermain dengan ibunya. Tujuan penutur dari tuturannya ialah meminta mitra tutur untuk
bermain dengan ibunya karena merasa tengganggu. Tindak verbal dari tuturan penutur ialah direktif. Tuturan tersebut menyebabkan tindak perlokusi mitra
tutur adalah menangis, lalu pergi meninggalkan penutur.
Konteks tuturan B5: Penutur perempuan berumur 7 tahun, kelas 2 SD.
Mitra tutur perempuan berumur 56 tahun. Penutur adalah cucu mitra tutur.Tuturan terjadi di ruang tamu, saat siang hari. Penutur melihat mitra
tutur memasak. Penutur tidak membantu mitra tutur yang memasak.Mitra tutur tidak tahu kalau penutur juga berada di dapur. Tujuan penutur dari
tuturannya ialah penutur meminta mitra tutur untuk segera menyelesaikan masakannya. Tindak verbal dari tuturan penutur ialah direktif. Tuturan
tersebut menyebabkan tindak perlokusi mitra tutur adalah menimpali tuturan penutur dengan kesal.
5 Maksud ketidaksantunan penutur
Tuturan B2: Penutur bermaksud memberikan pengertian kepada mitra
tutur.
Tuturan B5: Penutur bermaksud memohon kepada mitra tutur untuk segera
menyelesaikan masakannya.
4.2.2.3 Subkategori Menjanjikan