permohonan, pemberian saran, dan bentuknya dapat berupa kalimat positif dan negatif.
5 Komisif ialah jenis tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk
mengaitkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan datang. Tindak tutur ini menyatakan apa saja yang dimaksudkan oleh penutur. Tindak
tutur ini dapat berupa janji, ancaman, penolakan, dan ikrar. Pada waktu menggunakan komisif, penutur berusaha untuk menyesuaikan dunia dengan
kata-kata lewat penutur.
2.3.3 Implikatur
Di dalam sebuah pertuturan yang sesungguhnya, si penutur dapat secara lancar berkomunikasi karena mereka berdua memiliki semacam kesamaan yang
dipertuturkan itu. Di antara penutur dan mitra tutur terdapat semacam kontrak percakapan yang tidak tertuis, bahwa apa yang sedang dipertuturkan itu sudah
saling dimengerti dan saling dipahami. Grice 1975 dalam Rahardi 2003 menyatakan bahwa sebuah tuturan dapat mengimplikasikan proposisi yang bukan
bagian dari tuturan tersebut. Proposisi yang diimplikasikan semacam itu disebut implikatur percakapan Rahardi, 2006:85.
Jika seorang pendengar mendengar ungkapan dari seorang penutur, dia harus berasumsi bahwa penutur sedang melaksanakan kerja sama dan bermaksud
untuk menyampaikan informasi. Informasi itu tentunya memiliki makna yang lebih banyak daripada kata-kata yang dikeluarkan oleh penutur. Makna itulah
yang disebut dengan implikatur Yule, 2006:61. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa implikatur adalah ujaran yang menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan. Yule 2006 membedakan implikatur menjadi
lima jenis, yaitu implikatur percakapan, implikatur percakapan umum, implikatur berskala, implikatur percakapan khusus, dan implikatur konvensional.
2.3.4 Deiksis
Deiksis adalah istilah teknis dari bahasa Yunani untuk salah satu hal mendasar yang dilakukan dengan tuturan. Dei
ksis berarti ‘penunjukan’ melalui bahasa.
Bentuk linguistik yang dipakai untuk menyelesaikan ‘penunjukan’ disebut ungkapan deiksis Yule, 2006:13. Yule 2006 membagi deiksis menjadi tiga,
yaitu deiksis persona untuk menunjuk orang, deiksis spasial untuk menunjuk tempat, dan deiksis temporal untuk menunjuk waktu.
Penafsiran deiksis tergantung pada konteks, maksud penutur, dan ungkapan-ungkapan itu mengungkapan jarak hubungan. Diberikannya ukuran
kecil dan rentangan yang sangat luas dari kemungkinan pemakainya, ungkapan- ungkapan deiksis selalu menyampaikan lebih banyak hal daripada yang diucapkan
Yule, 2006:26 Selain Yule, Nadar 2009 juga membagi deiksis menjadi tiga. Seorang
penutur yang berbicara dengan lawan tuturnya seringkali menggunakan kata-kata yang menunjuk baik pada orang, waktu, maupun tempat. Kata-kata yang lazim
disebut dengan deiksis tersebut berfungsi menunjukkan sesuatu, sehingga keberhasilan suatu interaksi antara penutur dan lawan tutur sedikit banyak akan
tergantung pada pemahaman deiksis yang dipergunakan oleh seorang penutur Nadar, 2009:4
–5.
2.3.5 Kesantunan