Ketidaksantunan juga terjadi pada tuturan B4 dan B6. Penutur B4 berbicara dengan ekspresi datar, tanpa merasa takut ketika mengungkapkan alasan mengapa
penutur tidak menyukai mitra tutur 2. Penutur tidak menyadari bahwa tuturannya terdengar oleh mitra tutur 2, sehingga membuat mitra tutur 2 tersingung. Berbeda
dengan penutur B4, penutur B6 berbicara dengan ketus saat menimpali cerita mitra tutur. Penutur yang tidak bermaksud menyindir mitra tutur, tidak sadar
bahwa tuturannya telah membuat mitra tutur tersinggung. Hal-hal inilah yang membuat tuturan-tuturan tersebut tidak santun.
4.3.1.3 Kategori Ketidaksantunan Melecehkan Muka
Wujud ketidaksantunan pragmatik yang selanjutnya yaitu pada kategori melecehkan muka. Berikut ini contoh tuturan tidak santun dalam kategori
melecehkan muka.
1 Subkategori kesal
Tuturan C4:
“Yak yakan” Sembrono
Konteks: Penutur berbicara dengan volume yang keras ketika mitra tutur tidak sengaja menginjak kaki penutur. Penutur berbicara dengan membentak
mitra tutur. Penutur berbicara dengan ekspresi marah. Penutur telah membuat mitra tutur tersinggung dan takut. Penutur sadar bahwa mitra
tutur adalah anak tetangganya. Tuturan C7:
“Has luweh Sak karep omonganmu opo.” Tidak peduli Terserah omonganmu apa.
Konteks: Penutur berbicara dengan memotong kalimat mitra tutur karena penutur tidak berkenan dengan topik yang dibicarakan mitra tutur. Penutur
berbicara dengan membentak mitra tutur. Penutur berbicara dengan ekspresi kesal. Penutur telah membuat mitra tutur tersinggung. Penutur
sadar bahwa mitra tutur adalah anaknya.
2 Subkategori memerintah
Tuturan C3:
“Ya kana gawe dewe Wong kowe yang laper.” Ya sana buat sendiri Kan kamu yang lapar.
Konteks: Penutur berbicara dengan volume yang keras ketika mitra tutur meminta dimasakan sesuatu. Penutur tidak menghiraukan mitra tutur.
Penutur telah membuat mitra tutur tersinggung. Penutur sadar bahwa mitra tutur adalah anaknya.
Tuturan C9:
“Acara kaya ngono ditonton. Ganti” Acara seperti itu ditonton. Ganti
Konteks: Penutur berbicara dengan memaksa mitra tutur karena penutur tidak senang dengan acara televisi yang sedang ditonton mitra tutur. Penutur
berbicara dengan ekspresi kesal. Penutur telah membuat mitra tutur tersinggung. Penutur sadar bahwa mitra tutur adalah adiknya.
3 Subkategori menyindir
Tuturan C13:
“Wis tutuk le dolan?” Sudah puas yang main?
Konteks: Penutur berbicara dengan sinis ketika mitra tutur pulang ke rumah. Penutur berbicara seperti menuduh mitra tutur. Penutur telah
membuat mitra tutur tersinggung. Penutur sadar bahwa mitra tutur adalah anaknya.
Tuturan C18:
“Rasah-rasah Gaweanmu wae ra rampung-rampung.” Tidak usah-tidak usah Kerjaan kamu saja tidak selesai-
selesai.
Konteks: Penutur berbicara dengan ketus kepada mitra tutur yang bermaksud membantu pekerjaan penutur. Penutur menunjukkan ekspresi
galak. Penutur bereaksi secara spontan kepada mitra tutur. Penutur sengaja membuat mitra tutur tidak nyaman dan tersinggung.
4 Subkategori mengejek
Tuturan C6:
“Dasar anake wong edan” Dasar anaknya orang gila
Konteks: Penutur berbicara dengan volume yang keras kepada mitra tutur yang sedang berjalan di depan rumahnya sambil bernyanyi. Penutur
berbicara dengan membentak mitra tutur. Penutur berbicara dengan ekspresi datar. Penutur telah membuat mitra tutur tersinggung dan takut.
Penutur sadar bahwa mitra tutur adalah anak tetangganya. Tuturan C16:
“Percuma punya hape bagus-bagus, tapi nggak bisa pakainya.”
Konteks: Penutur berbicara dengan sinis kepada mitra tutur yang baru membeli handphone baru. Penutur berbicara dengan ekspresi menyepelekan
mitra tutur. Penutur telah membuat mitra tutur tersinggung. Penutur sadar bahwa mitra tutur adalah adiknya.
5 Subkategori mengacam
Tuturan C11:
”Tenane? Awas nek salah, kowe lho” Beneran? Awas kalau salah, kamu lho
Konteks: Penutur berbicara dengan sinis kepada mitra tutur yang telah diminta membantunya mengerjakan soal. Penutur berbicara tanpa melihat
mitra tutur. Penutur telah membuat mitra tutur tersinggung. Penutur sadar bahwa mitra tutur adalah kakaknya.
Dari contoh tersebut, wujud ketidaksantunan pragmatik dalam kategori ini ditandai dengan keadaan penutur yang menyadari posisinya dan posisi mitra tutur
di dalam keluarga. Selain itu, penutur dengan sengaja mengucapkan tuturan yang tidak santun kepada mitra tutur karena penutur kecewa atau kesal kepada mitra
tutur. Tuturan yang diungkapkan dengan keras, kasar, ketus, dan sinis tersebut membuat mitra tutur tersinggung, takut, dan tidak nyaman terhadap penutur.
Wujud ketidaksantunan pragmatik tersebut dapat dilihat pada tuturan C4 dan C19 sebagai contoh. Wujud ketidaksantunan pragmatik pada tuturan C4
ditandai dengan penutur membentak mitra tutur yang tidak sengaja menginjak kakinya. Hal itu membuat mitra tutur takut lalu meninggalkan penutur. Meskipun
penutur tahu bahwa mitra tutur adalah anak tetangganya, penutur tidak seharusnya membentak mitra tutur, jika ingin menegurnya. Begitu pula dengan penutur C7
yang berbicara dengan memotong kalimat mitra tutur karena penutur tidak berkenan dengan topik yang dibicarakan mitra tutur. Penutur berbicara dengan
membentak mitra tutur dan dengan ekspresi kesal sehingga membuat mitra tutur tersinggung.
Selanjutnya, ketidaksantunan yang terjadi pada tuturan C3 yaitu penutur berbicara dengan volume yang keras ketika mmitra tutur meminta dimasakan
telur, padahal mitra tutur adalah anaknya. Penutur yang tidak menghiraukan mitra tutur telah membuat mitra tutur tersinggung. Lain halnya dengan tuturan C9.
Tuturan C9 menjadi tidak santun karena penutur berbicara dengan memaksa mitra tutur untuk mengganti acara televisi yang sedang ditonton mitra tutur.
Penutur yang berbicara dengan ekspresi kesal telah membuat mitra tutur tersinggung.
Wujud ketidaksantunan yang ditunjukan oleh tuturan C11, C13, dan C16 yaitu penutur yang berbicara kepada mitra tutur dengan sinis. Penutur C11
berbicara dengan sinis kepada mitra tutur yang telah membantunya mengerjakan soal, sehingga mitra tutur menganggap penutur telah meremehkannya. Penutur
C13 berbicara dengan sinis kepada mitra tutur, sehingga penutur seolah-olah menuduh mitra tutur yang baru pulang ke rumah. Begitu pula dengan penutur
C16 yang berbicara sinis kepada mitra tutur yang baru membeli handphone baru. Penutur berbicara dengan ekspresi menyepelekan mitra tutur. Cara atau
tindakan-tindakan tersebut ternyata membuat mitra tutur tersinggung. Tuturan C6 dan C18 ternyata juga dianggap tidak santun karena telah
membuat mitra tuturnya tersinggung. Pada tuturan C6, penutur berbicara dengan volume yang keras kepada mitra tutur yang sedang berjalan di depan rumahnya
sambil bernyanyi. Penutur yang membentak mitra tutur telah membuat mitra tutur tersinggung dan takut karena mitra tutur merasa nyanyiannya tidak
mengganggu penutur. Seperti halnya penutur C6, penutur C18 berbicara dengan ketus dan menunjukkan ekspresi galak kepada mitra tutur yang bermaksud
membantu pekerjaan penutur. Tindakan ini dilakukan penutur dengan sengaja untuk membuat mitra tutur tidak nyaman dan tersinggung.
4.3.1.4 Kategori Ketidaksantunan Menghilangkan Muka