Suatu tuturan dalam kategori melanggar norma terjadi bila tuturan penutur terjadi saat penutur telah atau berusaha melanggar suatu hal yang telah disepakati
dengan mitra tutur. Suatu tuturan dalam kategori ini dikatakan tidak santun, jika tuturan penutur membuat mitra tutur kesal.
Tuturan yang termasuk dalam kategori ketidaksantunan melanggar norma ditemukan empat tuturan. Keempat tuturan tersebut terbagi dalam ketiga
subkategori, yaitu subkategori menjanjikan, menolak, dan kesal. Berikut ini contoh tuturan tersebut.
4.2.1.1 Subkategori Menjanjikan
Subkategori menjajikan muncul akibat tuturan penutur yang secara sengaja atau tidak sengaja menunjukkan bahwa penutur seolah-olah berjanji akan
melakukan sesuatu di waktu yang akan datang. Pada kategori melanggar norma, subkategori menjanjikan lebih berhubungan dengan suatu perjanjian atau
kesepatan yang telah diketahui oleh anggota keluarga. Berikut ini contoh tuturan
yang termasuk dalam subkategori menjanjikan.
Cuplikan 1 MT : Jangan main game terus, Dik Udah jam berapa ini? Belajar sana
P : Bentar ta, Ma Lagi seru game-nya. A1 MT : Awas kalau besok nilainya jelek.
Konteks tuturan: Penutur laki-laki berumur 6 tahun, kelas 1 SD. Mitra tutur perempuan berumur 41 tahun. Penutur adalah anak mitra tutur. Tuturan terjadi
di ruang keluarga, saat malam hari. Penutur sedang bermain game sampai lupa waktu. Mitra tutur mengingatkan penutur untuk berhenti bermain karena sudah
waktunya untuk belajar. Penutur tidak mengindahkan perintah mitra tutur.
Cuplikan 3 MT : Heh uwis le dolanan laptop kuwi
He, sudah yang mainan laptop itu
P : Kosik ta, iya-iya dilit maneh. A3 Sebentar ta, iya-iya sebentar lagi.
MT : Wis jam pira iki? Sinau-sinau
Sudah jam berapa ini? Belajar-belajar Konteks tuturan: Penutur laki-laki berumur 14 tahun, kelas IX SMP. Mitra tutur
perempuan 37 tahun. Penutur adalah anak mitra tutur. Tuturan terjadi di ruang makan, saat sore hari. Penutur asyik bermain laptop. Mitra tutur mengingatkan
penutur untuk mematikan laptop karena sudah waktunya untuk belajar. Penutur tidak mengindahkan perintah mitra tutur.
Dari kedua tuturan tersebut, analisis wujud ketidaksantunan linguistik dan pragmatik, penanda ketidaksantunan linguistik dan pragmatik, serta maksud
ketidaksantunan penutur dapat diperinci sebagai berikut.
1 Wujud ketidaksantunan linguistik
Tuturan A1
: “Bentar ta, Ma Lagi seru game-nya.”
Tuturan A3
: “Kosik ta, iya-iya dilit maneh.” Sebentar ta, iya-iya sebentar lagi
2 Wujud ketidaksantunan pragmatik
Tuturan A1: Penutur tidak mengindahkan perintah mitra tutur. Penutur
tidak merasa bersalah. Penutur berbicara dengan ketus. Penutur tidak memandang mitra tutur ketika berbicara. Penutur berbicara dengan orang tua.
Tuturan A3: Penutur tidak mengindahkan perintah mitra tutur. Penutur
tidak merasa bersalah. Penutur berbicara dengan ketus. Penutur tidak memandang mitra tutur ketika berbicara. Penutur berbicara dengan orang
yang lebih tua.
3 Penanda ketidaksantunan linguistik
Tuturan A1: Diksi yang digunakan termasuk dalam bahasa nonstandar.
Bahasa nonstandar ditandai dengan penggunaan kata yang tidak baku, yaitu kata “bentar” dan kata “lagi”. Kata fatis yang terdapat dalam tuturan A1
ialah “ta”. Penutur berbicara dengan nada naik tinggi. Tekanan digunakan pada kata “bentar”. Intonasi yang digunakan penutur ialah intonasi berita.
Tuturan A3: Diksi yang digunakan termasuk dalam bahasa nonstandar.
Bahasa nonstandar ditandai dengan penggunaan bahasa Jawa. Kata fatis yang terdapat dalam tuturan A3 ialah “ta”. Penutur berbicara dengan nada naik
tinggi. Tekanan digunakan pada kata “kosik”. Intonasi yang digunakan penutur ialah intonasi berita.
4 Penanda ketidaksantunan pragmatik
Konteks tuturan A1: Penutur laki-laki berumur 6 tahun, kelas 1 SD. Mitra
tutur perempuan berumur 41 tahun. Mitra tutur adalah ibu penutur. Tuturan terjadi di ruang keluarga, saat malam hari. Penutur asyik bermain game
sampai lupa waktu. Mitra tutur mengingatkan penutur untuk berhenti bermain karena sudah waktunya untuk belajar. Tujuan penutur dari tuturannya ialah
penutur tidak mau diganggu saat bermain game. Tindak verbal dari tuturan penutur ialah komisif. Tuturan tersebut menyebabkan tindak perlokusi mitra
tutur adalah mengancam penutur.
Konteks tuturan A3: Penutur perempuan berumur 13 tahun, kelas VII
SMP. Mitra tutur perempuan berumur 22 tahun. Penutur adalah adik mitra tutur. Tuturan terjadi di ruang keluarga, saat malam hari. Penutur asyik
bermain laptop. Mitra tutur mengingatkan penutur untuk mematikan laptop karena sudah waktunya untuk belajar. Tujuan penutur dari tuturannya ialah
penutur tidak mau mematikan laptopnya. Tindak verbal dari tuturan penutur
ialah komisif. Tuturan tersebut menyebabkan tindak perlokusi mitra tutur adalah menggapi penutur dengan kesal.
5 Maksud ketidaksantunan penutur
Tuturan A1: Penutur bermaksud menolak untuk mematikan game-nya. Tuturan A3: Penutur bermaksud menolak untuk mematikan laptop.
4.2.1.2 Subkategori Menolak