Subkategori Kesal Kategori Ketidaksantunan Melanggar Norma

5 Maksud ketidaksantunan penutur Tuturan A2: Penutur bermaksud menolak untuk mengerjakan kewajibannya mencuci piring setelah makan.

4.2.1.3 Subkategori Kesal

Subkategori kesal terjadi ketika penutur mengungkapkan ekspresi kekesalannya kepada mitra tutur. Pada kategori melanggar norma, subkategori kesal lebih berhubungan dengan suatu bentuk ekspresi penutur terhadap suautu kesepakatan yang telah disetujui oleh anggota keluarga. Berikut ini contoh tuturan yang termasuk dalam subkategori kesal. Cuplikan Tuturan 4 MT : “Saka ngendi wae? Jare bali jam wolu, lha kok tekan bengi.” Dari mana saja? Katanya pulang jam delapan, kok sampai malam. P : “Ya ampun, Bu. Lagi jam sanga masak wis malem ta?” A4 Ya ampun, Bu. Baru jam sembilan masak sudah malam? MT : “Karepe bengi ki jam pira?” Maunya malam itu jam berapa? Konteks tuturan: Penutur perempuan berumur 22 tahun. Mitra tutur perempuan berumur 45 tahun. Penutur adalah anak mitra tutur. Tuturan terjadi di luar rumah, saat malam hari. Penutur baru pulang ke rumah. Penutur melihat mitra tutur yang baru saja pulang. Mitra tutur mengingatkan penutur bahwa ia pulang sudah terlalu malam. Mitra tutur memperbolehkan penutur pergi sampai jam delapan malam. Dari tuturan tersebut, analisis wujud ketidaksantunan linguistik dan pragmatik, penanda ketidaksantunan linguistik dan pragmatik, serta maksud ketidaksantunan penutur dapat diperinci sebagai berikut. 1 Wujud ketidaksantunan linguistik Tuturan A4: “Ya ampun, Bu. Lagi jam sanga masak wis malem ta?” Ya ampun, Bu. Baru jam sembilan masak sudah malam? 2 Wujud ketidaksantunan pragmatik Tuturan A4: Penutur tidak merasa bersalah. Penutur berbicara dengan malas. Penutur berbicara dengan orang tua. 3 Penanda ketidaksantunan linguistik Tuturan A4: Diksi yang digunakan termasuk dalam bahasa nonstandar. Bahasa nonstandar ditandai dengan penggunaan bahasa Jawa dan penyisipan kata “malem” yang merupakan kata tidak baku dalam bahasa Indonesia. Kata fatis yang terdapat dalam tuturan A4 ialah “ya” dan “ta”. Penutur berbicara dengan nada tuturn datar. Tekanan digunakan pada kata “ya ampun”. Intonasi yang digunakan penutur ialah intonasi tanya. 4 Penanda ketidaksantunan pragmatik Konteks tuturan A4: Penutur perempuan berumur 22 tahun. Mitra tutur perempuan berumur 45 tahun. Penutur adalah anak mitra tutur. Tuturan terjadi di luar rumah, saat malam hari. Penutur baru pulang ke rumah. mitra tutur melihat penutur yang baru saja pulang. Mitra tutur mengingatkan penutur bahwa ia pulang sudah terlalu malam, padahal mitra tutur memperbolehkan penutur pergi sampai jam delapan malam. Tujuan penutur dari tuturannya ialah penutur memberikan pembelaan diri karena mitra tutur menganggap ia pulang terlalu malam. Tindak verbal dari tuturan penutur ialah ekspresif. Tuturan tersebut menyebabkan tindak perlokusi mitra tutur adalah menggapi penutur dengan kesal. 5 Maksud ketidaksantunan penutur Tuturan A4: Penutur bermaksud memprotes mitra tutur yang terlalu kaku terhadap waktu.

4.2.2 Kategori Ketidaksantunan Mengancam Muka Sepihak