berada di lingkungan Kadipaten Pakualaman Yogyakarta baik keluarga kerabat Pakualam, maupun keluarga abdi dalem Kraton Pakualaman. Sumber data
penelitian ketidaksantunan berbahasa ini berupa rekaman hasil simakan tuturan anggota keluarga yang diperoleh baik secara terbuka maupun tersembunyi,
sehingga diharapkan data penelitian yang diperoleh dari sumber termaksud bersifat natural, andal, dan tepercaya.
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan dua metode pengumpulan data, yaitu metode simak dan metode cakap. Metode simak yakni menyimak pertuturan langsung di
dalam ranah keluarga yang di dalamnya terdapat bentuk-bentuk kebahasaan yang mengandung makna ketidaksantunan berbahasa baik secara linguistis maupun
nonlinguistis. Adapun teknik yang digunakan dalam rangka melaksanakan metode simak tersebut adalah teknik rekam dan teknik catat. Teknik rekam berfungsi
sebagai perekaman tuturan. Pelaksanaan merekam harus dilakukan sedemikian sehingga tidak mengganggu kewajaran proses kegiatan pertuturan yang sedang
terjadi. Di samping teknik rekam, peneliti juga menggunakan teknik catat. Teknik ini dilakukan dengan pencatatan pada kartu data yang dilanjutkan dengan
klasifikasi Sudaryanto, 1993:135. Dari catatan danatau rekaman pertuturan itulah data diperoleh sebagai bahan jadi penelitian ketidaksantunan berbahasa ini.
Di samping itu, penelitian ini juga menggunakan metode cakap. Penamaan metode penyediaan data dengan metode cakap disebabkan cara yang
ditempuh dalam pengumpulan data itu adalah berupa percakapan antara peneliti
dengan informan. Metode cakap memiliki teknik dasar berupa teknik pancing, karena percakapan yang diharapkan sebagai pelaksanaan metode tersebut hanya
dimungkinkan muncul jika peneliti memberi stimulasi pancingan pada informan untuk memunculkan gejala kebahasaan yang diharapkan oleh peneliti Mahsun,
2005:95 –96. Data penelitian ini juga didapatkan dengan cara memberikan
pancingan-pancingan tuturan, yang dimungkinkan dihadirkannya pertuturan yang menghasilkan bentuk-bentuk kebahasaan yang tidak santun. Teknik itu dapat
dilengkapi dengan pencatatan atau perekaman, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik secara terbuka maupun tersembunyi, sehingga hasilnya dapat
diperoleh data kebahasaan yang berupa tuturan-tuturan kebahasaan yang di dalamnya mengandung wujud ketidaksantunan tersebut.
Karena cara pengumpulan data metode cakap berupa percakapan antara peneliti dengan informan, metode ini dapat disejajarkan dengan metode
wawancara Rahardi, 2009:34. Moleong 2007:186 mendeskripsikan wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua
pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Cara wawancara yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara. Jenis wawancara ini mengharuskan pewawancara membuat kerangka dan garis besar
pokok-pokok yang dirumuskan tidak perlu ditanyakan secara berurutan. Petunjuk wawancara hanyalah berisi petunjuk secara garis besar tentang proses dan isi
wawancara untuk menjaga agar pokok-pokok yang direncanakan dapat seluruhnya tercakup. Petunjuk itu mendasarkan diri atas anggapan bahwa ada jawaban yang
secara umum akan sama diberikan oleh para responden, tetapi yang jelas tidak ada perangkat pertanyaan baku yang disiapkan terlebih dahulu. Pelaksanaan
wawancara dan pengurutan pertanyaan disesuaikan dengan keadaan responden dalam konteks wawancara yang sebenarnya Moleong, 2007:187.
3.4 Instrumen Penelitian