Praanggapan Tindak Tutur Fenomena Pragmatik

dengan konteks tempat penggunaan bentuk-bentuk tersebut [penekanan ditambahkan]. Levinson 1983 dalam Rahardi, 2003:13 –14 mendefinisikan sosok pragmatik sebagai studi perihal ilmu bahasa yang mempelajari relasi-relasi antara bahasa dengan konteks tuturannya. Batasan ilmu bahasa pragmatik dari Levinson itu selengkapnya dapat dilihat pada kutipan berikut. Pragmatics is the study of thoose relations between language and context that are grammaticalized, or encoded in the structure of a language Lenvinson, 1983:9. Berdasarkan berbagai pendapat dari para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa pragmatik adalah bagian dari studi linguistik yang mengkaji penggunaan bahasa. Pengkajian bahasa dalam pragmatik akan selalu terikat dengan koteks dari pengguna bahasa tersebut.

2.3 Fenomena Pragmatik

Pragmatik sebagai cabang ilmu bahasa yang berkembang telah mengkaji enam fenomena, yaitu praanggapan, tindak tutur, implikatur, dieksis, kesantunan, dan ketidaksantunan. Keenam fenomena tersebut akan dijelasakan lebih lanjut sebagai berikut.

2.3.1 Praanggapan

Ketika berkomunikasi, penutur dan mitra tutur perlu memiliki informasi yang sama. Meskipun penutur tidak bisa memastikan apakah mitra tutur memiliki informasi yang sama atau tidak, penutur akan beranggapan bahwa mitra tutur telah memiliki persamaan informasi. Fenomena mengenai suatu informasi yang dianggap penutur sudah diketahui oleh mitra tutur ini, dalam pragmatik disebut praanggapan. Yule 2006:43 mendefinisikan praanggapan atau pesupposisi adalah sesuatu yang diasumsikan oleh penutur sebagai kejadian sebelum menghasilkan suatu tuturan. Yule membagi presupposisi menjadi enam jenis, yaitu eksistensial, faktif, non-faktif, leksikal, struktural, dan konterfaktual atau faktual tandingan. Wijana dalam Nadar 2009:65 menyatakan sebuah kalimat dalam tuturan dinyatakan mempresuposisikan kalimat yang lain jika ketidakbenaran kalimat yang kedua kalimat yang dipresuposisikan mengakibatkan kalimat pertama kalimat yang mempresuposisikan tidak dapat dikatakan benar atau salah.

2.3.2 Tindak Tutur

Aktivitas bertutur disebut juga sebagai tindak tutur. Saat bertutur, setiap tuturan selalu mengandung tiga tindakan sekaligus. Ketiga tindakan tersebut adalah lokusi, ilokusi dan perlokusi. Tindak lokusi adalah tindak bertutur dengan kata, frasa, dan kalimat sesuai dengan makna yang dikandung oleh kata, frasa, dan kalimat itu. Tindak ilokusi adalah tindak melakukan sesuat dengan maksud dan fungsi yang tertentu pula. Tindak perlokusi adalah tindak menumbuhkan pengaruh effect kepada diri sang mitra tutur Rahardi, 2003:71 –72. Yule 2006:92 –94 mengklasifikasikan tindak tutur menjadi 5 jenis fungsi umum, yaitu deklaratif, representatif, ekspresif, direktif, dan komisif. Berikut ini adalah penjelasan dari setiap jenis tersebut. 1 Deklarasi adalah jenis tindak tutur yang mengubah dunia melalui tuturan. Penutur harus memiliki peran institusional khusus, dalam konteks khusus, untuk menampilkan suatu deklarasi secara tepat. Pernyataan deklarasi, misalnya berpasrah, memecat, membaptis, memberi nama, mengangkat, mengucilkan, dan menghukum Rahardi, 2006:71. Pada waktu menggunakan deklarasi, penutur mengubah dunia dengan kata-kata. 2 Representatif ialah jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini penutur kasus atau bukan. Pernyataan suatu fakta, penegasan, kesimpulan, dan pendeskripsian tentang sesuatu yang diyakini oleh penutur. Pada waktu menggunakan sebuah representatif, penutur mencocokkan kata-kata dengan dunia kepercayaannya. 3 Ekspresif ialah jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur. Tindak tutur itu mencerminkan pernyataan-pernyataan psikologis dan dapat berupa pernyataan kegembiraan, kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan, atau kesengsaraan. Rahardi 2003:71 menambahkan pernyataan ekspresif tersebut, seperti berterima kasih, memberi selamat, meminta maaf, menyalahkan, memuji, dan berbelasungkawa. Tindak tutur itu mungkin disebabkan oleh sesuatu yang dilakukan oleh penutur atau pendengar, tetapi semuanya menyangkut pengalaman penutur. 4 Direktif ialah jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Jenis tindak tutur ini menyatakan apa yang menjadi keinginan penutur. Tindak tutur ini meliputi; perintah, pemesanan, permohonan, pemberian saran, dan bentuknya dapat berupa kalimat positif dan negatif. 5 Komisif ialah jenis tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk mengaitkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan datang. Tindak tutur ini menyatakan apa saja yang dimaksudkan oleh penutur. Tindak tutur ini dapat berupa janji, ancaman, penolakan, dan ikrar. Pada waktu menggunakan komisif, penutur berusaha untuk menyesuaikan dunia dengan kata-kata lewat penutur.

2.3.3 Implikatur