Kategori Ketidaksantunan Menghilangkan Muka

membantu pekerjaan penutur. Tindakan ini dilakukan penutur dengan sengaja untuk membuat mitra tutur tidak nyaman dan tersinggung.

4.3.1.4 Kategori Ketidaksantunan Menghilangkan Muka

Wujud ketidaksantunan pragmatik yang selanjutnya adalah dalam kategori menghilangkan muka. Berikut ini contoh tuturan tidak santun pada kategori menghilangkan muka. 1 Subkategori menyindir Tuturan D2: “Kalau pas ada ibue, kesete.” Kalau waktu ada ibunya, malasnya. Konteks: Penutur menjawab pertanyaan mitra tutur 1 tentang sifat rajin mitra tutur 2. Penutur dengan sengaja berbicara di depan mitra tutur 2. Penutur tidak memperhatikan mitra tutur 2. Penutur berbicara dengan volume yang keras. Penutur telah membuat mitra tutur 2 malu. Penutur sadar bahwa mitra tutur 2 adalah anaknya. Tuturan D4: “Itu Mbak bapaknya gajinya kurang.” Konteks: Penutur berbicara dengan sengaja mengenai gaji suami mitra tutur, padahal tidak ada yang menanyakan hal tersebut. Penutur berbicara dengan tertawa. Penutur menganggap hal yang dituturkan berupa lelucon, padahal hal tersebut termasuk hal yang bersifat pribadi. Penutur telah membuat mitra tutur 2 tersinggung dan malu. 2 Subkategori mengejek Tuturan D3: “Wah nek ibue ki bodho, Mbak.” Wah ibunya itu bodoh, Mbak. Konteks: Penutur berbicara dengan volume yang keras ketika ditanya tentang pendidikan istri penutur. Penutur berbicara dengan tertawa meremehkan. Penutur telah membuat mitra tutur 2 malu. Penutur sadar jika mitra tutur 2 adalah istrinya. Tuturan D13: “Hpne ibu ki wis jadul.” Hpnya ibu itu sudah jadul. Konteks: Penutur dengan sengaja berbicara di depan mitra tutur yang masih menggunakan handphone lama. Penutur berbicara dengan ekspresi mengejek. Penutur telah membuat mitra tutur malu. Penutur sadar bahwa mitra tutur adalah anaknya. 3 Subkategori menyalahkan Tuturan D5: “Ngawur, sembarangan wae, ngawur dudu kuwi” Sembrono, sembarangan saja, sembrono bukan itu. Konteks: Penutur memberikan sangkalan dengan kasar kepada mitra tutur yang memberikan jawaban salah. Penutur berbicara sangat dekat dengan mitra tutur. Penutur berbicara kepada orang tua. Penutur telah membuat mitra tutur malu. 4 Subkategori memerintah Tuturan D9: “Ayo bali Dolan wae.” Ayo pulang Main terus. Konteks: Penutur berbicara dengan berteriak kepada mitra tutur yang masih bermain bersama temannya. Penutur berbicara dengan menunjukan ekspresi marah. Penutur telah membuat mitra tutur malu dan takut. Penutur sadar bahwa mitra tutur adalah anaknya. Tuturan D10: “Kono gawe dewe Cah wedok masak wae ra iso.” Sana buat sendiri Anak perempuan memasak saja tidak bisa. Konteks: Penutur berbicara dengan volume yang keras kepada mitra tutur yang meminta digorengkan telur. Penutur tidak menghiraukan mitra tutur. Penutur dengan sengaja berbicara seperti meremehkan mitra tutur. Penutur telah membuat mitra tutur malu dan tersinggung. Penutur sadar bahwa mitra tutur adalah anaknya. Dari contoh tuturan yang termasuk kategori menghilangkan muka, tanda wujud ketidaksantunan pragmatik kategori menghilangkan muka hampir sama dengan tanda pada kategori melecehkan muka. Wujud ketidaksantunan pragmatik pada kategori menghilangkan muka juga ditandai dengan adanya kesadaran posisi penutur dan mitra tutur dalam keluarga, tuturan tidak santun diucapkan dengan sengaja untuk meremehkan atau mengejek mitra tutur dan kadang diucapkan dengan berteriak, ketus, atau kasar. Akibat tuturan penutur tersebut, mitra tutur tidak hanya merasa tersinggung atau tidak nyaman, tetapi juga akan merasa malu karena mitra tutur dalam kategori ini bisa lebih dari satu orang. Wujud ketidaksantunan pada tutuan D2 dan D3 ditandai dengan kesengajaan penutur yang berbicara menggunakan volume keras kepada mitra tutur. Penutur D2 dengan sengaja berbicara dengan volume keras kepada mitra tutur 2 yang malas jika di rumah ada ibunya, sedangkan penutur D3 berbicara dengan volume yang keras ketika menjelaskan pendidikan istrinya. Selain itu, penutur juga berbicara dengan tertawa meremehkan. Kesengajaan lain yang diungkapkan penutur dengan volume keras yaitu pada tutur D9 dan D10. Penutur D9 berbicara dengan berteriak dan dengan ekspresi marah kepada mitra tutur yang masih bermain bersama temannya, sedangkan penutur D10 berbicara dengan volume yang keras seperti meremehkan mitra tutur yang meminta digorengkan telur. Tindakan yang dilakukan penutur-penutur tersebut membuat mitra tuturnya tersinggung, malu, dan takut. Wujud ketidaksantunan lain dalam kategori menghilangkan muka terdapat pada contoh tuturan D4, D5, dan D13. Penutur D4 berbicara dengan sengaja mengenai gaji suami mitra tutur. Penutur menganggap hal yang dituturkan berupa lelucon, padahal hal tersebut termasuk hal yang bersifat pribadi. Penutur D5 memberikan sangkalan dengan kasar kepada mitra tutur yang memberikan jawaban salah, padahal mitra tutur adalah ibunya. Lain halnya dengan penutur D13 yang sengaja berbicara di depan mitra tutur dengan ekspresi mengejek karena mitra tutur masih menggunakan handphone lama. Ketiga contoh tersebut membuat mitra tuturnya merasa tersinggung dan malu, maka ketiga contoh tersebut dikatakan tidak santun.

4.3.1.5 Kategori Ketidaksantunan Menimbulkan Konflik