Subkategori Memerintah Kategori Ketidaksantunan Menghilangkan Muka

5 Maksud ketidaksantunan penutur Tuturan D5: Penutur bermaksud mengungkapkan rasa kesalnya kepada mitra tutur yang memberikan jawaban salah.

4.2.4.4 Subkategori Memerintah

Subkategori memerintah dalam kategori menghilangkan muka terjadi ketika tuturan penutur seolah-olah atau memang bermaksud memberikan perintah kepada mitra tutur. Namun, akibat dari tuturan tidak santun yang sengaja dituturkan oleh penutur membuat mitra tutur tersinggung dan malu. Berikut ini contoh tuturan yang termasuk dalam subkategori memerintah. Cuplikan tuturan 41 P : “Ayo bali Dolan wae.” D9 Ayo pulang Main terus. MT : diam saja Konteks tuturan: Penutur laki-laki berumur 40 tahun. Mitra tutur laki-laki berumur 9 tahun. Penutur adalah ayah dari mitra tutur. Tuturan terjadi di luar rumah, saat siang hari. Mitra tutur bermain di lapangan dekat rumahnya bersama dengan teman-temannya. Penutur hendak pulang ke rumah menggunakan motor. Penutur melihat mitra tutur masih bermain. Cuplikan tuturan 42 MT : “Mbah, buatin mie goreng” P : “Kono gawe dewe Cah wedok masak wae ra iso.” D10 Sana buat sendiri Anak perempuan memasak saja tidak bisa. MT : diam saja Konteks tuturan: Penutur perempuan berumur 58 tahun. Mitra tutur perempuan berumur 12 tahun. Penutur adalah nenek dari mitra tutur. Tuturan terjadi di luar rumah, saat siang hari. Mitra tutur meminta penutur untuk menggorengkan telur. Penutur tidak mau menggorengkan telur karena menganggap mitra tutur sudah besar dan sudah harus bisa memasak sendiri. Dari kedua tuturan tersebut, analisis wujud ketidaksantunan linguistik dan pragmatik, penanda ketidaksantunan linguistik dan pragmatik, serta maksud ketidaksantunan penutur dapat diperinci sebagai berikut. 1 Wujud ketidaksantunan linguistik Tuturan D9: “Ayo bali Dolan wae.” Ayo pulang Main terus. Tuturan D10: “Kono gawe dewe Cah wedok masak wae ra iso.” Sana buat sendiri Anak perempuan memasak saja tidak bisa. 2 Wujud ketidaksantunan pragmatik Tuturan D9: Penutur beribicara dengan berteriak. Penutur berbicara dengan menunjukan ekspresi marah. Penutur telah membuat mitra tutur malu dan takut. Penutur sadar bahwa mitra tutur adalah anaknya. Tuturan D10: Penutur berbicara dengan volume yang keras. Penutur tidak menghiraukan mitra tutur. Penutur dengan sengaja berbicara seperti meremehkan mitra tutur. Penutur telah membuat mitra tutur malu dan tersinggung. Penutur sadar bahwa mitra tutur adalah anaknya. 3 Penanda ketidaksantunan linguistik Tuturan D9: Diksi yang digunakan termasuk dalam bahasa nonstandar. Bahasa nonstandar ditandai dengan penggunaan bahasa Jawa. Kata fatis yang terdapat dalam tuturan D9 ialah “ayo”. Penutur berbicara dengan nada naik tinggi. Tekanan pada frasa “ayo bali”. Intonasi yang digunakan penutur ialah intonasi perintah. Tuturan D10: Diksi yang digunakan termasuk dalam bahasa nonstandar. Bahasa nonstandar ditandai dengan penggunaan bahasa Jawa. Penutur berbicara dengan nada naik tinggi. Tekanan pada kata “kana”. Intonasi yang digunakan penutur ialah intonasi perintah. 4 Penanda ketidaksantunan pragmatik Konteks tuturan D9: Penutur laki-laki berumur 40 tahun. Mitra tutur laki- laki berumur 9 tahun. Penutur adalah ayah dari mitra tutur. Tuturan terjadi di luar rumah, saat siang hari. Mitra tutur bermain di lapangan dekat rumahnya bersama dengan teman-temannya. Penutur hendak pulang ke rumah menggunakan motor. Penutur melihat mitra tutur masih bermain. Tujuan penutur dari tuturannya ialah penutur menyuruh pulang mitra tutur. Tindak verbal dari tuturan penutur ialah direktif. Tuturan tersebut menyebabkan tindak perlokusi mitra tutur diam saja karena malu diteriaki oleh penutur. Konteks tuturan D10: Penutur perempuan berumur 58 tahun. Mitra tutur perempuan berumur 12 tahun. Penutur adalah nenek dari mitra tutur. Tuturan terjadi di luar rumah, saat siang hari. Mitra tutur meminta penutur untuk menggorengkan telur. Penutur tidak mau menggorengkan telur karena menganggap mitra tutur sudah besar dan sudah harus bisa memasak sendiri. Tujuan penutur dari tuturannya ialah penutur menolak untuk menggorengkan telur. Tindak verbal dari tuturan penutur ialah direktif. Tuturan tersebut menyebabkan tindak perlokusi mitra tutur diam saja, lalu masuk ke dalam rumah. 5 Maksud ketidaksantunan penutur Tuturan D9: Penutur bermaksud menyuruh atau memerintahkan mitra tutur untuk segera pulang ke rumah. Tuturan D10: Penutur bermaksud memotivasi mitra tutur supaya bisa memasak sendiri.

4.2.5 Kategori Ketidaksantunan Menimbulkan Konflik