Maksud Mengejek Maksud Kesal

terakhir terdapat pada penutur E8. Penutur E8 menyatakan bahwa sindirannya ditujukan kepada mitra tutur, adiknya, yang selalu mengerjakan tugas rumah dengan setengah-setengah.

4.3.3.8 Maksud Mengejek

Tuturan tidak santun yang memiliki maksud mengejek terdapat dalam dua kategori ketidaksantunan, yaitu mengancam muka sepihak pada tuturan B7 dan melecehkan muka pada tuturan C6 dan C16. Tuturan B7: “Masalahnya kamu itu ngeyel.” Konteks: Tuturan terjadi di depan rumah, saat sore hari. Mitra tutur bertanya kepada penutur mengapa orang tuanya tidak mau membelikan sepeda. Penutur menjawab pertanyaan mitra tutur. Tuturan C6: “Dasar anake wong edan” Dasar anaknya orang gila Konteks: Tuturan terjadi di luar rumah saat sore hari. Mitra tutur berjalan melewati penutur sambil bernyanyi. Penutur melihat mitra tutur yang berjalan sambil bernyanyi. Tuturan C16: “Percuma punya hape bagus-bagus, tapi nggak bisa pakainya.” Konteks: Tuturan terjadi di ruang ruang keluarga, saat sore hari. Penutur melihat mitra tutur belajar memakai handphone baru. Penutur merasa iri karena mitra tutur punya handphone baru. Penutur B7 bermaksud mengejek mitra tutur, adiknya, karena mitra tutur dimarahi ibunya akibat selalu tidak patuh pada nasihat sang ibu. Penutur B9 bermaksud mengejek mitra tutur, ibunya, yang dianggap tidak gaul karena tidak mengikuti perkembangan berita di infotaiment. Selanjutnya, maksud mengejek yang diutarakan oleh penutur C6 ditujukan kepada mitra tutur, anak tetangganya, yang berjalan sambil bernyanyi sendiri. Penutur C14 bermaksud mengejek mitra tutur, adiknya, yang tidak bisa menyapu dengan bersih. Penutur terakhir yang memiliki maksud mengejek pada tuturannya adalah penutur C16. Penutur C16 mengejek mitra tutur, ibunya, yang baru saja membeli handphone baru, tetapi belum bisa menggunakannya dengan lancar.

4.3.3.9 Maksud Kesal

Penutur yang menyatakan maksud kesal terdapat dalam tiga kategori ketidaksantunan, yaitu mengancam muka sepihak pada tuturan B8, melecehkan muka pada tuturan C7, dan menghilangkan muka pada tuturan D5. Tuturan B8: “Diajari bola-bali kok ra dong-dong” Dilatih berkali-kali kok tidak mengerti Konteks: Tuturan terjadi ruang keluarga, saat sore hari. Mitra tutur meminta bantuan penutur untuk mengajarinya memakai komputer. Penutur sudah berkali-kali mengajari mitra tutur. Mitra tutur tidak bisa mengingat ajaran penutur. Tuturan C7: “Has luweh Sak karep omonganmu opo.” Tidak peduli Terserah omonganmu apa. Konteks: Tuturan terjadi di dapur, saat malam hari. Mitra tutur sedang memasak. Penutur menemani mitra tutur memasak. Mitra tutur mencoba membuka pembicaraan dengan penutur. Topik pembicaraan yang diangkat oleh mitra tutur tidak berkenan oleh penutur. Tuturan D5: “Ngawur, sembarangan wae, ngawur dudu kuwi” Sembrono, sembarangan saja, sembrono bukan itu. Konteks: Tuturan terjadi saat penutur sedang duduk bersantai di luar rumah, sore hari. Penutur bertanya kepada mitra tutur yang baru saja keluar dari rumah. Mitra tutur duduk di sebelah penutur Penutur menganggap jawaban mitra tutur salah. Maksud kesal yang diutarakan penutur B8 kepada mitra tutur, ayahnya, disebabkan sang ayah yang sudah berkali-kali dibantu dalam mengoperasikan komputer, tetapi masih saja tidak mengerti. Penutur C7 mengucapkan tuturan tidak santun kepada mitra tutur, anaknya, sebagai bentuk ekspresi kekesalannya kepada mitra tutur yang dianggap terlalu mencampuri urusannya. Seperti halnya penutur-penutur di atas, penutur D5 juga mengutarakan tuturan tidak santunnya untuk mengungkapkan kekesalannya kepada mitra tutur, ibunya, yang memberikan jawaban salah atas pertanyaannya.

4.3.3.10 Maksud Meminta Tolong