Maksud Menolak Maksud Ketidaksantunan Penutur

pragmatik mengkaji makna satuan lingual tertentu secara eksternal, sedangkan sosok semantik mengkaji makna satuan lingual tersebut secara internal. Makna berbeda dengan maksud dan informasi karena maksud dan informasi bersifat di luar bahasa. Maksud ialah elemen luar bahasa yang bersumber dari pembicara, sedangkan informasi adalah elemen luar bahasa yang bersumber dari isi tuturan. Maksud bersifat subjektif, sedangkan informasi bersifat objektif Wijana Muhammad, 2008:2001. Berdasarkan teori tesebut, maksud tuturan hanya dimiliki oleh penutur. Oleh sebab itu, dalam menganalisis maksud tuturan, dilakukanlah konfirmasi kepada penutur. Maksud tuturan tersebut berkaitan dengan tujuan dari penutur ketika mengutarakan tuturan yang tidak santun kepada mitra tutur. Dari 55 tuturan yang didapatkan, peneliti mendapatkan konfirmasi maksud dari penutur sebanyak tujuh belas maksud. Berikut ini adalah pembahasan dari masing-masing maksud ketidaksantunan penutur.

4.3.3.1 Maksud Menolak

Tuturan tidak santun yang memiliki maksud menolak terdapat dalam dua kategori, yaitu ketegori tersebut adalah kategori melanggar norma dan kategori menimbulkan konflik. Dalam kategori melanggar norma, maksud menolak terdapat dalam tuturan A1, A2, dan A3. Tuturan A1: “Bentar ta, Ma Lagi seru game-nya.” Konteks: Tuturan terjadi di ruang keluarga, saat malam hari. Penutur sedang bermain game sampai lupa waktu. Mitra tutur mengingatkan penutur untuk berhenti bermain karena sudah waktunya untuk belajar. Penutur tidak mengindahkan perintah mitra tutur. Tuturan A3: “Kosik ta, iya-iya dilit maneh.” Sebentar ta, iya-iya sebentar lagi Konteks: Tuturan terjadi di ruang makan, saat sore hari. Penutur asyik bermain laptop. Mitra tutur mengingatkan penutur untuk mematikan laptop karena sudah waktunya untuk belajar. Penutur tidak mengindahkan perintah mitra tutur. Tuturan A2: “Ah males. Pisan-pisan ora ya ra papa ta, Bu.” Ah malas. Sekali-sekali tidak kan tidak apa-apa, Bu Konteks: Tuturan terjadi di ruang makan, saat sore hari. Penutur dan mitra tutur sedang makan malam. Di dalam keluarga penutur, ada peraturan bahwa setelah makan, setiap orang harus mencuci piring sendiri-sendiri. Setelah selesai makan, penutur meminta mitra tutur untuk mencucikan piring miliknya. Mitra tutur menolak untuk mencucikan piring pernutur Penutur A1 bermaksud menolak perintah mitra tutur, ibunya, yang memerintahkan penutur untuk mematikan mainan gamenya dan belajar karena sudah waktunya untuk belajar. Meskipun penutur mengucapkan tuturan yang seolah-olah akan berjanji akan mematikan gamenya, sesungguhnya penutur tidak mau berhenti bermain game. Penolakan penutur A2 dilakukan terhadap mitra tutur, ibunya, yang memerintahkan untuk segera mencuci piring setelah selesai makan. Penutur ingin sekali saja diperbolehkan untuk tidak mencuci piring, meskipun penutur tahu bahwa itu merupakan kesepatkan keluarga untuk segera mencuci piring sendiri setelah makan. Seperti halnya penutur A1, penutur A3 juga bermaksud menolak perintah untuk mematikan laptop dari mitra tutur, kakaknya, karena sudah waktunya untuk belajar. Penolakan tersebut tersirat dari mimik muka penutur yang tidak senang karena diperintah untuk belajar, padahal ia sedang asyik bermain laptop. Maksud menolak pada kategori menimbulkan konflik terdapat dalam tuturan E5, E6 dan E9. Tuturan E5: “Yo ben, yo ben.” Biarin, biarin. Konteks: Tuturan terjadi di lapangan bola yang berada di dekat rumah penutur, saat mahgrib penutur sedang bermain dengan teman-temannya di lapangan. Mitra tutur menyuruh penutur untuk pulang ke rumah karena sudah maghib. Penutur tidak mau pulang ke rumah. Tuturan E6: “Ah mengko Karo mas Ardha wae.” Ah nanti Dengan mas Ardha saja. Konteks: Tuturan terjadi di ruang tamu, saat sore hari. Mitra tutur menyuruh penutur untuk mandi karena sudah sore. Tuturan E9: “Wegah Mas wae kae lho.” Tidak mau Mas saja itu lho. Konteks: Tuturan terjadi di ruang keluarga, saat pagi hari. Mitra tutur 1 menyuruh penutur untuk membeli sabun di warung. Mitra tutur 2 sedang mengerjakan PR. Penutur sedang menonton televisi. Penutur tidak mau membelikan sabun karena malas. Penutur E5 menolak perintah mitra tutur, neneknya, yang menyuruh untuk berhenti bermain dan pulang ke rumah. Penutur yang belum ingin pulang justru menanggapi mitra tutur dengan tuturan yang mengejek, sehingga mitra tutur menjadi marah. Penolakan penutur E6 dilakukan dengan menunda aktivitas mandinya. Penutur menolak perintah ayahnya, mitra tutur, yang memerintahkannya segera mandi karena sudah sore. Penutur yang menyatakan ketidakinginannya untuk mandi, memberikan alasan bahwa ia ingin mandi bersama kakaknya. Seperti halnya penutur E6, penutur E9 juga melakukan penolakan terhadap perintah ayahnya yang memerintahkan untuk membeli teh di warung dan melimpahkan tugas tersebut kepada kakaknya.

4.3.3.2 Maksud Memprotes