Gambaran tingkat kecerdasan komunikasi interpersonal siswa
yang tadinya diam dan siswa terlihat pasif atau kurang aktif, tapi setelah ice breaking
“Aku Sadar, Siap, Melakukan” suasana kelas mulai cair dan beberapa siswa mulai aktif. Pada sesi dua layanan bimbingan
klasikal berjalan dengan baik, siswa semakin aktif dalam dinamika yang diberikan ketika layanan bimbingan klasikal. Hingga akhir sesi layanan
bimbingan klasikal masih ada empat siswa yang takut salah dalam melakukan permainan, tiga siswa masih merasa malu dalam permainan
kelompok dan dua siswa merasa capeklelahbosan dalam mengikuti semua kegiatan . pernyataan negatif ini, peneliti beri shading warna biru.
Hasil yang sangat baik terlihat pada tabel 4.6 peneliti beri shading berwarna putih yang menunjukan hampir semua siswa memiliki
kecerdasan komunikasi interpersonal yang tampak ketika mengikuti proses layanan bimbingan klasikal. Terdapat empat aspek penilaian yang
menunjukan persentase 100 dalam instrument ini. Persentase 100 ini dinilai oleh siswa dan artinya para siswa menilai bahwa implementasi
pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning dapat juga meningkatkan semangat
untuk mengikuti kegiatan, mempererat rasa persaudaraanpersahabatan, menambah rasa ingin tahu, dan kesadaran diri untuk memperbaiki diri
menjadi lebih baik. Sebagian besar siswa mampu menjadi partisipan yang baik sehingga proses layanan bimbingan klasikal dengan
pendekatan experiential learning terselesaikan dengan baik dan lancar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hal-hal di atas terjadi karena proses dari pendekatan belajar yang menarik dan tentunya berbeda dari metode dan cara mengajar ataupun
menyampaikan bahan materi yang dilakukan oleh guru-guru mata pelajaran. Pendekatan yang digunakan dalam layanan bimbingan
klasikal ini ialah pendekatan experiential learning merupakan sebuah model holistik dari proses pembelajaran dimana manusia belajar,
tumbuh, dan berkembang. Penyebutan istilah experiential learning dilakukan untuk menekankan bahwa experience pemahaman berperan
penting dalam proses pembelajaran dan membedakannya dari teori pembelajaran lainya seperti teori pembelajaran kognitif ataupun
behaviorisme Kolb, 1984. Pendekatan experiential learning pembelajar memandang kritis
atau kegiatan dan mendapatkan pemahaman serta menuangkan dalam bentuk lisan atau tulisan sesuai dengan tujuan pembelajaran Isah
Cahyani, 2001. Siswa menjadi lebih memahami materi yang disampaikan, pendekatan experiential learning mengajak siswa untuk
terlibat langsung dan mengalami sendiri sesuatu hal yang berkaitan dengan topik bimbingan.
Sesuai dengan tujuan dari penyelenggaran bimbingan klasikal yaitu mampu mengatur kehidupan sendiri, memiliki pandangan sendiri, dan
tidak sekedar membebek pendapat orang lain, mengambil sikap sendiri, berani menanggung sendiri efek serta konsekunsinya dari tindakan-
tindakannya. Hasil penilaian siswa ini juga turut membuktikan bahwa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
implementasi model ini menunjukan bahwa siswa memahami dan menunjukan sikap yang telah di paparkan di atas