kategori tinggi turun menjadi 15 siswa. Sedangkan untuk kategori sangat tinggi, rendah, dan sangat rendah pada sesi 1 dan 2 tidak meningkat
ataupun turun karena tidak ada satu siswa pun berapa pada kategori sangat tinggi, rendah, dan sangat rendah.
Data pada tabel di atas divisualiasasikan dalam bentuk grafik 4.2 sebagai berikut:
Grafik 4.3 Tingkat Kecerdasan Komunikasi Interpersonal Siswa Kelas VII B SMP Negeri 3 Purwantoro Wonogiri Tahun Ajaran 20152016
Antar Sesi Layanan Pendidikan Karakter Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan
Experiential Learning
10 20
30 40
50 60
70 80
90
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 siklus 1
siklus 2 rata-rata siklus 1=66.52
rata-rata siklus 2=68.14
Grafik 4.4 Tingkat Nilai Rata-rata Per Silkus Kecerdasan Komunikasi Interpersonal Siswa Kelas VII B SMP Negeri 3 Purwantoro Wonogiri Tahun
Ajaran 20152016 Antar Sesi Layanan Pendidikan Karakter Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan
Experiential Learning
Berdasarkan grafik 4.2 perolehan nilai rata-rata setiap sesi mengalami peningkatan. Pada sesi 1 rata-ratanya berapa pada nilai 66,5
dan pada sesi 2 rata-ratanya mengalami peningkatan dengan nilai 68,1. Kedua sesi layanan bimbingan klasikal secara keseluruhan siswa
memperoleh nilai yang berada pada kategori cukup.
3. Signifikansi Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan
Experintial Learning Siswa Kelas VII B SMP Negeri 3 Purwantoro Wonogiri Tahun Ajaran
20152016 setiap sesi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan
experiential learning.
Efektivitas setiap sesi Pendidikan Karakter Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning untuk
66,52 68,14
65,5 66
66,5 67
67,5 68
68,5
rata-rata siklus 1 rata-rata siklus 2
Series1
Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Interpersonal Siswa Kelas VII B SMP Negeri 3 Purwantoro Wonogiri Tahun Ajaran 20152016, dianalisis
dengan menggunakan Wilcoxon. Hasil uji ini digunakan untuk mengetahui signifikan hasil peningkatan pendidikan karakter berbasis layanan
bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning dalam meningkatkan kecerdasan komunikasi interpersonal siswa kelas VII B
SMP Negeri 3 Purwantoro Wonogiri Tahun Ajaran 20152016 yang disajikan dalam tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.3 Uji Sampel Berpasangan Setiap Sesi Pendidikan Karakter Berbasis Layanan
Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning Siswa Kelas
VII B SMP Negeri 3 Purwantoro Wonogiri Tahun Ajaran 20152016
Ranks
N Mean Rank
Sum of Ranks sesi_2 - sesi_1
Negative Ranks 6
a
6.83 41.00
Positive Ranks 10
b
9.50 95.00
Ties 5
c
Total 21
a. sesi_2 sesi_1 b. sesi_2 sesi_1
c. sesi_2 = sesi_1
Implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning menunjukan hasil
melalui SPSS menghasilkan mean antara sesi satu dan sesi dua dari 21 siswa. Pada skor sesi satu rata-rata skornya ialah 66.5 dan sesi dua rata-
rata skornya ialah 68.1. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.4 Uji Sampel Berpasangan Setiap Sesi Pendidikan Karakter Berbasis Layanan
Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning Siswa Kelas
VII B SMP Negeri 3 Purwantoro Wonogiri Tahun Ajaran 20152016
Test Statistics
b
sesi_2 - sesi_1 Z
-1.406
a
Asymp. Sig. 2-tailed .160
a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Uji Signifikan efektivitas implementasi pendidikan karakter setiap sesinya dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik uji Two Realted
Sample Test dengan bantuan SPSS versi 16. Hasil uji Wilcoxon menunjukan nilai Asymp. Sig 2-tailed 0,160 0,05, hasilnya lebih
dari batas kritis penelitian 0,05 0,160 0,05. Artinya, tidak ada peningkatan yang signifikan dari sesi1 ke sesi 2 dalam implementasi
pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan kecerdasan
komunikasi interpersonal siswa kelas VII B SMP Negeri 3 Purwantoro Wonogiri tahun ajaran 20152016.
4. Efektivitas Pendidikan Karakter Berbasis Layanan Bimbingan
Klasikal dengan
Pendekatan Experiential
Learning untuk
Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Interpersonal pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 3 Purwantoro Wonogiri Tahun Ajaran
20152016 Menurut Penilaian Siswa.
Siswa diberikan kesempatan untuk memberikan penilaian dari seluruh pelaksanaan kegiatan. Terdapat 30 butir pernyataan yang
diberikan dan siswa diminta untuk memberikan tanda centang √ pada pernyataan yang paling sesuai dengan apa yang dialami atau diperoleh
ketika, saat, dan sesudah mengikuti kegiatan. Terdapat tiga kolom penilaian pernyataan yakni kolom ya artinya setuju dengan pernyataan
yang diberikan, kolom tidak artinya tidak setuju dengan pernyataan yang berikan, dan kolom tidak tahu artinya tidak mendapatkan apa-apa
atau tidak mengerti dengan pernyataan yang berikan. Penilaian dari siswa disajikan dalam bentuk persentase disetiap itemnya dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut. Tabel 4.5
Penilaian Siswa terhadap Efektivitas Layanan Model N=21
No
Dalam kegiatan bimbingan karakter ini, saya mengalami memperoleh merasa:
Ya
1
Semangat untuk mengikuti kegiatan 21 100
2
Keberanian untuk tampilmelakukan sesuatu 20 95,2
3
Gembirasenang dalam melaksanakan kegiatan 20 95,2
4
Berani berpendapat 16 76,1
5
Lebih kreatif 18 85,7
6
Berani mencoba melakukan sesuatu 16 76,1
7
Takut salah dalam melakukan permainan 4
19
8
Malu dalam permainan kelompok 3
14,2
9
Dihargai oleh teman-teman 15 71,4
10
Tertarik untuk mengikuti semua kegiatan 14 66,6
11
Kemudahan bagi siswa dalam mengikuti kegiatan 18 85,7
12
Manfaat bagi perbaikan perilaku 18 85,7
13
Kemudahan bagi siswa dalam menangkap materi 17 80,9
14
Keinginan untuk menolong orang lain 19 90,4
15
Puas terhadap bimbingan yang diberikan 16 76,1
16
Tertantang untuk mencoba 16 76,1
17
Capeklelahbosan dalam mengikuti semua kegiatan 2
9,5
18
Berkesan terhadap kegiatan yang diikuti 19 90,4
19
Terdorong untuk terlibat aktif 16 76,1
20
Berani bertanggung jawab 19 90,4
21
Menghargai teman 19 90,4
22
Kesediaan bekerjasamakekompakan tim 16 76,1
23
Mempererat rasa persaudaraanpersahabatan 21 100
24
Ketaatan terhadap normaperaturanpetunjuk 19 90,4
25
Memotivasi siswa untuk berusahadaya juang 17 80,9
26
Membangun kepeduliankesetiakawanan 19 90,4
27
Peningkatan keingintahuan siswa 21 100
28
Peningkatan kesadaran siswa memperbaik diri 21 100
29
Mendorong siswa lebih disiplin 19 90,4
30
Membuat hubungan guru-siswa akrabhangatdekat 20 95,2
Keterangan: Pernyataan no. 7, 8, 17 merupakan pernyataan negatif. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Mencermati tabel 4.6 di atas, terlihat bahwa sebagian besar siswa yang ikut serta dalam implementasi model pendidikan karakter
kecerdasan komunikasi interpersonal berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning menilai bahwa model
ini sangat efektif, karena 18 item dengan pernyataan positif memperoleh hasil persentase yang tinggi. Terdapat 4 aspek dari pernyataan positif
yang mendapatkan hasil persentase 100 dalam artian bahwa seluruh siswa memilih jawaban ya, aspek dengan hasil persentase 100 antara
lain mengalami, memperoleh, dan merasa semangat untuk mengikuti kegiatan, mempererat rasa persaudaraanpersahabatan, peningkatan
keingintahuan siswa, dan peningkatan kesadaran siswa memperbaiki diri. Artinya model implementasi pendidikan karakter ini sangat efektif guna
meningkatkan kecerdasan komunikasi interpersonal siswa.
B. Pembahasan
1. Gambaran
Tingkat Karakter
Kecerdasan Komunikasi
Interpersonal Siswa Kelas VII B SMP Negeri 3 Purwantoro Wonogiri Sebelum dan Sesudah Mendapatkan Pendidikan
Karakter Berbasis
Layanan Bimbingan
Klasikal dengan
Pendekatan Experiential Learning Tahun Ajaran 20152016.
Proses pengambilan
data pretest
dan posttest
dengan mengimplementasikan pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan
klasikal dengan pendekatan experiential learning. Pendidikan karakter berarti pendidikan yang bertujun untuk membantu agar siswa-siswa
mengalami, memperoleh, dan memilliki karakter kuat yang diinginkan Suparno, 2015: 29. Mengimplentasikan pendidikan karakter pada
siswa-siswsi kelasa VII B SMP Negeri 3 Purwantoro Wonogiri, peneliti mengunakan layanan bimbingan klasikal karena layanan bimbingan
klasikal dapat membantu memunculkan, menyadari, mengembangkan potensi setiap siswa sesuai dengan tugas perkembangannya jadi layanan
yang diberikan kepada siswa terarah atau sesuai dengan potensi dan tugas perkembangan siswa. Selain itu, menurut Maktrifah Wiryo
Nuryono 2014 bimbingan klasikal memiliki tujuan untuk meluncurkan aktivitas-aktivitas pelayan yang mengembangkan potensi siswa atau
mencapai tugas-tugas perkembangan sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan dan menurut Winkel 2004:13 tujuan layanan bimbingan
ialah supaya sesama manusia mampu mengatur kehidupannya sendiri, menjamin perkembangan dirinya sesdiri secara optimal mungkin,
memikul tanggung jawab sepenuhnya atas arah hidupnya sendiri, menggunakan kebebasannya sebagai manusia secara dewasa dengan
berpedoman pada cita-cita yang mewujudkan semua potensi yang baik padanya, dan menyelesaikan semua tugas yang dihadapi dalam
kehidupan ini secara memuaskan. Peneliti juga menggunakan pendekatan experiential learning dalam
melaksanakan layanan bimbingan klasikal di SMP Negeri 3 Purwantoro Wonogiri perlulah dimulai karena pendekatan experiential learning
merupakan pendekatan yang mengajak siswa untuk berproses secara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
aktif sehingga dapat belajar melalui pengalamannya secara langsung. Sesusi dengan tujuan dari experiential learning yang diungkapkan
Nasutin, 2005 bahwa pendekatan ini bermakna ketika pembelajaran dapat mempengaruhi siswa dalam mengubah struktur kognitif siswa,
mengubah sikap siswa, dan tentunya memperluas ketrampilan yang telah ada pada siswa. Pendekatan experiential learning menjadi warna baru
dalam proses pengajaran di SMP Negeri 3 Purwantoro Wonogiri karena pendekatan ini belum tidak terlalu sering digunakan di SMP ini.
Implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan
kecerdasan komunikasi interpersonal. Hasilnya ialah bahwa tingkat kecerdasan komunikasi interpersonal siswa kelas VII SMP Negeri 3
Purwantoro Wonogiri pada Tahun Ajaran 20152016 mengalami peningkatan setelah mendapatkan implementasi layanan bimbingan
klasikal dengan pendekatan experiential learning. Hal ini dibuktikan dengan perbedaan hasil dari pengkategorisasian sebelum pretest dan
sesudah posttest diberikan perlakukan. Semua siswa kelas VII B SMP Negeri 3 Purwantoro Wonogiri sudah memiliki kecerdasan komunikasi
interpersonal dengan kategori cukup. Siswa kelas VII B SMP Negeri 3 Purwantoro Wonogiri yang
memiliki kecerdasan komunikasi interpersonal dalam kategori cukup diperkirakan sudah mendapatkan pendidikan karakter yang cukup baik
dari lingkup keluarga, sekolah dan masyarakat. sehingga mereka PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memiliki kecerdasan komunikasi interpersonal yang cukup. Oleh karena itu, semua siswa yang memiliki kecerdasan komunikasi interpersonal
dalam kategori cukup harus ditingkatkan dan dikembangkan, karena kecerdasan
komunikasi interpersonal
bukan hanya
sekedar berkomunikasi, berbicara, dan omong dengan orang lain tapi kecerdasan
komunikasi interpersonal itu merupakan kemampuan dan keterampilan dalalm berkomunikasi dengan orang lain, menurut Lestari 2007
keterampilan komunikasi interpersonal ialah keterampilan untuk mengenali dan merespon secara layak perasaan, sikap dan perilaku,
motivasi serta keinginan orang lain. bagaimana diri kita mampu membangun hubungan yang harmonis dengan memahami dan
merespons manusia atau orang lain merupakan bagian dari keterampilan komunikasi interpersonal.
Kata Jonshon Sinurat, 2011 menunjukan beberapa peranan yang disumbangkan
oleh Komunikasi
interpersonal dalam
rangka menciptakan kebahagiaan hidup manusia, salah satu perannya ialah
membantu perkembangan intelektual dan sosial kita. Sejak lahir kita tergantung dengan manusia lainnya untuk memenuhi kebutuhan kita
yaitu ibu, kita sangat tergantung dengan ibu pada saat kita bayi dengan ketergantungan itu maka terjadilah komunikasi yang intensif dengan ibu
pada masa bayi kita, lingkaran ketergantungan atau komunikasi itu semakin luas dengan bertambahnya usia kita, kita semakin banyak
bertemu dan berinteraksi dengan orang lain. bersamaan dengan prose PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI