4. Tujuan Experiential Learning
Tujuan model pembelajan experiential learning adalah untuk mempengaruhi siswa dengan tiga cara, yaitu mengubah struktur kognitif
siswa, mengubah sikap siswa dan memperluas ketrampilan yang telah ada pada siswa. Pengalaman mengubah pandangan baru bagi siswa serta
memunculkan kognisi atau ide-ide baru yang dikaitkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Hal tersebut memberi
wadah bagi siswa untuk mengembangkan ketrampilan yang dimiliki. Ketiga elemen tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi secara
keseluruhan, tidak terpisah-pisah, karena apabila salah satu elemen tidak ada maka elemen yang lainnya tidak akan efektif. Ketiga hal ini
kemudian menjadi fokus pendekatan experiential learning Baharuddin dan Wahyuni, 2010.
5. Proses Experiential Learning
Kolb 2015 menjelaskan empat tahapan model pembelajaran, siklus model experiential learning disajikan dalam gambar 2.1
Gambar 2.1 Tahapan Model Pembelajaran Experiential Learning Sumber:
Baharuddin dan Wahyuni, 2010
David Kolb 1984 mengatakan bahwa model experiential learning merupakan sebuah proses yang melingkar yang terdiri dari
empat fase. Fase pertama Concrete Experience, siswa melibatkan diri sepenuhnya dalam pengalaman baru dan menggunakan pengalaman yang
sudah dilaluinya atau pengalaman yang disediakan untuk pembelajaran yang lebih lanjut. Fase kedua Reflective Observation, siswa
mengobservasikan dan merefleksikan atau memikirkan pengalamannya dari berbagai segi dan mendiskusikan pengalaman yang telah dilaluinya.
Fase ketiga Abstract Conceptualisation, proses menemukan tren yang umum dan kebenaran dalam pengalaman yang telah dilalui peserta atau
membentuk reaksi pada pengalama yang baru menjadi sebuah kesimpulan
atau konsep
yang baru.
Fase keempat
Active Ecperimentation,
siswa menggunakan
konsep tersebut
untuk memecahkan masalah dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-
hari. Sejalan dengan empat tahapan experiential learning dari Kolb,
tahapan dan siklus pembelajaran experiential learning menurut Pfeifer Jones 1979 dapat dilihat pada gambar 2.3 berikut ini:
Gambar 2.2 Siklus Pembelajaran
Experiential Learning menurut Pfeifer Jones
Dari gambar 2.3 di atas siklus pembelajaran experiential learning menurut Pfeifer Jones 1979 dipaparkan setiap siklusnya
sebagai berikut: a. Mengalamai Experiencing
Perserta didik terlibat atau dilibatkan dalam kegiatan tertentu, seperti melakukan tugas tertentu atau mengamati objek atau rekaman
kejadian tertentu, entah secara sendiri-sendiri atau bersama satu atau lebih peserta atau anggota kelompok lain.
Experiencing The Active
Phase
Publishing sharing
reactions and observation
Applying planning
how to use the learning
Generarizing developing
principles Prosseing
discussing patterns and
dinamics
b. Membagikan pengalaman Publishing Peserta didik membagikan hasil pelaksanan tugas atau hasil
pengamatanya terhadap objek atau kejadian tertentu pada tahap sebelumnya termasuk reeaksi pribadinya baik berupa tanggapan
pikiran maupun tanggapan perasaannya, kepada peserta lain baik dalam kelompok-kelompok kecil maupun kepada seluruh peserta.
c. Memproses pengalaman Processing Peserta mengolah data yang baru dibagikan dengan cara
mendiskusikan atau memikirkannya bersama, memaknai atau menafsirkannya, membandingkan tanggapan peserta yang satu dengan
peserta yang lain, menemukan hubungan antara makna atau tanggapan yang muncul, dan sebagainya.
d. Merumuskan Kesimpulan Generalizing Peserta didik diajak dan dibantu untuk menyimpulkan prinsip-prinsip,
merumuskan hipotesis-hipotesis, dan merumuskan hikmat manfaat untuk didiskusikan atau dipikirkan bersama.
e. Menerapkan Applying Peserta didik sungguh-sungguh menangkap relevansi atau makna
manfaat dari pelatihan atau bimbingan yang baru dijalaninya, serta memiliki tekad untuk menerapkan hasil belajarnya dalam kehidupan
sehari-hari. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Langkah-langkah dalam Pembelajaran Experiential Learning
Kolb 1984 mengatakan bahwa model experiential learning merupakan sebuah proses yang melingkar yang terdiri dari empat fase.
Pertama, fase Concrete Experience menggunakan pengalaman yang sudah dilalui peserta atau pengalaman yang disediakan untuk
pembelajaran yang lebih lanjut.Kedua, fase Reflective Observation mendiskusikan pengalaman para peserta yang telah dilalui atau saling
berbagi reaksi dan observasi yang telah dilalui. Ketiga, fase Abstract Conceptualization proses menemukan tren yang umum dan kebenaran
dalam pengalaman yang telah dilalui peserta atau membentuk reaksi pada pengalaman yang baru menjadi sebuah kesimpulan atau konsep yang
baru. Keempat, fase Active Experimentation modifikasi perilaku lama dan mempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Gambar 2.3 Model
Experiential Learning Kolb
Silberman 2007 menuliskan bahwa dalam pelaksanaan experiential learning memerlukan proses-proses. Ada 5 proses dalam experiential learning,
yaitu: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Menciptakan keterbukaan Sebelum memulai kegiatan ini perlu menciptakan keterbukan di
semua pihak yang mengikuti kegiatan. b. Memajukan pemahaman
Banyak orang mengira fase memajukan pemahaman akan berupa pengajaran langsung, terutama menggunakan ceramah dan diskusi.
Kemungkinan benar jika maksudnya adalah untuk menyampaikan informasi penting pada siswa.
c. Menimbang sikap dan perilaku baru Tujuannya adalah untuk memperkenalkan pada siswa secara
eksperiential kepada tindakan yang diinginkan agar mereka berpikir dan melakukan.
d. Bereksperimen Eksperimen perubahan yang ideal berarti melakukan kegiatan yang
sudah pernah dicoba latihan sebelumnya dan mereka diminta untuk mencobanya dalam dunia nyatakehidupan mereka.
e. Mendapatkan dukungan Fase mendapatkan dukungan ada beberapa kegiatan yang berguna
untuk membantu siswa mempertahankan usaha mereka untuk berubah.Salah satunya ialah harus melibatkan kemauan siswa untuk
membuat rencana untuk kondisi yang mungkin dapat menggagalkan kemajuan mereka.