89
Peningkatan skor secara keseluruhan dari pretest, posttest I, dan posttest II
kemampuan memahami pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada grafik berikut.
Gambar 4.6 Grafik Pretest, Posttest I, dan Posttest II Kemampuan Memahami
5. Dampak Pengaruh Perlakuan
Peneliti melakukan analisis dampak pengaruh perlakuan dengan dua teknik pengumpulan data. Teknik yang pertama adalah test. Teknik test menjadi
teknik utama yang digunakan dalam penelitian ini. Teknik yang kedua yaitu teknik non test dengan cara triangulasi sebagai metode kualitatif yang sederhana
untuk melengkapi hasil penelitian kuantitatif. Triangulasi dilaksanakan dengan melakukan observasi ketika pembelajaran, wawancara dengan guru dan siswa,
serta dokumentasi berupa foto-foto selama kegiatan pembelajaran. Analisis dampak pengaruh perlakuan menggunakan triangulasi bertujuan melihat
pandangan subjek-subjek yang terlibat dalam penelitian selama proses pembelajaran Krathwohl, 2004: 546. Pada pembahasan ini akan dipaparkan
analisis dampak pengaruh perlakuan pada hasil observasi dan wawancara. Observasi dilakukan selama pelaksanaan pembelajaran di kelas
eksperimen 18 September 2015. Siswa terlihat senang dan aktif ketika mendengar penjelasan dari guru bahwa hari ini mereka akan melakukan percobaan tentang
sifat bahan benang atau tali terhadap penyerapan air berdasarkan struktur penyusunnya. Siswa mendengarkan penjelasan awal dari guru tentang macam-
macam benang yang telah dibawa oleh guru. Siswa secara berebutan menjawab
2,12 2,79
2,28 2,31
3,92 3,05
1 2
3 4
5
Pretest Posttest I
Posttest II
Grafik Pretest Posttest I dan Posttest II Kemampuan Memahami
Kelompok Kontrol Kelompok
Eksperimen
90
pertanyaan tentang nama benang yang ditunjukkan oleh guru. Setelah itu, guru menuntun siswa untuk membuat pertanyaan yang akan ditemukan jawabannya
ketika eksperimen, yaitu “Apakah benang jahit dan benang kasur dapat
menyerap air?” Komunikasi pribadi, 18 September 2015. Kemudian ada siswa yang menambahkan “Apakah tali senar dapat menyerap air?” Komunikasi
pribadi, 18 September 2015. Siswa tampak aktif berdiskusi untuk merumuskan hipotesis. Awalnya
memang siswa sempat kebingungan untuk merumuskan hipotesis karena mereka belum paham apa itu hipotesis. Namun, setelah dijelaskan oleh guru maka mereka
mampu merumuskan hipotesis bersama-sama dengan kelompok masing-masing. Begitu alat dan bahan eksperimen dibagikan siswa langsung melakukan
eksperimen sesuai dengan petunjuk yang sudah dituliskan pada lembar kerja siswa. Selama eksperimen siswa aktif berkomunikasi dengan guru dan teman satu
kelompoknya maupun kelompok yang berbeda. Peneliti mendengar salah satu berkata pada teman sekelompok “Kayaknya nanti senarnya tetap kering deh”
Komunikasi pribadi, 18 September 2015. Setelah eksperimen, siswa juga aktif terlibat dalam merumuskan kesimpulan eksperimen dengan berdiskusi bersama
kelompok masing-masing. Siswa juga aktif saat melakukan presentasi di depan kelas.
Wawancara dilakukan pada hari Kamis, 15 Oktober 2015. Peneliti melakukan wawancara dengan tiga siswa yang berasal dari kelompok eksperimen.
Hasil wawancara dengan kelompok eksperimen menunjukkan bahwa siswa terbantu ketika belajar dengan melakukan percobaan karena yang dimaksud dalam
buku mudah dipahami. Hal ini diungkapkan salah satu siswa dengan menjawab “Ya, karena apa yang dimaksudkan dalam buku dapat lebih mudah dipahami” W
SA 18-19. Siswa juga mengungkapkan bahwa metode inkuiri sangat membantu dalam belajar IPA karena menggunakan media. Ungkapan dari siswa tersebut
yaitu ” Ya sangat membantu karena ada media”W SB 16. Melalui metode
inkuiri siswa juga mudah memahami materi. Berikut ini ungkapan dari siswa “Ya,
karena mudah dimengerti” W SC 11. Metode inkuiri membuat siswa tidak mudah bosan saat pembelajaran
karena mereka melakukan praktek langsung. Hal ini dibuktikan dengan adanya
91
pernyataan siswa “Tidak terlalu, karena disitu kita tidak hanya mendengarkan
penjelasan tetapi juga ikut mempraktekkan” W SA 21-22 dan “Tidak, karena melakukan percobaan menyenang
kan” W SC 19. Selain tidak membosankan, metode inkuiri juga terasa menyenangkan karena siswa bisa bekerjasama dengan
teman-temannya. Berikut adalah ungkapan siswa “Senang karena bisa
bekerjasama dengan teman sekelompok” W SA 29. Melalui metode inkuiri, siswa juga mendapatkan pengetahuan baru. Hal ini sesuai dengan pernyataan
siswa “Ya, saya mendapatkan pengetahuan baru” W SB 22. Metode inkuiri
juga mudah dipahami siswa, berikut ini adalah pernyataan siswa “Senang, karena
mudah dilakukan” W SC 25. Wawancara juga dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
mengingat dengan metode inkuiri. Hasil wawancara menunjukkan bahwa siswa mampu menyebutkan nama-nama benang yang ada pada soal nomer 1a. Berikut
ungkapan dari para siswa tentang soal nomer 1a, “Ya, karena gambar pada soal
sangat jelas” W SA 32. Namun ada juga siswa yang kebingungan saat menyebutkan nama benang yang ditunjukkan pada gambar. Berikut merupakan
ungkapan dari salah satu siswa “Tidak, agak karena bingung” W SC 27. Siswa
merasa bisa, ragu-ragu dan bingung saat mengerjakan soal nomer 1b yaitu tentang menyebutkan bahan penyusun benang dan tali yang ditunjukkan pada gambar soal
sebelumnya. Berikut ungkapan ketiga siswa “Bisa, karena saya sudah menguasai
mate ri” W SA 35. “Tidak terlalu, karena masih ada jawaban yang ragu-ragu”
W SB 31 dan “Tidak, karena agak bingung” W SC 30.
Wawancara yang selanjutnya tentang kemampuan memahami siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan metode inkuiri. Hasil wawancara
mengungkapkan bahwa siswa merasa ragu-ragu dan lumayan bisa dalam mengerjakan soal nomer 2a tentang menyebutkan bahan-bahan benang atau tali
beserta contohnya .” Tidak terlalu karena masih ada jawaban yang ragu-ragu”
W SA 38 dan “Lumayan, karena ada beberapa contoh benang yang terbuat
dari bahan- bahan benang yang ada” W SB 34-35. Untuk soal nomer 2b siswa
rata-rata bisa mengerjakannya karena soal yang diberikan langsung mereka alami selama percobaan. Berikut merupakan ungkapan dari siswa A
“Dapat karena saya sudah tahu kekuatan dari masing-masing benang dari percobaan yang