55
kelompok kontrol. Grafik poligon pada gain score menunjukkan perbandingan yang tepat pada rerata antara kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol
Fraenkel, 2012: 250.
2. Uji Signifikansi Peningkatan Rerata Pretest-Posttest I
Uji peningkatan rerata pretest ke posttest I dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan skor yang signifikan dari pretest ke posttest I baik
pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Data yang diuji berasal dari kelompok yang sama, sehingga menggunakan uji statistik berikut Field,
2009: 345. 1 Jika data terdistribusi normal maka uji statistik yang digunakan adalah Paired samples t-test. 2 Jika data terdistribusi tidak normal maka uji
statistik yang digunakan adalah Wilcoxon Field, 2009: 345. Teknik analisis data pada kedua kelompok tersebut menggunakan tingkat
kepercayaan 95. Hipotesis statistik yang digunakan untuk analisis data sebagai berikut Priyatno, 2010: 99.
H
i
: Ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor pretest-posttest I pada kelompok kontrol dan atau kelompok eksperimen.
H
null
: Tidak ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor pretest ke posttest I
pada kelompok kontrol dan atau kelompok eksperimen. Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai berikut Field,
2009: 53. 1. Jika harga Sig.2- tailed 0,05 maka H
null
ditolak dan H
i
diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara selisih skor pretest ke
posttest pada kelompok kontrol dan atau kelompok eksperimen. Dengan
kata lain terdapat penurunan peningkatan skor yang signifikan dari pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan atau kelompok eksperimen.
2. Jika harga Sig.2- tailed 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara selisih skor pretest
ke posttest I pada kelompok kontrol dan atau kelompok eksperimen. Dengan kata lain tidak terdapat penurunan peningkatan skor yang
signifikan dari pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan atau kelompok eksperimen.
56
3. Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I
Uji korelasi ini dilakukan untuk mengetahui apakah korelasi antara rerata pretest
dan posttest I positif dan signifikan. Positif berarti, semakin tinggi skor pretest
maka skor posttest I juga tinggi. Uji korelasi antara rerata pretest dan posttest I
menggunakan analisis korelasi Pearson untuk data yang normal. Sedangkan untuk data tidak terdistribusi normal uji korelasi menggunakan analisis
korelasi Spearman. Priyatno 2012: 44 memaparkan pedoman untuk analisis korelasi, jika nilai koefisien korelasi mendekati 1 atau -1 maka hubungannya
semakin erat atau kuat, jika mendekati 0 maka korelasinya semakin lemah. Hipotesis statistik yang digunakan untuk analisis data sebagai berikut Priyatno,
2010: 99. H
i
: Ada korelasi yang positif dan signifikan antara rerata pretest dan posttest I. H
null
: Tidak ada korelasi yang positif dan signifikan antara rerata pretest dan posttest I.
Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan yaitu: 1. Jika harga sig.2-tailed 0,05 dan harga r positif, H
null
ditolak dan H
i
diterima. 2. Jika harga Jika harga sig.2-tailed 0,05 dan harga r negatif, H
null
diterima dan H
i
ditolak.
4. Uji Retensi Pengaruh Metode Inkuiri
Pada sebuah penelitian pembelajaran untuk meningkatkan ketelitian analisis dianjurkan untuk melakukan posttest kedua setelah beberapa waktu dari posttest
yang pertama Krathwohl, 1998: 546. Uji retensi pengaruh dilakukan untuk melihat apakah pengaruh penggunaan metode inkuiri masih sekuat pada posttest I
setelah dua minggu pembelajaran berlangsung. Untuk itu posttest II dilakukan setelah dua minggu diujikan posttest I baik pada kelompok kontrol maupun
kelompok eksperimen. Data yang diuji berasal dari kelompok yang sama, sehingga menggunakan dua uji statistik berikut Field, 2009: 345. 1 Jika data
terdistribusi normal maka uji statistik yang digunakan adalah Paired samples t- test.
2 Jika data terdistribusi tidak normal maka uji statistik yang digunakan adalah Wilcoxon Field, 2009: 345.