dan PKPU menekankan pentingnya sifat keterbukaan yakni memberikan sifat transparan terhadap hal-hal yang menyangkut kepailitan dan PKPU kepada
publik asas publisitas. Asas publisitas dalam Kepailitan dan PKPU dapat dilihat sebagai berikut :
1. Pemeriksaan dan Pengucapan Putusan Terbuka Untuk Umum
Untuk menjamin transparansi publik, maka pemeriksaan dan pengucapan putusan pengadilan haruslah terbuka untuk umum. Menurut UU Kepailitan dan
PKPU bahwa Hukum Acara yang berlaku dalam pelaksanaannya adalah Hukum Acara Perdata HIRRBG kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang
tersebut,
264
sehingga Pengadilan Niaga harus memberlakukan Hukum Acara tersebut yang menentukan bahwa pemeriksaan dan pengucapan putusan
pengadilan adalah dalam sidang yang terbuka untuk umum. Khusus dalam UU Kepailitan dan PKPU ditegaskan bahwa putusan pernyataan pailit baik di tingkat
pertama, tingkat Kasasi atau Peninjauan Kembali haruslah diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum.
265
Sebagai akibat berlakunya asas publisitas dalam Kepailitan dan PKPU tersebut, maka berlaku adagium hukum : “Setiap orang dianggap mengetahui
mengenai kepailitan seorang debitor”, adagium ini lebih luas dapat diberlakukan dengan pengertian: “Setiap orang dianggap rnengetahui tentang kepailitan
seorang debitor, tentang perdamaian dalam rangka PKPU, tentang perdamaian setelah pernyataan pailit, tentang pencabutan kepailitan dan lain-lain lagi”.
266
2. Pengumuman dalam Berita Negara.
264
Pasal 299 UU Nomor 37 tahun 2004
265
Pasal 8 ayat 2 jo. Pasal 13 ayat 4 jo. Pasal 14 UU Nomor 37 Tahun 2004
266
Sutan Remy Sjahdeini, op.cit. h. 189
Beberapa ketentuan dalam UU Kepailitan dan PKPU yang mengatur mengenai pemuatan pengumuman mengenai hal-hal tertentu tentang kepailitan
dan PKPU. Dalam UU Kepailitan PKPU ada diatur bahwa setelah kurator dan hakim pengawas menerima salinan putusan pernyataan pailit, dalam jangka waktu
5 lima hari kurator harus mengumumkan putusan tersebut dalam Berita Negera RI dan paling sedikit pada 2 dua Surat Kabar Harian yang ditetapkan olek hakim
pengawas yakni ikhtisar putusan pernyataan pailit.
267
Dalam hal Kasasi dan Peninjauan Kembali, dimana putusan pernyataan pailit di batalkan, kurator wajib
mengumumkan putusan itu dalam Berita Negara RI dan paling sedikit pada 2 dua Surat Kabar Harian.
268
Dalam hal pengesahan perdamaian telah memperoleh kekuatan hukum tetap, maka kepailitan berakhir dan kurator wajib
mengumumkan perdamaian tersebut dalam Berita Negara RI dan paling sedikit pada 2 dua Surat Kabar Harian yang ditetapkan oleh hakim pengawas.
269
Demikian juga dalam hal perdamaian dalam rangka PKPU apabila pengadilan menolak mengesahkan perdamaian, maka debitor dinyatakan pailit atau bila
pengesahan perdamaian tersebut oleh pengadilan telah memperoleh kekuatan hukum tetap, pengurus wajib mengumumkan pengakhiran PKPU ini.
270
Putusan PKPU sementara dan PKPU tetap juga harus diumumkan oleh Pengurus yang
telah diangkat.
271
Tujuan dari pengumuman-pengumuman tersebut adalah untuk memberitahukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan terutama para kreditor
267
Ikhtisar putusan pernyataan pailit menurut pasal 15 ayat 4 UU Nomor 37 Tahun 2004 memuat hal-hal : a. Nama, alamat dan pekerjaan debitor; b. Nama Hakim Pengawas ; c.
Nama, alamat pekerjaan kurator; d. Nama, alamat dan pekerjaan anggota panitia kreditor sementara, apabila telah ditunjuk; e. Tempat dan waktu penyelenggaraan rapat pertama kreditor
268
Pasal 17 ayat 1 UU Nomor 37 Tahun 2004.
269
Pasal 116 ayat 1, 2 UU Nomor 37 Tahun 2004.
270
Pasal 288 UU Nomor 37 Tahun 2004.
271
Pasal 226 jo. Pasal 235 UU Nomor 37 Tahun 2004.
yang tidak turut sebagai pihak dalam permohonan pernyataan pailit atau PKPU tersebut sehingga konsekwensinya adagium “Setiap orang dianggap mengetahui”
dapat diterapkan.
3. Pencatatan dalam Daftar Umum